Bandung Conference Series: Psychology Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS <p><strong>Bandung Conference Series: Psychology Science </strong>merupakan wadah publikasi hasil-hasil penelitian dan pengabdian masyarakat dalam bidang Ilmu Psikologi yang telah dipresentasikan pada Seminar Nasional UNISBA yang diselenggarakan tahunan oleh UPT Publikasi Ilmiah Universitas Islam Bandung. <strong><a title="BCSPS" href="https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/" target="_blank" rel="noopener">BCSPS</a> </strong>ini dipublikasikan pertamanya 2021 dengan eISSN <a title="ISSN BCSPS" href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/20220215381198331" target="_blank" rel="noopener">2828-2191</a>&nbsp;yang diterbitkan oleh <a title="UPT Publikasi" href="https://publikasi.unisba.ac.id/" target="_blank" rel="noopener">UPT Publikasi Ilmiah</a>,&nbsp;<a title="unisba" href="https://www.unisba.ac.id/" target="_blank" rel="noopener">Universitas Islam Bandung</a>. Semua artikel diperiksa plagiasinya dengan perangkat lunak anti plagiarisme. Jurnal ini ter-<em>indeks</em>&nbsp;di&nbsp;<a title="GS" href="https://scholar.google.com/citations?user=uSM1vNgAAAAJ" target="_blank" rel="noopener">Google Scholar</a>,&nbsp;<a title="Id Garuda" href="https://garuda.kemdikbud.go.id/journal/view/26847" target="_blank" rel="noopener">Garuda</a>,&nbsp;<a title="doi" href="https://search.crossref.org/?q=unisba&amp;from_ui=yes" target="_blank" rel="noopener">Crossref</a>, dan&nbsp;<a title="DOAJ" href="https://doaj.org/search/journals?ref=quick-search&amp;source=%7B%22query%22%3A%7B%22filtered%22%3A%7B%22filter%22%3A%7B%22bool%22%3A%7B%22must%22%3A%5B%7B%22terms%22%3A%7B%22bibjson.publisher.name.exact%22%3A%5B%22Universitas%20Islam%20Bandung%22%5D%7D%7D%5D%7D%7D%2C%22query%22%3A%7B%22query_string%22%3A%7B%22query%22%3A%22universitas%20islam%20bandung%22%2C%22default_operator%22%3A%22AND%22%2C%22default_field%22%3A%22bibjson.publisher.name%22%7D%7D%7D%7D%7D" target="_blank" rel="noopener">DOAJ</a>. &nbsp;Terbit setiap <strong>Maret</strong> dan <strong>September.</strong></p> UNISBA Press en-US Bandung Conference Series: Psychology Science 2828-2191 Hubungan Self-Esteem dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Tingkat Akhir di Universitas Islam Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9597 <p class="PROSIDING-ABSTRAK"><strong>Abstract.</strong> <span lang="EN">This study aims to look at the relationship between the level of confidence and scientific knowledge of students in a certain year at the Islamic University of Bandung (UNISBA). Procrastination is defined as the activity of delaying or avoiding tasks. While self-esteem is an individual's evaluation of himself, includes both positive and negative things, and describes the extent to which a person's belief in personal abilities, achievements, and self-worth. The measuring instruments used in this study were the Coopersmith Self-Esteem Inventory (CSEI) by Coopersmith, and the Academic Procrastination Scale by Ferrari (1995). The results show that there is a relationship between self-esteem and academic procrastination in final year students at Bandung Islamic University. With a correlation coefficient value of 0.706 which indicates that there is a negative relationship between self-esteem and academic procrastination in final year students at Bandung Islamic University, which means that if self-esteem increases, academic procrastination decreases and vice versa.</span></p> <p class="PROSIDING-ABSTRAK">&nbsp;</p> <p class="PROSIDING-KATAKUNCI"><strong><span lang="EN-US">Abstrak.</span></strong> Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat kepercayaan dan keilmiahan mahasiswa pada tahun tertentu di Universitas Islam Bandung (UNISBA). Prokrastinasi didefinisikan sebagai kegiatan menunda atau menghindari tugas. Sementara <em>self-esteem</em> merupakan evaluasi individu yang dilakukan terhadap dirinya sendiri, mencakup hal positif dan juga negative, dan menggambarkan sejauh mana keyakinan seseorang akan kemampuan pribadi, pencapainnya, dan nilai dirinya. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, <em>Coopersmith Self-Esteem Inventory </em>(CSEI) oleh Coopersmith, dan skala Prokrastinasi akademik oleh Ferrari (1995). Hasil menunjukkan bahwa adanya hubungan antara <em>self-esteem </em>dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa tingkat akhir di universitas islam bandung. Dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.706 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan korelasi negatif antara <em>self-esteem</em> dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa tingkat akhir di universitas islam bandung yang artinya jika <em>self-esteeem</em> meningkat maka prokrastinasi akademik menurun begitupun sebaliknya.</p> Vania Maovangi Day Dewi Rosiana Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-13 2024-01-13 4 1 1 6 10.29313/bcsps.v4i1.9597 Pengaruh Work Life Balance terhadap Work Engagement pada Guru SLB https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9717 <p><strong>Abstract.</strong> Work engagement (Schaufeli and Bakker, 2004; Schaufeli, 2012) is a state of affective motivation or positive thinking in which employees feel energetic (vigor), enthusiastic (dedication), and immersed in their activities (absorption). Work life balance (Fisher et al., 2009) defines the balance between work and personal life that affects individual well-being. This study aims to determine the effect of work life balance on work engagement in special school teachers. This study used a sample of 214 permanent special school teachers. The hypothesis in this study is that work life balance has a significant effect on work engagement in special school teachers. The method used in this research is quantitative causality method using multiple linear regression analysis techniques using a sample of 214 respondents. The measuring instrument used is the Utrecht Work Engagement Scale (UWES) developed by Schaufeli and Bakker (2004) which was adapted by Kristiana et al. (2018) into a 9-item version and a work life balance measuring instrument developed by Fisher et al. (2009) which was adapted by Gunawan et al. (2019). The results of this study indicate that simultaneously, work life balance influences work engagement by 12.9%. While partially, only the Personal Life Enhancement of Work (PLEW) dimension has an influence, which is 12.7%.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> <em>Work </em><em>engagement </em>(Schaufeli dan Bakker, 2004; Schaufeli, 2012) merupakan keadaan motivasi afektif atau pemikiran positif yang di mana karyawan merasakan energik <em>(vigor), </em>antusias <em>(dedication), </em>dan tenggelam dalam aktivitas mereka <em>(absorption). </em><em>Work life balance</em> (Fisher et al., 2009) mendefisikan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi yang berpengaruh untuk kesejahteraan individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh <em>work life balance</em> terhadap <em>work engagement</em> pada guru Sekolah Luar Biasa (SLB). Penelitian ini menggunakan sampel guru tetap SLB sebanyak 214 orang. Hipotesis dalam penelitian ini adalah <em>work life balance</em> berpengaruh signifikan terhadap <em>work engagement</em> pada guru SLB. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif kausalitas dengan menggunakan teknik analisis regresi linear berganda yang menggunakan sampel responden sebanyak 214 orang. Alat ukur yang digunakan adalah <em>Utrecht Work Engagement Scale</em> (UWES) yang dikembangkan oleh Schaufeli dan Bakker (2004) yang diadaptasi oleh Kristiana et al. (2018) menjadi versi 9 item dan alat ukur <em>work life balance</em> yang dikembangkan oleh Fisher et al. (2009) yang diadaptasikan oleh Gunawan et al. (2019). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan, <em>work life balance</em> memberikan pengaruh terhadap <em>work engagement</em> sebesar 12.9%. Sedangkan secara parsial hanya dimensi <em>Personal Life Enhancement of Work</em> (PLEW) memberikan pengaruh yaitu sebesar 12.7%.</p> Annisa Dinda Zaytuna Dinda Dwarawati Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 7 14 10.29313/bcsps.v4i1.9717 Stress Akademik pada Mahasiswa Rantau Tahun Pertama Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9718 <p><strong>Abstract. </strong>Overseas students experience more stress than non-overseas students (Handayani, 2020). The stress felt by first-year overseas students comes from academic pressure. To deal with academic stress experienced by students, students need mental strength, namely patience. This study aims to determine how much impact patience has on academic stress and which aspects of patience have the most impact on academic stress in first-year overseas students in the city of Bandung. The research design used in this study is a quantitative study with a non-experimental causality design using a patience variable measuring tool compiled by Yusuf (2021) with a validity value range of 0.5-0.8 and a reliability of 0.93 and an academic stress measuring instrument constructed by Rizka Hadian Permana, S .Psi., M.Psi and Lilim Halimah, BHSc., MHSPY based on Sarafino's theory with a validity value range of 0.316-0.862 and a reliability of 0.977. The sampling technique used was inccidental sampling and 109 respondents were tested using multiple linear regression tests. The results of the multiple regression test show that there is a significant effect between patience and academic stress, with an r-square value of 0.400 or 40%. The aspects of patience that have a significant effect on academic stress are the aspects of steadfastness and perseverance.</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Mahasiswa rantau lebih banyak mengalami stres dibandingkan dengan mahasiswa yang bukan rantau (Handayani, 2020). Stres yang dirasakan mahasiswa rantau tahun pertama salah satunya bersumber dari tekanan akademik. Untuk menghadapi stres akademik yang dialami mahasiswa, maka mahasiswa memerlukan kekuatan mental yaitu kesabaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kesabaran terhadap stres akademik serta aspek kesabaran mana yang paling berpengaruh terhadap stres akademik pada mahasiswa rantau tahun pertama di Kota Bandung. Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain kausalitas non eksperimen menggunakan alat ukur variabel kesabaran yang disusun oleh Yusuf (2021) dengan rentang nilai validitas 0.5-0.8 dan reliabilitas 0.93 serta alat ukur stres akademik yang dikonstruksikan oleh Rizka Hadian Permana, S.Psi., M.Psi dan Lilim Halimah, BHSc., MHSPY berdasarkan teori Sarafino dengan rentang nilai validitas 0.316-0.862 dan reliabilitas 0.977. Teknik <em>sampling </em>yang digunakan adalah <em>inccidental sampling </em>dan mendapatkan 109 responden yang diuji dengan uji regresi linear berganda. Hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan antara kesabaran dan stres akademik, dengan nilai <em>r-square </em>sebesar 0.400 atau 40%. Adapun aspek kesabaran yang berpengaruh signifikan terhadap stres akademik adalah aspek tabah dan tekun.</p> Nisrina Najwa Umar Yusuf Supriatna Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 15 20 10.29313/bcsps.v4i1.9718 Pengaruh Social Support terhadap Career Adaptability pada Mahasiswa Akhir di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9724 <p><strong>Abstract.</strong> Final students are required to have preparation in future career planning to avoid difficulties in job search later. The difficulty in finding a job has a relationship with the gap between the competencies needed and the competencies possessed by students due to the lack of readiness of new graduates in career adaptation. It is known that there are only twenty percent of college graduates who work in accordance with their study program while the rest work outside the study program. This indicates that final year students need to be equipped with an understanding of career adaptability for self-adjustment in the work environment. Many factors can influence, one of which is social support. This study aims to determine how much influence social support has on career adaptability in final year students in Bandung. There were 206 final year students as respondents who participated in this study. The measuring instruments used are Career Adapt-Abilities Scale (CAAS) for Career Adaptability and The MOS-Social Support Survey (MOS-SSS) for Social Support. The research design used is quantitative with causality method and the sampling technique used is convenience sampling and the analysis technique used is simple regression. The results of statistical tests obtained the influence of social support on career adaptability in final year students in the city of Bandung with a contribution of 10.2% with a significance value of 0.00 &lt;0.05.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Mahasiswa akhir dituntut memiliki persiapan dalam perencanaan karir masa depan untuk menghindari kesulitan dalam pencarian kerja nantinya. Kesulitan mendapat pekerjaan memiliki hubungan dengan kesenjangan antara kompetensi yang dibutuhkan dengan kompetensi yang dimiliki mahasiswa akibat dari kurangnya kesiapan dalam adaptasi karir. Diketahui hanya terdapat dua puluh persen lulusan perguruan tinggi yang bekerja sesuai dengan program studinya sementara sisanya bekerja di luar prodi. Hal ini mengindikasikan jika mahasiswa tingkat akhir memerlukan pembekalan pemahaman <em>career adaptabi</em><em>l</em><em>ity</em> untuk penyesuaian diri di lingkungan kerja. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi, salah satunya yakni dukungan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh <em>social support</em> terhadap <em>career adaptability</em> pada mahasiswa tingkat akhir di kota Bandung. Terdapat 206 mahasiswa tingkat akhir sebagai responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Alat ukur yang digunakan yakni <em>Career Adapt-Abilities Scale</em> (CAAS) untuk <em>Career Adaptability</em> dan <em>The M</em><em>OS</em><em>-Social Support Survey</em> (MOS-SSS) untuk <em>Social Support</em>. Desain penelitian yang digunakan yakni kuantitatif dengan metode kausalitas dan teknik sampling yang digunakan yakni <em>convenience sampling</em> dan teknik analisa yang digunakan yakni regresi linear sederhana. Hasil uji statistik diperoleh pengaruh <em>social support</em> terhadap career adaptability pada mahasiswa tingkat akhir di kota Bandung dengan kontribusi sebesar 10.2% dengan nilai signifikansi 0.00 &lt; 0.05.</p> Anabila Zahra Auliya Siti Qodariah Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 21 28 10.29313/bcsps.v4i1.9724 Hubungan Social Support dengan Teacher Efficacy dimediasi oleh Work Engagement https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9734 <p><strong>Abstract.</strong> Teacher efficacy is one factor that has the potential to differentiate between teachers, because there are differences in perceptions regarding efficacy when teaching to different students or in various situations. Social support is an important factor in teacher efficacy. Work Engagement can play a role in the relationship between social support and teacher efficacy. However, cultural differences can affect all three. Apart from that, social support can come from various sources outside of family, friends and those closest to you. This research aims to determine the relationship between social support and teacher efficacy through work engagement in 214 special education school teachers in Bandung City. The method used in this research is a quantitative method with Spearman Rank &amp; Structural Equation Modeling (SEM) correlation test analysis. The measuring instrument used is the Revised-Multidimensional Scale of Perceived Social Support (R-MSPSS) measuring instrument developed by Ho and Chan and adapted by Oktarina et al (2021), Teacher's Sense of Efficacy Scale adapted by Maulana et al (2020) and The Utrecth Work Engagement Scale which has been adapted by Febrian Kristiana et al (2018). The research results show that there is a positive relationship between social support and teacher efficacy in special school teachers in Bandung City (r = 0.338). Then work engagement does not have a mediating role.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> <em>Teacher efficacy</em> merupakan salah satu faktor yang berpotensi membedakan antar guru, karena terdapatnya perbedaan persepsi terkait <em>efficacy </em>ketika mengajar pada&nbsp; siswa yang berbeda atau dalam berbagai situasi. <em>Social support</em> merupakan faktor penting dalam <em>teacher efficacy</em>. <em>Work Engagement</em> dapat berperan dalam hubungan <em>social support</em> dan <em>teacher efficacy</em>. Namun, perbedaan budaya dapat mempengaruhi ketiganya. Selain itu, <em>social support</em> dapat muncul dari berbagai sumber di luar keluarga, teman, dan orang terdekat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan <em>social support</em> terhadap <em>teacher efficacy</em> melalui <em>work engagement </em>pada 214 orang guru SLB di Kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan analisis uji korelasi <em>Spearman Rank</em> &amp;<em> Structural Equation Modelling </em>(SEM). Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur <em>Revised-Multidimensional Scale of Perceived Social Support </em>(R-MSPSS) yang dikembangkan oleh Ho dan Chan dan diadaptasi oleh Oktarina et al (2021), <em>Teacher’s Sense of Efficacy Scale</em> diadaptasi oleh Maulana et al (2020) dan <em>The Utrecth Work Engagement Scale</em> yang telah diadaptasi oleh Febrian Kristiana et al (2018). Hasil penelitian menunjukan bahwa hubungan positif antara<em> social support</em> dan<em> teacher efficacy</em> pada guru SLB di Kota Bandung (r = 0,338). Lalu <em>work engagement</em> tidak memiliki peran sebagai mediasi.</p> <p>&nbsp;</p> Tenaya Nur Kaulika Tammy Dinda Dwarawati Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 29 36 10.29313/bcsps.v4i1.9734 Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Work Family Conflict pada Single Mother di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9738 <p><strong>Abstract. </strong>Work family conflict is a conflict between roles in which the role pressures from the work and family domains conflict in several ways Greenhaus and Beutell (1985). Social support is a reciprocal relationship involving at least two people in terms of resources, with the aim of helping the person receiving support (House, 1983). Cohen and Wills (1985) said social support can reduce stress by changing coping patterns by influencing self-perception and individual behavior when solving problems. Factors that can reduce stress in single mothers is social support. The purpose of this study was to determine how much influence social support has on work-family conflict in single mothers. This research is a quantitative research using causality method. The population in this study were single mothers in Bandung, so it used purposive sampling with a total of 105 people. The analysis technique used is multiple linear regression. The measuring instrument used within this research are the work-family conflict scale created by &nbsp;Carlson &amp; Kacmar which has been translated to Indonesian by Kuntari (2014) and the social support measurement developed by Parasuraman based on House (1983) and has been adapted by researchers. The results showed that social support had a significant negative effect on work-family conflict in single mothers in Bandung by 9.8%. The biggest influence is the support of colleagues at 7.82%.</p> <p><strong>Abstrak. </strong><em>Work family conflict</em> merupakan konflik antar peran di mana tekanan peran dari domain pekerjaan dan keluarga saling bertentangan dalam beberapa hal Greenhaus dan Beutell (1985). Dukungan sosial adalah hubungan timbal balik yang melibatkan sekurangnya dua orang dalam hal sumber daya, dengan tujuan membantu orang yang menerima dukungan (House, 1983). Cohen dan Wills (1985) mengatakan dukungan sosial dapat mengurangi stres dengan mengubah pola koping dengan mempengaruhi persepsi diri dan perilaku individu ketika menyelesaikan masalah. Faktor yang dapat mengurangi stres pada <em>single mother</em> adalah dukungan sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dukungan sosial terhadap <em>work family conflict</em> pada <em>single mother</em>. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode kausalitas. Populasi dalam penelitian ini adalah <em>single mother</em> di Kota Bandung sehingga menggunakan <em>purposive sampling </em>dengan jumlah 105 orang. Teknik analisis yang digunakan adalah uji linear berganda. Alat ukur yang digunakan adalah <em>Work-family conflict scale</em> dari Carlson &amp; Kacmar yang diadaptasi oleh Kuntari (2014) dan alat ukur dukungan sosial (1983) yang dikembangkan oleh Parasuraman dan telah diadaptasi oleh peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial berpengaruh negatif signifikan terhadap <em>work family conflict pada single mother</em> di Kota Bandung sebesar 9,8 %. Pengaruh paling besar yaitu dukungan rekan kerja sebesar 7,82%.</p> Bianca Clarissa Audy Putri Anna Rozana Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 37 43 10.29313/bcsps.v4i1.9738 Hubungan Work Engagement dan Readiness for Change Guru SMP Negeri di Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9739 <p><strong>Abstract.</strong> At this time, change is inevitable in the sustainability of a company or organization. This includes changes that occur in the field of education, namely the Independent Curriculum. In the face of change, teachers need to have high readiness for change. Readiness For Change is defined as the readiness of individuals to face changes that occur in the organization. Readiness For Change is a multidimensional construct correlated by beliefs among employees Holt et al (2007). Readiness for change can be improved through work engagement. Work engagement is defined as a positive and satisfying work-related state of mind characterized by vigor, dedication, and absorption (Schaufeli &amp;; Bakker, 2010). This study aims to determine how closely the relationship between work engagement and readiness for change. This research was conducted on public junior high school teachers in the city of Bandung who were conducting the Independent Curriculum. The sample in this study amounted to 97 public junior high school teachers in the city of Bandung. The measuring instrument used in the readiness for change variable comes from Holt (2007) adapted by Wisnu et al (2022). This measuring instrument has 25 items. Meanwhile, work engagement is measured using Utrecht Work Engagement Scale-17 (UWES-17) from Schaufeli &amp; Bakker adapted by Angga et al (2020). The data analysis used is a product moment test. The results of the study found that readiness for change has a strong relationship with work engagement by 90% with the aspect that has the greatest relationship, namely appropriatness to work engagement in participants of public junior high school teachers this study.</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Pada saat ini, perubahan merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam keberlangsungan suatu perusahaan atau organisasi. Hal ini termasuk perubahan yang terjadi dalam bidang pendidikan yaitu Kurikulum Merdeka. Dalam menghadapi perubahan, guru perlu memiliki <em>readiness for change </em>yang tinggi. <em>Readiness For Change</em> didefinisikan sebagai kesiapan individu dalam menghadapi perubahan yang terjadi pada organisasi. <em>Readiness For Change</em> adalah konstruksi multidimensi yang dikorelasi oleh keyakinan di antara karyawan Holt et al (2007).&nbsp; &nbsp;<em>Readiness for change </em>dapat ditingkatkan melalui <em>work engagement. Work Engagement </em>didefinisikan sebagai sebagai keadaan pikiran yang berhubungan dengan pekerjaan yang positif dan memuaskan yang ditandai dengan <em>vigor</em>, <em>dedication</em>, dan <em>absorption</em> (Schaufeli &amp; Bakker, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara <em>work engagement </em>dan <em>readiness for change.</em> Penelitian ini dilakukan kepada guru smp negeri di kota Bandung yang sedang melakukan Kurikulum Merdeka. Sampel pada penelitian ini berjumlah 97 guru smp negeri di kota Bandung. Alat ukur yang digunakan pada variabel <em>readiness for change </em>berasal dari Holt (2007) yang diadaptasi oleh Wisnu et al (2022). Alat ukur ini memiliki 25 item. Sedangkan untuk <em>work engagement </em>diukur menggunakan <em>Utrecht Work Engagement Scale-17</em> (UWES-17) dari Schaufeli &amp; Bakker yang diadaptasi oleh Angga et al (2020). Analisis data yang digunakan adalah uji <em>product moment. </em>Hasil penelitian ditemukan bahwa <em>readiness for change</em> memiliki hubungan yang kuat terhadap <em>work engagement </em>sebesar 90% dengan aspek yang memiliki hubungan paling besar yaitu <em>appropriatness</em> terhadap <em>work engagement </em>pada partisipan guru smp negeri penelitian ini.</p> Awang Lukman Nur Karim Hendro Prakoso Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 44 51 10.29313/bcsps.v4i1.9739 Pengaruh Transformational Leadership terhadap Job Satisfaction yang dimediasi Oleh Occupational Self-Efficacy https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9754 <p><strong>Abstract</strong>. The work environment directly impacts job attitudes, particularly job satisfaction, which refers to one's attitude toward their job. Several studies have shown that organizations can enhance their employees' job satisfaction through transformational leadership. Job satisfaction is associated with the level of self-efficacy, known as occupational self-efficacy in the job context. Occupational self-efficacy can empower employees to navigate various changes in their work conditions. Among the many changes that have occurred, the most comprehensive change is the transition from traditional office work to remote work. The aim of this research is to investigate the influence of transformational leadership on job satisfaction among remote workers at PT. X, mediated by occupational self-efficacy. The research design employed in this study is a quantitative and causal approach. The study involved 16 employees at PT. X. The measurement tool used to assess transformational leadership is the Multifactor Leadership Questionnaire (MLQ) developed by Bass and Avolio (1995) and adapted by Akbar (2011), with a Cronbach's alpha value of 0.960. Job satisfaction is measured using the Job Satisfaction Scale (JSS) developed by Spector (1997) and adapted by Akbar (2011), with a Cronbach's alpha value of 0.964. Occupational self-efficacy (OSS) is measured using Bandura's (2010) scale, adapted by Rubianto &amp; Kembaren (2023), with a Cronbach's Alpha value of 0.897. The research findings indicate that transformational leadership has an indirect and non-significant influence on job satisfaction, accounting for 16.3%.</p> <p><strong>Abstrak</strong>. Lingkungan kerja berdampak langsung pada sikap kerja, sikap terhadap penilaian di pekerjaan disebut job satisfaction. Dalam beberapa penelitian menunjukan bahwa organisasi dapat meningkatkan job satisfaction karyawannya, dengan transformational leadership. Job satisfaction berhubungan dengan tingkat self-efficacy, pada latar pekerjaan disebut occupational self-efficacy. Occupational self-efficacy dapat membuat karyawan mengatasi setiap perubahan kondisi kerja. Diantara sekian banyak perubahan yang terjadi, perubahan yang paling menyeluruh adalah peralihan pekerjaan secara langsung menjadi remote work. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Transformational leadership terhadap Job satisfaction pada Karyawan Remote work di PT. X yang dimediasi oleh occupational self-efficacy. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan kausalitas. Subjek penelitiannya sebanyak 16 karyawan di PT. X. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur transformational leadership adalah skala Multifactor Leadership Questionnaire (MLQ) milik Bass dan Avolio (1995), yang telah diadaptasi oleh Akbar (2011) nilai Cronbach’s alpha 0.960. Alat ukur job satisfaction menggunakan Job Satisfaction Scale (JSS) milik Spector (1997) yang diadaptasi oleh Akbar (2011) nilai Cronbach’s alpha 0.964. Alat ukur occupational self-efficacy (OSS) milik Bandura (2010) yang diadaptasi oleh Rubianto &amp; Kembaren (2023) nilai Cronbach’s Alpha 0.897. Hasil penelitian menunjukan bahwa transformational leadership tidak berpengaruh signifikan terhadap job satisfaction secara tidak langsung sebesar 16,3%.</p> Galuh Adhiyaksa Suhana Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 52 57 10.29313/bcsps.v4i1.9754 Competitive Stress pada Atlet Sepatu Roda di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9789 <p><strong>Abstract.</strong> Stress when facing a match is a problem of frequent emotional turmoil disturbing, especially in individual sports, one of which is roller skating athletes in Bandung City. This is because athletes feel less confident and the roller skating track in Bandung City is not suitable for athletes training caused by the asphalt has been damaged and the gravel has come off. Therefore, to make a professional athlete requires strength psychological in the form of patience. Patience is the ability to manage, controlling and directing thoughts, feelings to cope with various difficulties include reducing competitive stress. This research aims to know how much influence patience has on competitive stress and aspects which patience has the most influence on competitive stress. The method used is non-experimental causality with a quantitative approach. The population selected in this study is roller skaters in Bandung City of which there are 31 athletes. Measurement using Patience measuring instruments by Umar Yusuf (2020) and Competitive Stress made by Nurmalita (2015) with refer to the theory of Singgih 2008 &amp; Husdarta 2014. The data analysis used is simple regression analysis techniques and multiple regression. Based on the results of the study the research shows that patience affects competitive stress in roller skate athletes in Bandung City by 58.6% and the aspect of patience that most affects the competitive stress of roller skate athletes in Bandung City is steadfast.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Stres ketika menghadapi pertandingan merupakan masalah gejolak emosi yang sering mengganggu, terutama pada cabang olahraga individu salah satunya atlet sepatu roda di Kota Bandung. Hal ini disebabkan karena atlet merasa kurang percaya diri dan lintasan sepatu roda yang ada di Kota Bandung sedang tidak layak dipakai untuk atlet latihan yang disebabkan karena aspal sudah rusak serta kerikil sudah lepas. Oleh karena itu, untuk menjadikan seorang atlet yang professional membutuhkan kekuatan psikologis berupa kesabaran. Kesabaran merupakan kemampuan untuk mengatur, mengendalikan dan mengarahkan pikiran, perasaan untuk mengatasi berbagai kesulitan termasuk mengurangi competitive stress. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kesabaran terhadap competitive stress dan aspek kesabaran manakah yang paling berpengaruh terhadap competitive stress. Metode yang digunakan adalah kausalitas non-eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah atlet sepatu roda di Kota Bandung yang berjumlah 31 atlet. Pengukuran menggunakan alat ukur Kesabaran oleh Umar Yusuf (2020) dan Competitive Stress yang dibuat oleh Nurmalita (2015) dengan merujuk teori Singgih 2008 &amp; Husdarta 2014. Analisis data yang digunakan adalah teknis analisis regresi sederhana dan regresi berganda. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kesabaran berpengaruh terhadap competitive stress pada atlet sepatu roda di Kota Bandung sebesar 58,6 % dan aspek kesabaran yang paling berpengaruh terhadap competitive stress atlet sepatu roda di Kota Bandung adalah tabah.</p> Faiza Shaffani Hidayat Umar Yusuf Supriatna Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 58 64 10.29313/bcsps.v4i1.9789 Hubungan Regulasi Emosi dan Self Injuries Behavior Perempuan Dewasa Awal di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9793 <p><strong>Abstract.</strong> This study aims to determine the relationship between emotional regulation and self-injuries behavior in early adult women in Bandung City. This research includes quantitative research with correlational methods and using purposive sampling. The subjects of this study were 97 early adult women in Bandung, aged 18-25 years. The data analysis method uses spearman rank correlation. Data collection using inventory of statements about self-injury (ISAS) from Klonsky and Glenn (2009) for emotion regulation variables using emotion regulation questionnaire (ERQ) from Gross and John (2003). The results of data analysis showed a positive relationship between emotional regulation and self-injuries with a significance value of 0.018 &lt; from alpha which is 0.5. This means that the lower the emotion regulation, the higher the level of self-injury behavior.</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan regulasi emosi dan <em>self-injuries behaviour</em> pada perempuan dewasa awal di Kota Bandung. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan metode korelasional dan menggunakan <em>purposive sampling</em>. Subjek penelitian ini adalah perempuan dewasa awal di Kota Bandung berjumlah 97 orang, dengan usia 18-25 tahun. Metode analisis data menggunakan <em>spearman rank correlation</em>. Pengumpulan data menggunakan <em>inventory of statements about self-injury</em> (ISAS) dari Klonsky dan Glenn (2009) untuk variabel regulasi emosi menggunakan <em>emotion regulation questionnaire </em>(ERQ) dari Gross dan John (2003). Hasil analisis data menunjukan adanya hubungan positif antara regulasi emosi dan <em>self-injuries</em> dengan nilai signifikansi 0.018 &lt; dari alpha yaitu 0.5. Artinya semakin rendah regulasi emosi, semakin tinggi tingkat <em>self-injuries behaviour</em><em>.</em></p> Haura Atha Zhafira Siti Qodariah Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 65 71 10.29313/bcsps.v4i1.9793 Studi Kontribusi Workplace Spirituality terhadap Affective Well-being Karyawan Restoran Cepat Saji di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9796 <p><strong>Abstract. </strong>Workplace spirituality is defined as something at employee’s workplace related to employee’s perception about meaningful work, sense of community, and alignment with organizational values (Milliman et al., 2003<sup>16</sup>). Van Katwyk et al. (2000)<sup>4</sup> defined affective well-being as employee’s affection about their job and how their affective responds towards their job. This study aims to know how workplace spirituality contributes to fast food workers’ affective well-being. This study is a quantitative study and used multiple regression analysis. The subject of this study are 98 shift workers working as crew store in a fast-food-chains in Bandung, Indonesia. The sample are measured by non-probability sampling using convenience sampling method. Workplace Spirituality Scale by Milliman et al. (2018)<sup>15</sup> and Job-related Affective Well-being Scale by Van Katwyk et al. (2000)<sup>4</sup> that were adapted to Indonesian by Permana and Prakoso (2022)<sup>12</sup> are used for the instrument. This study found that workplace spirituality has 46.1% significant contribution to affective well-being, with sense of community has the highest contribution (19%), then alignment with organizational values (15.2%), and lastly meaningful work (11.9%).</p> <p><strong>Abstrak. </strong><em>Workplace spirituality </em>didefinisikan sebagai sesuatu di tempat kerja karyawan yang berkaitan dengan persepsi karyawan mengenai <em>meaningful work, sense of community, </em>dan <em>alignment with organizational values </em>(Milliman et al., 2003<sup>16</sup>). <em>Affective well-being </em>menurut Van Katwyk et al. (2000)<sup>4</sup> adalah perasaan karyawan akan pekerjaannya dan bagaimana respon perasaan karyawan terhadap pekerjaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kontribusi <em>workplace spirituality </em>terhadap <em>affective well-being </em>karyawan restoran cepat saji. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan teknik analisis regresi berganda. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 98 orang <em>crew store</em> yang bekerja secara <em>shift</em> di restoran cepat saji di Kota Bandung, yang didapatkan dengan teknik <em>non-probability sampling </em>menggunakan metode <em>convenience sampling</em>. Alat ukur yang digunakan adalah <em>Workplace Spirituality Scale </em>dari Milliman et al. (2018)<sup>15</sup> dan <em>Job-</em><em>r</em><em>elated Affective Well-being Scale </em>dari Van Katwyk et al. (2000)<sup>4</sup> yang keduanya telah diadaptasi oleh Permana dan Prakoso (2022)<sup>12</sup>. Penelitian ini menemukan bahwa <em>workplace spirituality </em>memiliki kontribusi yang signifikan sebesar 46.1% terhadap <em>affective well-being</em>, dengan aspek <em>sense of community </em>yang paling tinggi kontribusinya (19%), diikuti <em>alignment with organizational values </em>(15.2%), dan <em>meaningful work </em>(11.9%).</p> Safira Nura Hanjani Ali Mubarak Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 72 78 10.29313/bcsps.v4i1.9796 Hubungan antara Aktivitas Selfie dengan Self-Esteem pada Wanita Emerging Adulthood https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9860 <p><strong>Abstract</strong>. In today's digital era, social activities are carried out in the digital world through social media. Individuals can express themselves through personal uploads, namely by uploading selfies. Several studies have found that uploading selfies is associated with several positive impacts for the uploaders, including self-esteem. However, there are several studies that see that selfies can reduce self-esteem. Research also found a positive relationship between selfie activities and narcissism, which is a form of imbalanced self-esteem. There is even research that finds no relationship between self-esteem and selfie activities. The aim of this research is to see whether there is a relationship between selfie activities and self-esteem in emerging adulthood women. The subjects of this research were 103 emerging adulthood women in Bandung City. This research uses the Self-Esteem Scale (SFS) measuring tool by Boursier and Manna (2018) which has been adapted into Indonesian by Henryan and Simanjuntak (2022), and the Self-Esteem measuring tool by Hanifah and Aslamawati (2016). The analysis technique used is the Kendall's Tau correlation test. The results found that there was no significant relationship between selfie activities and self-esteem in emerging adulthood women in Bandung City with a value of r = .061 and a significance value of p = .376 &gt; .05.</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Pada zaman serba digital saat ini, kegiatan sosial dilakukan hingga pada dunia digital melalui media sosial. Individu dapat mengekspresikan diri melalui unggahan pribadinya, yaitu dengan mengunggah <em>selfie</em>. Beberapa penelitian menemukan bahwa mengunggah <em>selfie </em>berhubungan dengan beberapa dampak positif bagi para pengunggahnya, termasuk terhadap <em>self-esteem</em>. Akan tetapi, ada beberapa penelitian yang melihat bahwa <em>selfie </em>dapat menurunkan <em>self-esteem</em>. Ditemukan juga penelitian yang menemukan adanya hubungan positif antara aktivitas <em>selfie </em>dengan narsisme, yang merupakan salah satu bentuk dari tipe <em>self-esteem </em>yang tidak seimbang. Bahkan ada penelitian yang tidak menemukan hubungan antara <em>self-esteem </em>dengan aktivitas <em>selfie</em>. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat adakah hubungan antara aktivitas <em>selfie </em>dengan <em>self-esteem </em>pada wanita <em>emerging adulthood</em>. Subjek penelitian ini adalah 103 wanita <em>emerging adulthood</em> di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan alat ukur Swafoto-<em>Frequency Scale </em>(SFS) oleh Boursier dan Manna (2018) yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia oleh Henryan dan Simanjuntak (2022), dan alat ukur <em>Self</em>-<em>Esteem </em>oleh Hanifah dan Aslamawati (2016). Teknik analisis yang digunakan adalah uji korelasi Kendall’s Tau. Hasil menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas <em>selfie </em>dengan <em>self-esteem </em>pada wanita <em>emerging adulthood </em>di Kota Bandung dengan nilai r = .061 dan nilai signifikansi p = .376 &gt; .05.</p> Valiant Almer Maulana Hedi Wahyudi Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 79 88 10.29313/bcsps.v4i1.9860 Pengaruh Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional terhadap Workplace Wellbeing pada Karyawan di PT. X https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9869 <p><strong>Abstract. </strong>This research aims to examine the influence of perceptions of transformational leadership style on workplace well-being at PT X. The research method used is quantitative research with a research design namely causality. The number of subjects in this research was 100 employees of PT. X. The measuring instrument used to measure the Transformational Leadership Style is a measuring instrument adapted from Bass and Avolio in Beşiktaş and Orta (2012), namely the Multifactor Leadership Questionnaire (MLQ), and a tool for measuring workplace wellbeing, the author independently compiled a workplace wellbeing scale based on theory workplace wellbeing developed by Page (2005). The research results show that 60% of employees have a high level of perception of transformational leadership style and 75% of employees have a high level of workplace wellbeing. This research uses simple linear regression analysis with results (R2) of 0.800. From the results of this research, it was found that the perception of a transformational leadership style can determine the high and low levels of workplace wellbeing of PT employees. X, the higher and more positive the level of perception of transformational leadership style, the higher their workplace wellbeing and vice versa.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap <em>Workplace Wellbeing</em> di Perusahaan PT X. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yaitu kausalitas. Jumlah subjek dalam penelitian ini yaitu 100 karyawan PT. X. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur Gaya Kepemimpinan Transformasional adalah alat ukur yang mengadaptasi dari <em>Bass dan Avolio dalam Beşiktaş dan Orta (2012)</em> yaitu <em>Multifactor Leadership Quetionnaire (MLQ),</em> dan Alat untuk mengukur <em>workplace wellbeing</em>, penulis menyusun secara mandiri skala <em>workplace wellbeing</em> berdasarkan pada teori workplace wellbeing yang dikembangkan oleh Page (2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60% Karyawan memiliki tingkat persepsi gaya kepemimpinan transformasional yang tinggi dan 75% karyawan memiliki tingkat workplace wellbeing yang tinggi. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear sederhana dengan hasil (R2) sebesar 0.800. Dari hasil penelitian ini didapati bahwa persepsi gaya kepemimpinan transformasional dapat menentukan tingkat tinggi rendahnya workplace wellbeing karyawan PT. X, semakin tinggi dan positif tingkat persepsi gaya kepemimpinan transformasional maka semakin tinggi <em>workplace wellbeing</em> mereka dan begitupun sebaliknya.</p> Muhammad Fakhrizal Nurjaelani Dr. Agus Budiman Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 89 96 10.29313/bcsps.v4i1.9869 Hubungan Religiusitas dengan Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9908 <p><strong>Abstract.</strong> Adolescent behavior is strongly influenced by religiosity. A system of religious standards and values based on individual personal religious beliefs makes religiosity a model of behavior for adolescents. The high prevalence of premarital sex in Indonesia is not in line with the religious values adopted by Indonesian society. Premarital sexual behavior carried out by adolescents is increasingly commonplace, where religiosity should be a shield so that adolescents do not fall into deviant behavior. This study aims to determine how closely related religiosity is to sexual behavior carried out by adolescents in the city of Bandung, with correlational quantitative research methods and using <em>convenience sampling </em>&nbsp;techniques with a total of 125 respondents. This study&nbsp; uses <em>The Centrality of Religiosity Scale </em>(CRS) measurement tool that has been developed so that it can be used to measure the religiosity of adolescents in Indonesia and uses the premarital sexual behavior scale compiled by Yulianto. This study used <em>spearman rank </em>&nbsp;data analysis technique with a correlation value of -.291 with a significance value of .001, meaning that there is a weak relationship between religiosity and sexual behavior in adolescents in Bandung City.</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Abstrak</strong> Perilaku remaja sangat dipengaruhi oleh religiusitas. Sistem standar dan nilai-nilai agama yang didasarkan kepada keyakinan religiusitas pribadi individu menjadikan religiusitas sebagai model perilaku bagi remaja. Tingginya prevalensi seks pranikah di Indonesia, tidak sejalan dengan nilai-nilai agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Perilaku seksual pranikah yang dilakukan oleh remaja semakin lumrah untuk dilakukan, dimana religiusitas seharusnya menjadi tameng agar remaja tidak terjerumus ke dalam perilaku yang menyimpang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa erat hubungan religiusitas dengan perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja di Kota Bandung, dengan metode penelitian kuantitatif korelasional serta menggunakan teknik sampling <em>convenience sampling </em>dengan total responden sebanyak 125 remaja. Penelitian ini menggunakan alat ukur <em>The Centrality of Religiosity Scale </em>(CRS) yang telah dikembangkan sehingga dapat dipakai untuk megukur religiusitas remaja di Indonesia dan menggunakan skala perilaku seksual pranikah yang disusun oleh Yulianto. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data <em>rank spearman </em>dengan nilai korelasi -.291 dengan nilai signifikansi .001, artinya terdapat hubungan yang lemah antara religiusitas dengan perilaku seksual pada remaja di Kota Bandung.</p> Zahra Qurrotu 'Aini Hedi Wahyudi Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 97 105 10.29313/bcsps.v4i1.9908 Pengaruh Perceived Organizational Support terhadap Employee Engagement pada Dosen https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9917 <p><strong>Abstract.</strong> Employee Engagement" refers to the cognitive, emotional, and behavioral condition of employees directed towards desired company outcomes (Shuck and Wollard, 2010). "Perceived Organizational Support," as defined by Eisenberger et al. (1986), is the perception of how much employees feel the organization values their contributions while caring for their well-being during employment. This study aims to determine the influence of Perceived Organizational Support on Employee Engagement among lecturers. The research method employed in this study is quantitative. The subjects of this study are lecturers at private universities in the city of Bandung with an "Excellent" accreditation, totaling 116 individuals. The data analysis technique used is multiple linear regression. The measurement tools used in this research include the Perceived Organizational Support instrument developed by Eisenberger, Huntington, Hutchinson, &amp; Sowa (1986) and adapted by Meilian, Idulfilastri, and Dewi (2020) with 36 items, and the Employee Engagement Scale (EES) developed by Shuck et al. (2016) and adapted by Astari, Kadiyono, and Batubara (2022) with 12 items. The results of this study indicate that Perceived Organizational Support has an influence of 42.7% on Employee Engagement. Supervisor Support has the most significant influence on Employee Engagement, accounting for 26.1%. Meanwhile, Fairness does not have a significant impact on Employee Engagement.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Employee Engagement merupakan kondisi kognitif, emosional, dan perilaku karyawan yang diarahkan menuju hasil perusahaan yang diinginkan (Shuck dan Wollard, 2010). Perceived Organizational Support menurut Eisenberger et al., (1986) merupakan persepsi karyawan mengenai sejauh mana organisasi menghargai kontribusi mereka selama bekerja dan peduli akan kesejahteraan mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Perceived Organizational Support terhadap Employee Engagement pada dosen. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif. Subjek pada penelitian ini adalah dosen perguruan tinggi swasta di Kota Bandung dengan akreditasi Unggul sebanyak 116 orang. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur Perceived Organizational Support yang dikembangkan oleh Eisenberger, Huntington, Hutchinson, &amp; Sowa (1986) dan diadaptasi oleh Meilian, Idulfilastri, dan Dewi (2020) dengan 36 item dan alat ukur Employee Engagement Scale (EES) yang dikembangkan oleh Shuck et al (2016) yang diadaptasi oleh Astari, Kadiyono, dan Batubara (2022) dengan 12 item. Hasil penilitian ini menunjukkan bahwa Perceived Organizational Support memberikan pengaruh sebesar 42.7% terhadap Employee Engagement. Supervisor Support memberikan pengaruh paling besar pada Employee Engagement yaitu sebesar 26.1%. sedangkan, Fairness tidak berpengaruh terhadap Employee Engagement.</p> Gayatri Mazaya Khairana Umbara Dinda Dwarawati Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 106 112 10.29313/bcsps.v4i1.9917 FoMO (Fear of Missing Out) pada Mahasiswa Pengguna Instagram di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9918 <p><strong>Abstract. </strong>Social media is one of the media for the development of increasingly modern technology. The many features can make it easier for individuals to communicate, find out interesting activities or experiences carried out by others. However, in addition, excessive use of social media can cause FoMO. Fear of missing out (FoMO) is the worry or fear of missing out on valuable moments carried out by others where the individual cannot be present. To minimize this, individuals need to have self-control skills, one of which is patience. Patience is the ability to organize, control, direct (thoughts, feelings, and actions) in overcoming problems. This study aims to examine the effect of patience on fear of missing out (FoMO) on Instagram user students in Bandung City. This study uses a quantitative approach with a non-experimental causality design and multiple regression analysis techniques. The measuring instruments used were patience by Yusuf, U. (2021) and the Fear of Missing Out Scale developed by Przybylski, et al. (2013) and adapted by Azmi (2019). The results showed that there was a significant and negative effect of patience of 53.8% on the fear of missing out (FoMO) on Instagram user students in Bandung City and the most influential aspect of patience was the steadfast aspect.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Media sosial menjadi salah satu media perkembangan teknologi yang semakin modern. Banyaknya fitur dapat memudahkan individu untuk berkomunikasi, mengetahui aktivitas atau pengalaman menarik yang dilakukan oleh orang lain. Namun, disamping itu penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan timbulnya FoMO. <em>Fear of missing out</em> (FoMO) adalah kekhawatiran atau ketakutan akan kehilangan momen berharga yang dilakukan oleh orang lain dimana individu tersebut tidak dapat hadir didalamnya. Untuk meminimalisir hal itu, individu perlu memiliki kemampuan pengendalian diri salah satunya kesabaran. Kesabaran adalah kemampuan untuk mengatur, mengendalikan, mengarahkan (pikiran, perasaan, dan tindakan) dalam mengatasi permasalahan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kesabaran terhadap <em>fear of missing out</em> (FoMO) pada mahasiswa pengguna Instagram di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain kausalitas non-eksperimen dan teknik analisis regresi berganda. Alat ukur yang digunakan adalah kesabaran oleh Yusuf, U. (2021) dan <em>Fear of Missing Out Scale</em> yang dikembangkan oleh Przybylski, et al. (2013) serta diadaptasi oleh Azmi (2019). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari kesabaran yang signifikan dan negatif sebesaar 53.8% terhadap <em>fear of missing out</em> (FoMO) pada mahasiswa pengguna Instagram di Kota Bandung dan aspek kesabaran yang paling berpengaruh yaitu aspek tabah.</p> Nafalia Nurina Pratiwi Umar Yusuf Supriatna Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 113 119 10.29313/bcsps.v4i1.9918 Pengaruh Stres Akademik terhadap Perilaku Cyberloafing pada Mahasiswa Universitas Islam Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9921 <p><strong>Abstract. </strong>Yang, Chen, A, &amp; Chen, Y. stated that the Covid-19 pandemic caused students to experience several new stressors which influenced the level of stress experienced by students, namely health, academic burden, psychological separation from school and fear of Covid-19 infection. Hidayat &amp; Sumantri stated that Cybeloafing is a behavior that is not only limited to workers, but students can also do cyberloafing when they open the internet that is not related to their learning while studying. This research aims to find out how much influence academic stress has on cyberloafing behavior in students at Bandung Islamic University. The measuring instrument used is an academic stress measuring instrument which has been adapted by Nuha11 which refers to Busari's theory12 and a cyberloafing measuring instrument which has been adapted by Nuha11 which refers to Lim's theory5. The sampling technique used is simple probability sampling. The method used is quantitative causality with simple linear regression analysis techniques. The results of this study show that there is a positive influence between academic stress on cyberloafing behavior, namely 11.84%.</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Yang,&nbsp; Chen, A , &amp; Chen, Y. menyebutkan bahwa Pandemi<em> Covid-19 </em>menyebabkan mahasiswa mengalami beberapa stresor baru yang mempengaruhi tingkat stres yang dialami mahasiswa yaitu kesehatan, beban akademis, pemisahan psikologis dari sekolah dan ketakutan untuk infeksi <em>Covid-19</em>.&nbsp; Hidayat &amp; Sumantri menyebutkan<em> Cybeloafing </em>merupakan tingkah laku yang tidak hanya dibatasi oleh para pekerja namun mahasiswa juga dapat melakukan <em>cyberloafing </em>ketika mereka membuka internet yang tidak berhubungan dengan pembelajarannya saat sedang melakukan proses perkuliahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara stress akademik terhadap perilaku <em>cyberloafing</em> pada mahasiswa Universitas Islam Bandung. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur stress akademik yang sudah diadaptasi oleh Nuha<sup>11</sup> yang merujuk pada teori Busari<sup>12</sup> dan alat ukur <em>cyberloafing</em> yang diadaptasi oleh Nuha<sup>11</sup> yang merujuk pada teori Lim<sup>5</sup> .Teknik sampling yang dilakukan adalah <em>simple probability sampling</em>. Metode yang digunakan adalah kuantitatif kausalitas dengan teknik analisis regresi linier sederhana. &nbsp;Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara stress akademik terhadap perilaku cyberloafing, yaitu sebesar 11.84%.</p> Muhammad Rayhan Fajri Eneng Nurlaili Wangi Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 120 128 10.29313/bcsps.v4i1.9921 Pengaruh Psychological Capital terhadap Work Engagement pada Karyawan Generasi Milenial di Perusahaan Startup Digital Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9927 <p><strong>Abstract.</strong> Challenges in the workplace will always exist, so in order for employees to be engaged in their work, it needs to be balanced with high resources ((Bakker &amp; Demerouti, 2008)). Psychological capital is a personal resource that can increase work engagement, because it can be more flexible and adaptive when overcoming challenges, thus providing a competitive advantage (Erum et al., 2020). This research aims to find out how much influence psychological capital has on work engagement among millennial employees in digital startup companies in Bandung City. This research uses quantitative methods with a causality research design. The subjects in this research were 106 respondents who were millennial employees at digital startup companies in Bandung City. The measuring tool used is the Psychological Capital Questionnaire (PCQ) from Luthans et al. (2007) and the Utrecht Work Engagement Scale (UWES) from Schaufeli &amp; Bakker (2003). Data were analyzed using multiple linear regression analysis techniques. The research results show that there is a positive and significant influence of psychological capital on work engagement with a large influence of 69.9% (R Square = .699). Partially, the Resilience aspect is the aspect that has the greatest influence.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Tantangan di tempat kerja akan selalu ada, maka agar karyawan dapat <em>engaged</em> terhadap pekerjaannya, perlu di imbangi dengan sumber daya yang tinggi (Bakker &amp; Demerouti, 2008). <em>Psychological capital</em> merupakan sumber daya pribadi yang dapat meningkatkan<em> work engagement</em>, karena dapat lebih fleksibel dan adaptif ketika mengatasi tantangan, sehingga memberikan keunggulan yang kompetitif (Erum et al., 2020). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh psychological capital terhadap work engagement pada karyawan mielnial di perusahaan startup digital Kota Bandung. Penelitian ini memggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian kausalitas. Subjek dalam penelitian ini adalah 106 responden yang berstatus sebagai karyawan milenial pada perusahaan startup digital di Kota bandung. Alat ukur yang digunakan adalah <em>Psychological Capital Questionnaire</em> (PCQ) dari Luthans et al. (2007) dan <em>Utrecht Work Engagement Scale</em> (UWES) dari Schaufeli &amp; Bakker (2003). Data dianalisis menggunakan teknik analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan dari <em>psychological capital</em> terhadap <em>work engagement </em>dengan besar pengaruh sebesar 69.9% (R Square = .699). Secara parsial aspek <em>Resilience</em> merupakan aspek yang memberikan pengaruh paling besar.</p> Nida Najmaputri Avianti Eneng Nurlaili Wangi Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 129 136 10.29313/bcsps.v4i1.9927 Hubungan antara Tipe Personality dengan Celebrity Worship pada Usia Dewasa Awal Anggota Fandom NCTzen https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9931 <p><strong>Abstract.</strong> Starting from the spread of K-pop music throughout the world, one of which is Indonesia. The increasing interest of Indonesian people in K-pop has led to the emergence of groups of people who are fond of K-pop musicians, one of which is the NCTzen fandom. Carrying out hobby activities for a favorite idol can give rise to excessive obsession behavior called celebrity worship. If individuals become increasingly obsessed with their favorite idol, it can interfere with their daily activities. In previous research it was said that there was a relationship between personality and celebrity worship, but according to research suggestions, further research still needs to be carried out. The research aims to determine the relationship between personality types and celebrity worship among early adulthood members of the NCTzen fandom. Convenience sampling was used to select 400 respondents for the study. The research design employed was quantitative correlational, using the rank spearman correlation test. The Big Five Personality Inventory (BFI) adapted by Ramdhani (2012) based on McCrae &amp; Costa's theory, and the Celebrity Attitude Scale (CAS) adapted by Elmanda &amp; Rositawati (2020) based on Maltby et al.'s theory were used as measurement tools. The findings indicate a moderately strong positive correlation between neuroticism and celebrity worship with a correlation coefficient of r=0.440 and p&lt;0.01. Openness to experience (r=0.270, p&lt;0.01), conscientiousness (r=0.103, p&lt;0.05), extraversion (r=0.293, p&lt;0.05), and agreeableness (r=0.278, p&lt;0.01) were found to be significantly correlated with the entertainment-social dimension of celebrity worship.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Bermula dari menyebarnya musik <em>K-pop </em>ke seluruh dunia, salah satunya Indonesia. Meningkatnya minat masyarakat Indonesia terhadap <em>K-pop </em>menyebabkan munculnya kelompok masyarakat yang gemar terhadap musisi <em>K-pop,</em> salah satunya <em>fandom NCTzen.</em> Melakukan aktivitas kegemaran terhadap idola favorit dapat memunculkan perilaku obsesi yang berlebihan yang disebut <em>celebrity worship</em>. Apabila individu semakin terobsesi dengan idola favoritnya, maka dapat mengganggu aktivitas keseharian. Dalam penelitian terdahulu dikatakan terdapat hubungan antara <em>personality</em> dengan <em>celebrity worship</em>, namun atas saran penelitian masih harus dilakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tipe <em>personality </em>dengan <em>celebrity worship </em>pada usia dewasa awal anggota <em>fandom NCTzen</em>. Teknik pengambilan sampel yaitu <em>convinience sampling</em>, dan diperoleh jumlah sampel penelitian sebanyak 400 responden. Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif korelasional dengan menggunakan teknik analisis uji korelasi <em>rank spearman</em>. Alat ukur yang digunakan adalah <em>Big Five Personality Inventory </em>(BFI) yang diadaptasi oleh Ramdhani (2012) dengan berdasar pada teori McCrae &amp; Costa dan <em>Celebrity Attitude Scale </em>(CAS) yang diadaptasi oleh Elmanda &amp; Rositawati (2020) dengan berdasar pada teori Maltby et al<em>. </em>Temuan pada penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang cukup erat antara tipe kepribadian <em>neuroticism </em>dengan <em>celebrity worship </em>ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar r = 0.440 dan p &lt; 0.01<em>, </em>sedangkan pada tipe kepribadian <em>openness to experience </em>(r = 0.270 dan p &lt; 0.01)<em>, conscientiousness </em>(r = 0.103 dan p &lt; 0.05)<em>, extraversion </em>(r = 0.293 dan p &lt; 0.05)<em>, dan agreeableness </em>(r = 0.278 dan dan p &lt; 0.01) hanya berkorelasi secara signifikan dengan dimensi <em>entertainment-social </em>dari <em>celebrity worship.</em></p> Dahlia Dwikanti Hedi Wahyudi Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 137 146 10.29313/bcsps.v4i1.9931 Studi mengenai Adaptabilitas Karir Mahasiswa https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9934 <p><strong>Abstract.</strong> Current technological developments are causing various changes in life, one of which is in the field of work. The change in working conditions from on-site to online is one of the unexpected changes that occurred in the field of work. Students need career adaptability so they can face all the definite and unexpected changes that occur in the work environment. This research aims to determine the picture of career adaptability in students. The method used is a descriptive analysis technique with a quantitative approach. Participants consisted of 120 psychology students from the 2016–2021 class at Bandung Islamic University who were taken using purposive sampling techniques. The measuring tool used is the Career Adaptability Scale—Short Form (CAAS-SF) from Maggiori, Rosier, and Savickas (2017), which was adapted by Panjaitan and Sahrah. The results of this research show that students have a high level of career adaptability.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Perkembangan teknologi yang terjadi saat ini menimbulkan berbagai perubahan dalam hidup, salah satunya di bidang pekerjaan. Perubahan kondisi kerja yang semula <em>on-site</em> menjadi <em>online</em> merupakan salah satu perubahan tidak terduga yang terjadi di bidang pekerjaan. Mahasiswa membutuhkan adaptabilitas karir agar bisa menghadapi segala perubahan pasti maupun tidak terduga yang terjadi di lingkungan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran adaptabilitas karir pada mahasiswa. Metode yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif pendekatan kuantitatif. Partisipan terdiri dari 120 orang mahasiswa Psikologi angkatan 2016 – 2021 di Universitas Islam Bandung yang diambil menggunakan teknik <em>purposive sampling</em>. Alat ukur yang digunakan adalah <em>Career Adapt-Abilities Scale – Short Form </em>(CAAS-SF) dari Maggiori, Rosier, dan Savickas (2017) yang diadaptasi oleh Panjaitan dan Sahrah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki tingkat adaptabilitas karir yang tinggi.&nbsp;</p> Dhine Pujiastuti dhinepuji Stephani Raihana Hamdan Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 147 152 10.29313/bcsps.v4i1.9934 Gambaran Resiliensi dan Stres Pengasuhan Orang Tua dengan Anak Autis https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9936 <p><strong>Abstract. </strong>Parents of children with autism spectrum disorder (ASD) have higher parenting stress than parents of normal children and child with special needs. In situations where parents feel that challenging behavior in caring for ASD children can have a significant impact on the parents' sense of well-being and ability to cope, where the challenging behavior that is mostly felt is tantrums as a result of the child's difficulty dealing with changes in routine. This study aims to determine the effect of resilience simultaneously on parenting stress in parents who have ASD children. The research design used was quantitative non-experimental with 92 parents who have ASD children in Bandung City with multiple regression data analysis techniques. The results showed the value of R<sup>2</sup> = 0.415 with a sig value = 0.00 &lt;0.05, meaning that the resilience variables had a simultaneous influence on parenting stress with a contribution of 41.5%. Based on the results of the study, the variables of resilience have a simultaneous influence on the variable of parenting stress in parents who have children with autism in Bandung City. The resilience variable with the impulse control aspect which appears to have more contribution in reducing the level of parenting stress of parents with ASD children in Bandung City.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Orang tua dari anak dengan <em>autism spectrum disorder</em> (ASD) memiliki stres pengasuhan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan anak normal dan anak berkebutuhan khusus. Pada kondisi dimana orang tua merasa bahwa perilaku yang menantang dalam mengasuh anak ASD dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap rasa kesejahteraan dan kemampuan orang tua untuk mengatasinya, dimana perilaku menantang yang paling banyak dirasakan adalah tantrum sebagai akibat dari kesulitan anak menghadapi perubahan rutinitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh resiliensi terhadap stres pengasuhan pada orang tua yang memiliki anak ASD. Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif non-eksperimental dengan subjek sebanyak 92 orang tua yang memiliki anak ASD di Kota Bandung dengan teknik analisis data regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan nilai R<sup>2</sup> = 0,415 dengan nilai signifikansi = 0,00 &lt; 0,05, artinya variabel resiliensi memiliki pengaruh secara simultan terhadap stres pengasuhan dengan kontribusi sebesar 41,5%. Berdasarkan hasil penelitian, variabel resiliensi memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel stres pengasuhan pada orang tua yang memiliki anak penyandang autisme di Kota Bandung. Variabel resiliensi dengan aspek impulse control yang terlihat lebih banyak memberikan kontribusi dalam menurunkan tingkat stres pengasuhan orang tua yang memiliki anak ASD di Kota Bandung.</p> Zahra Ainayah Hafidz Stephani Raihana Hamdan Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 153 164 10.29313/bcsps.v4i1.9936 Hubungan Self Control dengan Smartphone Addiction pada Siswa Sma X di Kabupaten Bandung Barat https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9940 <p><strong>Abstract. </strong>The rapid development of technology affects the life of education, work, and in everyday life. One technology that is growing very quickly is the smartphone, which is part and not missed, especially among students. Excessive use of smartphones can cause dependence to the end of daily life. This can be overcome if you have self-control, the reality is that students have not been able to overcome and carry out tasks as students so as not to experience dependence. The purpose of this study was to determine the relationship between self-control and smartphone addiction in students of SMA X Bandung Barat. The method used was quantitative and correlational research design with a total subject of 300 students. The sampling technique used is Purposive Sampling with an analysis technique that tests the Spearman Rank Correlation. Data collection in this study used the Smartphone Addiction Proneness Scale (SAPS) questionnaire from Kim et al (2014) and Self Control (Averill, 1973). The results showed that there was a significant negative relationship between Smartphone Addiction and Self Control in SMA X students in Kabupaten Bandung Barat shown by Spearman correlation values of r = - 0.706 and p = 0.000 (p &lt; 0.05). There is a relationship between self-control and smartphone addiction in students of SMA X Kabupaten Bandung Barat.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Semakin pesat perkembangan teknologi berpengaruh dalam kehidupan pendidikan, pekerjaan, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu teknologi yang berkembang sangat cepat yaitu <em>smartphone, </em>yang menjadi bagian dan tak terlewatkan khusunya di kalangan siswa. Penggunaan <em>smartphone </em>yang berlebihan dapat menyebabkan ketergantungan hingga berdapak pada kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat diatasi jika memiliki adanya <em>self control</em>, realitasnya siswa belum mampu mengatasi dan menjalankan tugas sebagai pelajar agar tidak mengalami ketergantungan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan <em>self control </em>dengan <em>smartphone addiction </em>pada siswa SMA X Kabupaten Bandung Barat. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dan desain penelitian korelasional dengan jumlah subjek 300 siswa. Teknik Sampling yang digunakan <em>Purposive Sampling </em>dengan teknik analisis yang Uji Korelasi Rank Spearman. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kusioner <em>Smartphone Addiction Proneness Scale </em>(SAPS) dari Kim et al (2014) dan <em>Self Control </em>(Averill, 1973). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara antara <em>Smartphone Addiction </em>dan <em>Self Control </em>pada siswa SMA X di Kabupaten Bandung Barat ditunjukkan dengan nilai korelasi Spearman sebesar r = - 0.706 dan p = 0.000 (p&lt;0.05). Terdapat hubungan antara <em>self control </em>dengan <em>smartphone addiction </em>pada siswa SMA X Kabupaten Bandung Barat.</p> Fadila Zulfa Amara Hedi Wahyudi Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 165 170 10.29313/bcsps.v4i1.9940 Hubungan antara Adversity Quotient dengan Stres Akademik pada Mahasiswa Semester Akhir Universitas Islam Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9951 <p><strong>Abstract.</strong> Students are required to have critical thinking and be able to act quickly and precisely. Students will be faced with various demands and obstacles during the lecture process. These include coursework that must be completed at the same time, practicums, achievement of study load, and thesis up to the final semester stage. The various task demands faced can make students feel uncomfortable so they do not enjoy academic activities and have difficulty concentrating. The aim of the research is to describe adversity qoutient and academic stress in Final Semester Students at Bandung Islamic University and to find out how big the relationship is between adversity qoutient and academic stress among Final Semester Students at Bandung Islamic University. The research method is a quantitative research approach. The population used by researchers was 792 final semester students at Bandung Islamic University. A sample of 90 respondents filled out the Google form research questionnaire. So the researcher took everything as a research sample, namely 90 respondents. Based on the calculated T and calculated F, the Sig value is known. (2-tailed) between the two variables is 0.000, smaller than 0.05. So it can be concluded that there is a significant correlation or relationship between the Adversity Quotient variable and the academic stress variable in Final Semester Students at Bandung Islamic University.</p> <p><strong>Abstrak.</strong>Mahasiswa dituntut memiliki pemikiran kritis dan dapat bertindak dengan cepat dan tepat. Mahasiswa akan dihadapkan dengan berbagai tuntutan maupun hambatan selama proses perkuliahan. Diantaranya tugas kuliah yang harus diselesaikan dalam waktu bersamaan, praktikum, pencapaian beban studi, hingga skripsi untuk ke tahap semester akhir. Berbagai tuntutan tugas yang dihadapi dapat membuat mahasiswa merasa tidak nyaman sehingga tidak menikmati kegiatan akademik dan sulit berkonsentrasi. Tujuan penelitian untuk gambaran adversity qoutient serta stres akademik pada Mahasiswa Semester Akhir&nbsp; Universitas Islam Bandung&nbsp; serta juga untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara adversity qoutient dengan stres akademik pada Mahasiswa Semester Akhir&nbsp; Universitas Islam Bandung.&nbsp; Metode penelitian&nbsp; adalah pendekatan penelitian kuantitatif. Populasi yang digunakan peneliti sebesar 792 Mahasiswa Semester Akhir Universitas Islam Bandung Sampel 90 orang responden yang mengisi google form kuesioner penelitian. Maka peneliti mengambil semua menjadi sampel penelitian yaitu 90 orang responden. Berdasarkan T hitung dan F hitung&nbsp; diketahui nilai Sig. (2-<em>tailed</em>) antara kedua variabel adalah sebesar 0,000 lebih kecil 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi atau hubungan yang signifikan antara variabel Adversity Quotient dengan variabel stres akademik pada Mahasiswa Semester Akhir&nbsp; Universitas Islam Bandung.</p> Iqlima Nurfadhila Aulia Agus Budiman Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 171 180 10.29313/bcsps.v4i1.9951 Pengaruh Perceived Organizational Support terhadap Work Life Balance pada Polisi Wanita di Polrestabes Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9955 <p><strong>Abstract. </strong>The job of a policewoman requires her to work around the clock. With irregular working hours, female police officers must try to manage their needs. With activities that are more often carried out in the office, support from the organization can manage the needs of police officers. This study aims to examine the effect of Perceived Organizational Support on Work Life Balance in policewomen at Bandung Police Station. This study uses a causality quantitative approach with simple linear regression techniques and the subjects in this study totaled 71 people. The perceived organizational support measuring instrument scale uses from Eisenberger (1986) which has been adapted by Lubis (2022) and the work life balance measuring instrument uses from Fisher (2009) which has been adapted by Gunawan (2019). The statistical test results show that the value (sig.) = 0.000 means that there is a significant influence. In addition, the coefficient of determination test shows an R-Square value of 0.359 or has an influence of 35.9% so it can be concluded that perceived organizational support has a significant effect on work life balance.</p> <p><strong>Abstrak</strong>. Pekerjaan sebagai anggota polisi wanita (Polwan) menuntut untuk bekerja tanpa kenal waktu. Dengan jam kerja yang tidak teratur membuat anggota polwan harus berupaya untuk mengatur kebutuhan dalam dirinya. Dengan aktivitas yang lebih sering dilakukan di kantor, maka dukungan dari organisasi bisa untuk mengatur kebutuhan dari anggota polwan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh <em>p</em><em>erceived </em><em>o</em><em>rganizational </em><em>s</em><em>upport</em> terhadap <em>w</em><em>ork </em><em>l</em><em>ife </em><em>b</em><em>alance</em> pada polwan di Polrestabes Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif kausalitas dengan teknik regresi linier sederhana dan subjek pada penelitian ini berjumlah 71 orang. Skala alat ukur <em>perceived organizational support</em> menggunakan dari Eisenberger (1986) yang telah diadaptasi oleh Lubis (2022) dan alat ukur work life balance menggunakan dari Fisher (2009) yang telah diadaptasi oleh Gunawan (2019). Hasil uji statistik menunjukkan menunjukkan nilai (sig.) = 0,000 artinya terdapat pengaruh signifikan. Selain itu pada uji koefisien determinasi menunjukkan nilai R-Square 0,359 atau memiliki pengaruh sebesar 35,9% sehingga dapat disimpulkan bahwa <em>perceived organizational support</em> berpengaruh signifikan terhadap <em>work life balance</em>.</p> Aldy Satriayuda Dewi Sartika Rizka Hadian Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 181 187 10.29313/bcsps.v4i1.9955 Pengaruh Tipe Kepribadian terhadap Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9965 <p><strong>Abstract.</strong> Students are required to do assignments on time. But in reality they prefer to postpone doing assignments. Academic procrastination is the behavior of delaying doing academic assignments. This behavior has a negative impact on student achievement. One factor that influences this is personality. The theory which states that there are five forms of personality types developed by McCrae and Costa (1996) is called the Five Factor Model. The five personality traits are <em>extraversion,</em> <em>agreeableness, conscientiousness, neuroticism</em>, and <em>openness.</em> This research aims to find out how personality type influences academic procrastination among students in the city of Bandung. The research was conducted on 377 students using convenience sampling techniques. The measuring instrument used is the 28-item version of the Big Five Inventory (BFI) created by John (1990) which has been adapted by Ramadhani (2012) and the Academic Procrastination Scale (APS) created by McCloskey and Scielzo (2015) which has been adapted by Nurfadhillah (2022). . Multiple Linear Regression Analysis was used to see the influence of each Personality Type on academic procrastination. The results show that Personality Type has an influence on Academic Procrastination among students in Bandung City with a contribution value of 40.1%. The contribution of extraversion is 6.4%, the contribution of agreeableness is 1.5%, the contribution of conscientiousness is 0.5%, the contribution of neuroticism is 31.3%, and the contribution of openness to experience is 0.4%.</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Mahasiswa dituntut untuk mengerjakan tugas tepat waktu. Tetapi keyataannya mereka lebih memilih untuk menunda mengerjakan tugas. Prokrastinasi Akademik ialah perilaku menunda mengerjakan tugas akademik. Perilaku ini mempunyai dampak negative terhadap prestasi mahasiswa. Salah satu factor yang mempengaruhinya ialah kepribadian. Teori yang menyatakan bahwa ada lima bentuk tipe kepribadian dikembangkan oleh McCrae dan Costa (1996) disebut Five Factor Model. Lima trait kepribadian tersebut ialah <em>extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, </em>dan<em> openness</em>. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh Tipe Kepribadian terhadap Prokrastinasi Akademik pada mahasiswa di Kota Bandung. Penelitian dilakukan kepada 377 mahasiswa dengan teknik convenience sampling. Alat ukur yang dipakai adalah Big Five Inventory (BFI) versi 28-item yang dibuat oleh John (1990) sudah diadaptasi oleh Ramadhani (2012) serta Academic Procrastination Scale (APS) dibuat oleh McCloskey dan Scielzo (2015) sudah diadaptasi Nurfadhillah (2022). Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk melihat pengaruh setiap Tipe Kepribadian terhadap prokrastinasi akademik. Hasil menunjukkan bahwa Tipe Kepribadian memiliki pengaruh terhadap Prokrastinasi Akademik pada mahasiswa di Kota Bandung dengan nilai kontribusi sebesar 40,1%. Kontribusi extraversion sebesar 6,4 %, Kontribusi agreeableness&nbsp; sebesar 1,5 %, Kontribusi conscientiousness 0,5% , Kontribusi neuroticism 31,3% , dan Kontribusi openness to experience 0,4%.</p> Nadhira Nur Sabrina Sulisworo Kusdiyati Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 188 198 10.29313/bcsps.v4i1.9965 Pengaruh Work-Study Conflict terhadap Turnover Intention pada Karyawan yang Berkuliah https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9966 <p><strong>Abstract. </strong>Work-study conflict is defined as a condition in which an individual feels a conflict in his professional obligations at work and in his educational obligations in college (Markell &amp; Fronel, 1998)<sup>3</sup>. Turnover Intention is the tendency or intention of an employee to voluntarily resign or move from one place of work to another according to his own choice (Moblely et al, 1978)<sup>6</sup>. This study aims to determine whether there is an effect of work-study conflict on turnover intention in employees who study in Bandung City. Researchers collected data using the work-study conflict scale from Markel and Frone (1998)<sup>3</sup> which was adapted by Aini (2022)<sup>8</sup> and the turnover intention scale from Mobley et.al (1978)<sup>6</sup> which was adapted by Farisan (2022)<sup>9</sup>. In the statistical test process, this study uses simple regression analysis and the results of this study show the influence between work-study conflict on turnover intention with a value of R = 0.623 or it can be said that the work-study conflict variable has a contribution of 62.3% to turnover intention.</p> <p><strong>Abstrak</strong>. Work-study conflict didefinisikan sebagai sulatul kondisi di mana selselorang melrasakan konflik dalam kelwajiban profelsionalnya dalam pekerjaan dan dalam kelwajiban pelndidikannya di perkuliahan (Markell &amp; Fronel, 1998)<sup>3</sup>. Tulrnovelr Intelntion adalah kelcelndelrulngan ataul niat selorang karyawan ulntulk selcara sulkarella melngulndulrkan diri ataul belrpindah dari satul telmpat kelrja kel telmpat kelrja lain selsulai delngan pilihannya selndiri (Moblely elt al, 1978<sup>6</sup>). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh work-study conflict terhadap turnover intention pada karyawan yang berkuliah di Kota Bandung. Peneliti melakukan pengambilan data menggunakan skala work-study conflict dari Markel dan Frone (1998)<sup>3</sup> yang diadaptasi oleh Aini (2022)<sup>8</sup> dan skala turnover intention dari mobley et. al (1978)<sup>6</sup> yang di adaptasi oleh Farisan (2022)<sup>9</sup>. Dalam proses uji statistik penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana dan hasil dari penelitian ini menunjukkan pengaruh antara work-study conflict &nbsp;terhadap turnover intention dengan nilai R= 0,623 atau dapat dikatakan variabel work-study conflict memiliki kontribusi sebesar 62,3% terhadap turnover intention.</p> Bramasta Dimas Hartato Dewi Sartika Rizka Hadian Permana Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 199 204 10.29313/bcsps.v4i1.9966 Hubungan antara Self Esteem dengan Online Dating Deception pada Pengguna Aplikasi Kencan di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9978 <p><strong>Abstract.</strong> The increasing popularity of online dating apps such as Tinder and Bumble has brought attention to the phenomenon of online dating deception, where a person intentionally misrepresents himself with an identity different from reality in establishing an online relationship in an online dating setting. One possibility for individuals to engage in online deception is due to their self-esteem (Baumeister et al., 1989). This study aims to determine the relationship between self-esteem and online dating deception in dating application users, especially Tinder and Bumble. This research was conducted with a quantitative correlational approach. There were 314 participants in this study aged 18-40 years who actively used the dating applications Tinder and Bumble by filling out online questionnaires via the Google Form. The measuring instrument used in this research is the Coopersmith Self-Esteem Inventory which is based on Coopersmith's theory (1967) and Deception Behavior In Social Media which is based on Utz's theory (2005). The results of this study show a significance value of 0.876 &gt; 0.05, meaning that there is no significant relationship between self-esteem and online deception in users of online dating applications Tinder and Bumble with a correlation coefficient of -0.009. This finding confirms that other factors may be more influential in driving individuals to engage in online deception in the context of online dating.</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Meningkatnya popularitas aplikasi kencan online seperti Tinder dan Bumble telah membawa perhatian pada fenomena <em>online dating deception</em>, yaitu saat seseorang secara sengaja melakukan representasi diri yang menipu dengan identitas yang berbeda dari kenyataan dalam menjalinkan hubungan online di setting kencan online. Salah satu kemungkinan individu melakukan <em>online deception</em> dikarenakan <em>self-esteem </em>&nbsp;mereka (Baumeister et al., 1989). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara <em>self esteem</em> dan<em> online dating deception</em> pada pengguna aplikasi kencan khususnya Tinder dan Bumble. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif korelasional. Partisipan dalam actorian ini berjumlah 314 orang berusia 18-40 tahun yang aktif menggunakan aplikasi kencan Tinder dan Bumble dengan mengisi kuesioner secara online melalui <em>Google Form</em>. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur <em>Coopersmith Self esteem Inventory</em> yang didasarkan pada teori Coopersmith (1967) dan <em>Deception Behavior In Social Media</em> yang didasarkan pada teori Utz (2005). Hasil actorian ini menunjukkan nilai signifikansi 0.876 &gt; 0.05, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara <em>self esteem</em> dengan <em>online deception</em> pada pengguna aplikasi kencan online Tinder dan Bumble dengan nilai koefisien korelasi -0.009. Temuan ini menegaskan bahwa actor-faktor lain mungkin lebih berpengaruh dalam mendorong individu untuk terlibat dalam <em>online deception</em> dalam konteks kencan online.</p> Hazrina Suci Nugraha Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 205 212 10.29313/bcsps.v4i1.9978 Intervensi Aku Anak Hebat Berbasis Body Safety Training untuk Meningkatkan Self Awareness terhadap Situasi Berpotensi Kekerasan Seksual https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/9985 <p class="PROSIDING-AFILIASI"><strong><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt;">Abstract.</span></strong><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt;"> The high rate of child sexual abuse in West Java is partly due to children's low self-awareness of their physical, mental and environmental conditions. Self awareness is the ability to understand their own relationship with their environment, with many people, and with events that interact in daily life (Waitley, 1997). One of the prevention efforts can be done through the provision of the intervention program Aku Anak Hebat based on Body Safety Training (Sumaryati and research team, 2022) adapted from Body Safety Training (Wurtele, 1986). This intervention program contains important information that children should know to keep their bodies safe from potential sexual violence situations. The approach used was quantitative, with a Quasi experimental research method and Pre experimental one group pretest-posttest design. This research was conducted at X public elementary school involving 18 research subjects. Data analysis was carried out with the Paired Sample T Test test. The results showed a significance value of 0.03 &lt;0.05, which means that there is an effect of providing the Aku Anak Hebat intervention on increasing Self Awareness in grade 2 children at X public elementary school.</span></p> <p class="PROSIDING-AFILIASI">&nbsp;</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Tingginya angka kekerasan seksual pada anak di Jawa Barat salah satunya disebabkan oleh rendahnya <em>self awareness</em> anak terhadap kondisi fisik, mental, dan lingkungan sekitarnya. <em>Self awareness</em> adalah kemampuan untuk memahami hubungan mereka sendiri dengan lingkungan mereka, dengan banyak orang, dan dengan peristiwa yang berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari (Waitley, 1997). Salah satu upaya pencegahan dapat dilakukan melalui pemberian program intervensi Aku Anak Hebat berbasis <em>Body Safety Training</em> (Sumaryati dan tim riset, 2022) yang diadaptasi <em>Body Safety Training</em> (Wurtele, 1986). Program intervensi ini berisi informasi penting yang harus anak ketahui untuk menjaga keamanan tubuhnya dari situasi berpotensi kekerasan seksual. Pendekatan yang digunakan kuantitatif, dengan metode penelitian Quasi experimental dan desain <em>Pre experimental one group pretest-posttest</em>. Penelitian ini dilakukan pada sekolah dasar negeri X dengan melibatkan 18 subjek penelitian. Olah data dilakukan dengan uji Paired Sample T Test. Hasil menunjukkan nilai signifikansi 0,03 &lt; 0,05 yang berarti terdapat pengaruh dari pemberian intervensi Aku Anak Hebat terhadap meningkatnya <em>Self Awareness</em> pada anak kelas 2 di sekolah dasar negeri X.</p> Zebina Afnan Naila Indri Utami Sumaryanti Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 213 218 10.29313/bcsps.v4i1.9985 Pengaruh Impulsivity terhadap Perilaku Cybersex pada Akun Alter di Aplikasi X https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10003 <p><strong>Abstract.</strong> The behavior of engaging in cybersex on Application X is often uncontrolled, leading to distress and negative impacts on other users. The difficulty in controlling this behavior is attributed to impulsive tendencies. This study aimed to determine the influence of impulsivity on cybersex behavior in alter accounts on Application X. The research employed a non-experimental causality method with simple linear regression analysis.&nbsp; The Short Version UPPS-P Impulsive Behavior Scale (SUPPS-P) adapted by Alamsyah (2018) and the Internet Sex Screening Test (ISST) adapted by Putri (2023) were utilized as measurement tools. - The research sample comprised 253 individuals accessing cybersex on Application X.&nbsp; The study revealed a significant influence of impulsivity on cybersex behavior with a significance value of 0.006 &lt; 0.05, indicating an R<sup>2</sup> value of 0.064. This suggests that impulsivity contributes approximately 6.4% to cybersex behavior.&nbsp; These findings underscore the impact of impulsivity on cybersex behavior in alter accounts on Application X, emphasizing the need for further understanding and potential interventions to address this issue.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Internet menjadi media yang menarik untuk melakukan <em>cybersex</em> karena adanya <em>accessibility</em>, <em>affordability</em>, <em>anonymity</em>, <em>isolation</em>, dan <em>fantasy</em>. Adanya akun alter dalam aplikasi X sebagai cerminan identitas anonymity yang menciptakan kebebasan dalam mengeksplorasi seksualitas individu tanpa perlu khawatir ataupun takut dalam mengungkapkan dirinya. Perilaku cybersex di aplikasi X ini sering kali tidak terkontrol sehingga menyebabkan keresahan dan dampak negatif pada pengguna lain. Kesulitan dalam mengontrol perilaku tersebut karena kecenderungan impulsif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh impulsivity terhadap perilaku cybersex pada akun alter di aplikasi X. Penelitian ini menggunakan metode kausalitas non-eksperimental dengan analisis data regresi linear sederhana. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Short Version UPPS-P Impulsive Behavior Scale (SUPPS-P) yang diadaptasi oleh Alamsyah (2018) dan juga Internet Sex Screening Test (ISST) yang telah diadaptasi oleh Putri (2023). Sampel penelitian ini berjumlah 253 orang yang mengakses cybersex pada aplikasi X. Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.006 &lt; 0.05 artinya terdapat pengaruh impulsivity terhadap perilaku cybersex dengan nilai R<sup>2</sup> = 0.064 yang artinya impulsivity memiliki kontribusi sebesar 6.4% terhadap perilaku cybersex.</p> Yulia Rahmasari Lilim Halimah Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 219 225 10.29313/bcsps.v4i1.10003 Hubungan Stres Akademik dengan Student Engagement Pondok Pesantren di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10008 <p><strong>Abstract. </strong>Islamic boarding schools are schools with distinctive characteristics that differ from regular public schools, starting from the school system to school rules. The stress experienced by students (santri) in Islamic boarding schools is caused by various academic demands in the boarding school, as students must adhere to various rules, activities, and study hours from morning until night. The academic demands and the workload of activities experienced by students in Islamic boarding schools can lead to a lack of focus during learning, disrupting student engagement and causing students to become tired, easily bored, and inactive during lessons. Therefore, this research is conducted with the aim of determining the relationship between academic stress variables and student engagement in Islamic boarding schools in the city of Bandung. The hypothesis proposed in this study is that there is a negative relationship between academic stress and student engagement in Islamic boarding schools in Bandung. The respondents consist of 273 male and female students aged 12-15 years, from grade 7 to grade 9. The research method used is correlational method using Spearman Rank correlation test. The results of this study indicate a significant relationship between academic stress and student engagement in Islamic boarding schools in Bandung with a correlation coefficient of -0.153.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Pondok pesantren merupakan sekolah dengan ciri khas yang berbeda dengan sekola umum biasa mulai dari sistem sekolah hingga aturan sekolah. Stres yang telah dialami oleh santri di pondok pesantren disebabkan karena berbagai tuntutan akademik di pondok pesantren karena santri harus mengikuti berbagai aturan, kegiatan, serta jam belajar mulai dari pagi hingga malam. Tuntutan akademik dan juga beban kegiatan yang dialami santri di pondok pesantren dapat menyebabkan santri menjadi kurang fokus selama pembelajaran, sehingga <em>student engagement</em> menjadi terganggu yang membuat santri menjadi lelah, mudah bosan serta tidak aktif selama pembelajaran. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara variabel stres akademik dengan <em>student engagement</em> pondok pesantren di Kota Bandung. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini ialah terdapat hubungan negatif antara stres akademik dengan <em>student engagement</em> pondok pesantren di Kota Bandung. Jumlah responden sebanyak 273 santri laki-laki dan perempuan yang berusia 12-15 tahun, kelas 7 hingga kelas 9. Analisis penelitian ini menggunakan uji korelasional <em>spearman’s rho</em>. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara stres akademik dengan <em>student engagement</em> pondok pesantren di Kota Bandung dengan koefisien korelasi -0,153.</p> Ima Nurul Azmi Dewi Rosiana Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 226 230 10.29313/bcsps.v4i1.10008 Gambaran Father Involvement pada Remaja di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10012 <p><strong>Abstract.</strong> Late adolescence shows major problems with eating problem, school, aggression, substance use, depression and sexual relationships. Father involvement is particularly important as a mentor and protector for adolescents. The city of Bandung has shown strong interest in father involvement as evidenced by the establishment of a father's school and programs specifically aimed for fathers. This study aims to describe father involvement among late adolescents in Bandung City. The research used descriptive study method with quantitative approach. The measuring instrument used is the Perceived Father Involvement Inventory (PFII) which measures father involvement from the child's perspective. Data analysis used descriptive statistics. The results showed that most fathers in Bandung City showed high involvement (50.1%) with the highest dimension shown in paternal responsibility or the father's ability to be responsible for adolescents and their families (Mean = 72.774) and the lowest dimension was paternal engagement or direct activity/interaction with adolescents (Mean = 69.838).</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Pada masa remaja akhir menunjukkan adanya permasalahan-permasalahan utama dalam masalah makan, sekolah, agresi, penggunaan/penyalahgunaan obat-obatan, depresi dan hubungan seksual. Keterlibatan ayah (<em>father involvement</em>) menjadi penting khususnya sebagai pembimbing dan pelindung bagi remaja. Kota Bandung menunjukkan perhatian yang kuat dalam masalah keterlibatan ayah dilihat dari dibentuknya sekolah ayah dan program-program yang khusus ditujukan bagi ayah. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan <em>father involvement</em> pada remaja akhir di Kota Bandung. Penelitian menggunakan metode studi deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Alat ukur yang digunakan adalah <em>Perceived Father Involvement Inventory </em>(PFII) yang mengukur keterlibatan ayah dari perspektif anak. Analisis data menggunakan statistik deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar Ayah di Kota Bandung menunjukkan keterlibatan yang tinggi (50,1%) dengan dimensi tertinggi ditunjukkan pada <em>paternal responsibility</em> atau kemampuan ayah dalam bertanggung jawab pada remaja dan keluarganya (<em>Mean</em>=72,774) serta dimensi terendahnya adalah <em>paternal engagement</em> atau aktivitas/interaksi langsung dengan remaja (<em>Mean</em>=69,838).</p> Sarah Nurul Fathanah Indri Utami Sumaryanti Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 231 237 10.29313/bcsps.v4i1.10012 Pengaruh Parental Career-Related Behaviors terhadap Kematangan Karir Siswa SMK Informatika Fithrah Insani https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10015 <p><strong>Abstract.</strong> Career maturity is the level of an individual's ability to control career development tasks include planning, self-preparation, recognizing potential, interests and talents (Crites, 2011). Career maturity is an important thing for teenagers. By recognizing their potential, interests and talents, teenagers will be able to decide on their career choices in the future. The success of teenagers in career development tasks can’t be separated from the role of parents. There are several types of parental attitudes towards children's career development, including support, interference, and lack of engagement, this is also called parental career-related behavior. Parental behavior has a very important relationship with teenagers' career development, including aspects of exploration and career decisions. According to Dietrich &amp; Kracke (2009), parental career-related behavior can be in line with teenagers' progress in preparing and deciding on their careers. This research aims to determine the influence of parental career-related behavior on career maturity in adolescents. The research method used is quantitative with a causality design. The subjects of this research were 70 students in classes XI and XII of SMK Informatika FithrahInsani. The measuring instrument used is the parental career related-behavior instrument from Dietrich &amp; Kracke (2009) which has been translated and adapted by Hartini (2020) and the Career Maturity Inventory-Revised (CMI-R) from John O. Crites &amp; Mark L. Savickas (2011) which has been translated and adapted by Niki Yuniarti (2019). The technique used is multiple regression analysis technique. The research results show that there is no significant influence from parental career-related behavior on career maturity with an influence size of 7% (R Square = 0.70).</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Kematangan karir merupakan tingkat kemampuan individu dalam menguasai tugas perkembangan karir yang diantaranya perencanaan, persiapan diri, mengenali potensi, minat dan bakat diri (Crites, 2011). Kematangan karir merupakan suatu hal yang penting bagi remaja dengan mengenali potensi, minat dan bakat diri remaja akan dapat memutuskan pilihan karirnya kelak. Keberhasilan remaja dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan karir tidak lepas dari peran orangtua. Terdapat beberapa jenis sikap orangtua terhadap perkembangan karir anak diantaranya mendukung, mengganggu, dan kurang terlibat, hal ini disebut juga <em>parental career-related behavior</em>. Perilaku orang tua sangat berhubungan penting dengan perkembangan karir remaja diantaranya dalam aspek eksplorasi dan keputusan karir. Sama halnya menurut Dietrich &amp; Kracke (2009), <em>parental career-related behavior </em>dapat sejalan dengan kemajuan remaja mempersiapkan dan memutuskan karirnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui <em>pengaruh parental career-related&nbsp; behavior</em> (<em>support, interference, lack of engagement</em>) terhadap kematangan karir pada remaja. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan desain kausalitas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI dan XII SMK Informatika Fithrah Insani yang berjumlah 70 siswa. Alat ukur yang digunakan adalah <em>parental career related-behavior instrument</em> dari Dietrich &amp; Kracke (2009) yang telah diterjemahkan dan diadaptasi oleh Hartini (2020) dan <em>Career Maturity Inventory-Revised</em> (CMI-R) dari John O. Crites &amp; Mark L. Savickas (2011) yang telah diterjemahkan dan diadaptasi oleh Niki Yuniarti (2019). Teknik yang digunakan yaitu teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari <em>parental career-related behavio</em>r terhadap kematangan karir dengan besar pengaruh 7% (R Square = 0.70).</p> Zamzam Mizan Afifah Setiawan Dewi Sartika Rizka Hadian Permana Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 238 243 10.29313/bcsps.v4i1.10015 Pengaruh Self Efficacy terhadap Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Angkatan 2019 yang sedang Skripsi di Universitas Islam Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10021 <p><strong>Abstract.</strong> Many final year students experience academic procrastination but they feel confident that they can complete their thesis. But in fact, in the class of 2019 students, many students did not do their thesis and delayed working on their thesis so that the thesis did not go right. This is thought to be caused by many factors that arise from students and from the environment around students. Often this happens which has an impact on students becoming less confident about the description being done, often delaying working on the thesis, and feeling less satisfied with the grades obtained. The purpose of this study was to determine the effect of self-efficacy on academic procrastination in students of class 2019 at Bandung Islamic University. The measuring tools used are self-efficacy questionnaires from aspects of Albert Bandura and academic procrastination from Ferrari adapted by Damri.et al (2017). With the validity of 1 item declared invalid, namely statement number 25 on the self-efficacy measurement instrument and reliability test, which is 0.9. This study used a sample of 100 students of class 2019 at Bandung Islamic University. By using accidental sampling techniques, where every student who matches the characteristics of the sample is immediately sampled. The data analysis technique used is Multiple Linear Regression. The research results show that the sig value (0.000 ˂ 0.05) means that Generalization, Level and Strength simultaneously influence academic procrastination. And self-efficacy influences academic procrastination by 51.7%. This means that self-efficacy contributes to academic procrastination.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Mahasiswa tingkat akhir banyak yang mengalami prokrastinasi akademik akademik namun mereka merasa yakin dapat menyelesaikan skripsi nya, namun pada kenyataannya pada mahasiswa angkatan 2019 banyak mahasiswa yang tidak mengerjakan skripsi dan menunda mengerjakan skripsi sehingga skripsi tersebut tidak kunjung beres. Banyaknya faktor yang muncul dari diri mahasiswa dan dari lingkungan sekitar mahasiswa, sering memberikan dampak pada mahasiswa menjadi merasa kurang percaya diri terhadap srkripsi yang dikerjakan, sering menunda mengerjakan skripsi, serta merasa kurang puas dengan nilai yang di dapatkan. Tujuannya dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara self efficacy terhadap prokrastinasi akademik akademik pada mahasiswa angkatan 2019 di Universitas Islam Bandung. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner self efficacy dari aspek-aspek Albert Bandura dan prokrastinasi akademik akademik dari Ferrari yang diadaptasi oleh Damri.dkk (2017). Penelitian ini menggunakan sampel 100 mahasiswa angkatan 2019 di Universitas Islam Bandung. Dengan menggunakan Teknik sampling accidental. Teknik analisis data yang digunakan adalah Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai sig (0,000 ˂ 0,05) artinya Generalisasi (Generality), Tingkat (Level) dan Kekuatan (Strength) berpengaruh secara bersamaan terhadap prokrastinasi akademik. Dan self efficacy berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik Akademik sebesar 51,7%. Artinya self efficacy berkontribusi terhadap prokrastinasi akademik akademik.</p> Safrina Prasasti Khaerunnisa Siti Qodariah Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 244 249 10.29313/bcsps.v4i1.10021 Pengaruh Resiliensi terhadap Stress Pengasuhan pada Orang Tua dengan Anak ASD https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10023 <p><strong>Abstract. </strong>Parents of children with autism are at risk of experiencing parenting stress due to the presence of repetitive behavioral tantrums in their children, creating tense situations for the parents. Some parents experience low parenting stress and are able to overcome the challenges of raising autistic children. The aim of this research is to determine the influence of resilience on parenting stress in the Special School (SLB) Negeri Cileunyi, Bandung Regency. This study utilizes a quantitative causal approach. The Conor and Davidson Resilience Scale developed by Conor and Davidson is used to measure resilience, while the Parental Stress Scale developed by Berry and Jones is used to measure the level of parenting stress. The population for this research consists of 35 parents with autistic children in SLB Negeri Cileunyi, Bandung Regency. The research results indicate an R<sup>2</sup> value of 0.358 with a significance value (sig) of 0.00 &lt; 0.05, meaning that the resilience variable has an influence which is contributing 35.8% on the parenting stress of parents with Autism Spectrum Disorder (ASD) children at SLB Negeri Cileunyi in Bandung. Since this study involves a limited population, it is recommended for future research to consider using a larger study population</p> <p><strong>Abstrak</strong>. Orang tua yang memiliki anak autis beresiko mengalami stress pengasuhan. Resiko tersebut muncul akibat adanya <em>repetitive behavior</em> tantrum dari anak yang membuat orang tua berada pada situasi yang menegangkan. Terdapat orang tua yang mengalami stress pengasuhan yang rendah, dan mampu bangkit dari situasi yang menegangkan dalam membesarkan anak autis. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh resiliensi terhadap stress pengasuhan di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif kausalitas. <em>Conor and Davidson Resiliensi Scale</em> yang dikembangkan oleh <em>Conor</em> dan <em>Davidson</em> digunakan untuk mengukur resiliensi, dan <em>Parental Stress Scale</em> yang dikembangkan oleh <em>Berry</em> dan <em>Jones</em> digunakan untuk mengukur tingkat stress pengasuhan. Populasi penelitian ini sebanyak 35 orang tua yang memiliki anak autis di SLB Negeri Cileunyi Kab. Bandung. Hasil penelitian menunjukkan nilai R<sup>2</sup> = 0.358 dengan nilai sig = 0.00&lt; 0.05 artinya variabel resiliensi memiliki pengaruh terhadap variabel stress pengasuhan, dan berkontribusi sebesar 35.8%. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat pengaruh variabel resiliensi terhadap variabel stress pengasuhan pada orang tua yang memilki anak dengan ASD di SLB Negeri Cileunyi Kab. Bandung. Penelitian ini melibatkan jumlah populasi yang terbatas, sehingga bagi penelitian selanjutnya disarankan dapat menggunakan populasi penelitian yang lebih besar.</p> <p>&nbsp;</p> Muhammad Fadllan Habibullah Lilim Halimah Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 250 256 10.29313/bcsps.v4i1.10023 Pengaruh Work Life Balance terhadap Work Engagement pada Ibu Bekerja https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10024 <p><strong>Abstract.</strong> Work engagement is motivation, positivity, fulfillment, and an individual's perspective which is characterized by vigor, dedication, and absorption (Schaufeli et al., 2002). Work life balance is the ability to achieve goals and fulfill various demands of work and life and achieve satisfaction in all aspects of life (Fisher and Bulger, 2012). The aim of this research is to determine the effect of work life balance on work engagement in working mothers. The subjects in this study were 105 working mothers. The data analysis technique used is simple linear regression. The work life balance measuring tool uses the Work Life Balance Scale by Fisher, Bulger and Smith (2009) which has been adapted into Indonesian by Gunawan et al (2019). Meanwhile, the work engagement measuring tool uses the Utrecht Work Engagement Scale-9 (UWES-9) by Schaufelli and Bakker (2003) which has been adapted into Indonesian by Kristiana et al (2018). The research results show that work life balance has an influence of 28.1% on work engagement among working mothers.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> <em>Work engagement</em> merupakan suatu motivasi, hal positif, pemenuhan, serta cara pandang individu yang di tandai dengan adanya <em>vigor</em>, <em>dedication</em>, dan <em>absorption </em>(Schaufeli et al., 2002). <em>Work life balance </em>merupakan kemampuan dalam mencapai tujuan dan memenuhi berbagai tuntutan pekerjaan maupun kehidupan dan mencapai suatu kepuasan dalam seluruh aspek kehidupan (Fisher dan Bulger, 2012). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh <em>work life balance </em>terhadap <em>work engagement </em>pada ibu bekerja. Subjek pada penelitian ini adalah ibu bekerja sebanyak 105 orang. Teknik analisis data yang digunakan regresi linear sederhana. Alat ukur <em>work life balance </em>menggunakan <em>Work Life Balance Scale </em>oleh Fisher, Bulger dan Smith (2009) yang sudah diadaptasi kedalam bahasa Indonesia oleh Gunawan et al (2019). Sedangkan alat ukur <em>work engagement </em>menggunakan <em>Utrecht Work Engagement Scale-9 </em>(UWES-9) oleh Schaufelli dan Bakker (2003) yang sudah diadaptasi kedalam bahassa Indonesia oleh Kristiana et al (2018). Hasil penelitian menunjukkan bahwa <em>work life balance </em>memberikan pengaruh sebesar 28.1% terhadap <em>work engagement</em> pada ibu bekerja.</p> Satrio Budiman Rastanim Lisa Widawati Ayu Tuty Utami Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 257 263 10.29313/bcsps.v4i1.10024 Pengaruh Perceived Organizational Support terhadap Burnout pada Polisi Wanita Polrestabes Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10028 <p><strong>Abstract. </strong>Female police officers are a type of human service worker who has a heavy workload. A problem that often arises in relation to female police facing increasingly high job demands in the workplace is burnout. Burnout is a psychological syndrome which is an individual's reaction to prolonged work pressure (Maslach &amp; Leiter, 1997). One of the factors that can reduce burnout is perceived organizational support. According to Rhoades &amp; Eisenberger (2002), perceived organizational support is employees' perception of how much the organization values their contributions and cares about their welfare. The aim of this research is to see how much influence perceived organizational support and its aspects have on burnout in 56 Bandung Police Women. The measuring instrument used in this research is the perceived organizational support (POS) scale developed by Eisenberger et al. (1986) and adapted by Fahrian Lubis (2022). In addition, the Maslach Burnout Inventory – Human Service Survey (MBI-HSS) was developed by Maslach, Schaufeli &amp; Leiter (2001) and adapted by Susilo et. al., (2023). The research results show that there is a significant positive influence of perceived organizational support on burnout, namely with R Square = .097. The results of all aspects of perceived organizational support have a significant effect with R Square = .225.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Polisi wanita merupakan jenis pekerja <em>human service</em> yang memiliki beban kerja yang berat. Persoalan yang sering muncul berkaitan dengan polisi wanita dalam menghadapi tuntutan pekerjaan yang semakin tinggi ditempat kerja adalah <em>burnout</em>. <em>Burnout</em> merupakan sindrom psikologis yang merupakan reaksi individu terhadap tekanan pekerjaan yang berkepanjangan (Maslach &amp; Leiter, 1997). Satu diantara faktor yang dapat menurunkan <em>burnout</em> yakni <em>perceived organizational support </em>menurut Rhoades &amp; Eisenberger (2002) mengatakan bahwa <em>perceived organisational support&nbsp; </em>adalah persepsi karyawan mengenai seberapa besar organisasi menghargai kontribusi mereka dan peduli terhadap kesejahteraan mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh <em>perceived organizational support </em>dan aspeknya terhadap<em> burnout </em>pada 56 Polisi Wanita Polrestabes Bandung. Alat ukur yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu <em>skala perceived organizational support </em>(POS) yang dikembangkan oleh Eisenberger et al. (1986) dan diadaptasi oleh Fahrian Lubis (2022). Selain itu, <em>Maslach Burnout Inventory – Human Service Survey </em>(MBI-HSS) yang dikembangkan oleh Maslach, Schaufeli &amp; Leiter (2001) dan diadaptasi oleh Susilo et. al., (2023). Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif secara signifikan<em> perceived organizational support </em>terhadap <em>burnout </em>yakni dengan R Square = .097. Hasil seluruh aspek <em>perceived organizational support </em>berpengaruh signifikan dengan R Square = .225.</p> Muhammad Ilyas Yusuf Lisa Widawati Ayu Tuty Utami Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 264 270 10.29313/bcsps.v4i1.10028 Pengaruh Social Support terhadap Academic Burnout pada Mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10031 <p><strong>Abstract</strong>. Medical students in West Java are said to have the highest level of Academic Burnout compared to other medical students in Indonesia. Academic Burnout is the impact of large academic demands and challenges, especially on medical students. In this research, Social Support is the independent variable and Academic Burnout is the dependent variable, considering that Social Support is said to be a variable that produces various results regarding its influence and relationship to Academic Burnout. The aim of this research is to try to determine the level of Social Support and Academic Burnout as well as the influence of Social Support on Academic Burnout in students of the Undergraduate Medical Study Program in Bandung City. The design of this research is causality with a non-experimental quantitative approach. Data were collected using a cross-sectional convenience sampling technique with 311 medical students as respondents. Multiple regression analysis was used to see the influence of the Social Support dimension on Academic Burnout. The theory used to explain Social Support is Cohen &amp; Hoberman's Theory (1983) and to explain Academic Burnout using the Theory of Schaufeli et al., (2002). The research results based on the R Square value of Social Support contribute 67% to the Academic Burnout variable with a significant negative relationship, meaning that the higher the level of appreciation of Social Support, the lower the level of Academic Burnout and vice versa. Of the 4 dimensions of Social Support (appraisal support, belonging support, tangible support, and esteem support) Belonging Support is the dimension that has the most influence on Academic Burnout with a contribution value (R2) of 26.3%.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Mahasiswa kedokteran di Jawa Barat dikatakan berada pada tingkat tertinggi mengenai <em>Academic Burnout </em>dibandingkan dengan mahasiswa kedokteran lainnya di Indonesia. <em>Academic Burnout</em> adalah dampak dari besarnya tuntutan dan tantangan akademik terutama pada mahasiswa Kedokteran. Pada penelitian ini <em>Social Support</em> sebagai variabel independent dan <em>Academic Burnout </em>sebagai variabel dependen, mengingat <em>Social Support</em> dikatakan sebagai variabel yang memunculkan hasil yang beragam mengenai pengaruh dan hubungannya terhadap <em>Academic Burnout</em>. Tujuan penelitian ini mencoba mengetahui tingkat <em>Social Support</em> dan <em>Academic Burnout</em> serta pengaruh <em>Social Support</em> terhadap <em>Academic Burnout</em> pada mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran di Kota Bandung. Desain penelitian ini adalah kausalitas dengan pendekatan kuantitatif non ekperimental. Pengambilan data menggunakan teknik <em>convevience sampling</em> secara <em>cross-sectional </em>pada responden sebanyak 311 mahasiswa kedokteran<em>. </em>Analisis regresi berganda digunakan untuk melihat pengaruh dari dimensi <em>Social Support </em>terhadap<em> Academic Burnout</em>. Teori yang digunakan untuk menjelaskan <em>Social Support</em> adalah Teori Cohen &amp; Hoberman (1983) dan untuk menjelaskan <em>Academic Burnout</em> menggunakan Teori Schaufeli et al., (2002). Hasil penelitian berdasarkan nilai <em>R Square</em> <em>Social Support</em> berkontribusi sebesar 67% terhadap variabel <em>Academic Burnout</em> dengan arah hubungan negatif yang signifikan artinya semakin tinggi tingkat penghayatan <em>Social Support </em>maka akan semakin rendah tingkat <em>Academic Burnout</em>nya begitupun sebaliknya. Adapun dari 4 dimensi <em>Social Support </em>(<em>appraisal support</em>, <em>belonging support</em>, <em>tangible support</em><em>, </em>dan <em>esteem support</em><em>) </em><em>Belonging Support</em> merupakan dimensi yang paling berpengaruh terhadap <em>Academic Burnout</em> dengan nilai kontribusi (R<sup>2</sup>) sebesar 26,3%.</p> Salsa Alfi Syahrin Sulisworo Kusdiyati Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 271 281 10.29313/bcsps.v4i1.10031 Studi Mengenai Literasi Kesehatan Mental pada Family Caregiver Skizofrenia di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10033 <p><strong>Abstract.</strong> According to Riskesdas data in 2018, there was a significant increase in mental health disorders, especially schizophrenia. Treatment must be done to prevent relapse in people with schizophrenia. In addition, everyone has an understanding of an illness, making it more likely to recognize appropriate sources of care. The purpose of this study was to determine the mental health literacy of family caregiver who are accompanying family members with schizophrenia in Bandung City. The research design used a descriptive design. This study used the purposive sampling technique. The subjects of this study were the main family caregiver who were accompanying family members with schizophrenia disorders and domiciled in Bandung City, totaling 42 people. The mental health literacy measuring instrument was designed by the researcher with reference to Jorm's theory. The data were processed using descriptive analysis and logistic regression. The results showed that family caregiver generally have high mental health literacy. This means that family caregiver in Bandung City have appropriate understanding and beliefs about schizophrenia disorder. Then the factors of age, gender, latest education, and duration of disorder do not significantly affect the mental health literacy of family caregiver in Bandung City.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Menurut data Riskesdas tahun 2018, terjadi peningkatan yang signifikan &nbsp;&nbsp;pada gangguan kesehatan mental khususnya skizofrenia. Pengobatan harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada orang dengan gangguan skizofrenia. Disamping itu, setiap orang memiliki pemahaman tentang suatu penyakit, sehingga lebih mungkin untuk mengenali sumber perawatan yang sesuai. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui literasi kesehatan mental pada <em>family caregiver</em> yang sedang mendampingi anggota keluarga dengan gangguan skizofrenia di Kota Bandung. Desain penelitian menggunakan desain deskriptif. Penelitian ini menggunakan teknik <em>purposive sampling</em>. Subjek dari penelitian ini adalah <em>family caregiver </em>utama yang sedang mendampingi anggota keluarga dengan gangguan skizofrenia dan berdomisili di Kota Bandung berjumlah 42 orang. Alat ukur literasi kesehatan mental dirancang oleh peneliti dengan merujuk pada teori Jorm. Data diolah menggunakan analisis deskriptif dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya <em>family caregiver</em> memiliki literasi kesehatan mental yang tinggi. Artinya, <em>family caregiver </em>di Kota Bandung memiliki pemahaman dan keyakinan yang sesuai terhadap gangguan skizofrenia. Kemudian faktor usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir serta lamanya gangguan tidak berpengaruh signifikan terhadap literasi kesehatan mental <em>family caregiver</em> di Kota Bandung.</p> Syifa Aulia Setiawati Farida Coralia Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 282 288 10.29313/bcsps.v4i1.10033 Pengaruh Fear of Failure terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Skripsi di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10036 <p><strong>Abstract.</strong> <em>This research aims to identify the effect of fear of failure towards academic procrastination of final-year university students in Bandung city. It utilizes the fear of failure theory by Conroy and academic procrastination by Solomon and Rothblum. It employs a non-experimental quantitative approach using the causality study design to describe the scale of impact of the fear of failure variable towards academic procrastination. The total participants of this study are 334 final-year university students in Bandung. The study uses the Performance Failure Appraisal Inventory (PFAI) arranged and developed by Conroy</em> <em>and adapted by Bauzir for the measurement tool. It also uses the Thesis Writing Procrastination Scale (TW-PS) developed by Diniy Hidayatur Rahman</em><em>. </em><em>The result indicates the presence of the effect of fear of failure towards academic procrastination of final year university students in Bandung. The scale of this fear of failure effect towards academic procrastination is low for 18,2%.</em></p> <p><strong>Abstrak.</strong> Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh <em>fear of failure</em> terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa akhir di Kota Bandung. Peneliti menggunakan konsep teori dari Conroy untuk menjelaskan konsep <em>fear of failure</em> dan teori dari Solomon dan Rothblum untuk menjelaskan konsep prokrastinasi akademik. Penelitian ini menggunakan desain studi kausalitas untuk menjelaskan besar pengaruh variabel <em>fear of failure</em> terhadap variabel prokrastinasi akademik. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 334 mahasiswa skripsi di Kota Bandung. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah <em>Performance Failure Appraisal Inventory</em> (PFAI) alat ukur yang disusun dan dikembangkan oleh Conroy dan diadaptasi oleh Bauzir, serta <em>Thesis Writing Procrastination Scale</em> (TW-PS) yang dikembangkan oleh Diniy Hidayatur Rahman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh <em>fear of failure</em> terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa skripsi di Kota Bandung. Pengaruh f<em>ear of failure</em> terhadap prokrastinasi akademik rendah hanya 18,2%.</p> Firania Rohaeni Farida Coralia Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 289 295 10.29313/bcsps.v4i1.10036 Pengaruh Work Life Balance terhadap Komitmen Organisasi pada Petugas Pemadam Kebakaran https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10037 <p><strong>Abstrack. </strong>The Rapid development in the industrial world necessitates organizations to have human resources committed to their organization (Rini &amp; Indrawati, 2019). Organizational commitment in the context of the relative strength of identification and involvement in individuals towards a particular organization, can be characterized by three aspects: identification, involvement, and loyalty (Mowday et al. 1982). One of the factors that can influence organizational commitment is work life balance. Work life balance is the effort made by an individual to balance two or more roles they are engaged in (Fisher, 2009). This research aims to examine the extent of the influence of work life balance on organizational commitment among 195 firefighters in the city of Bandung. The measurement tools utilized include the Work Life Balance Scale (WLBS) based on Fisher’s theory (2009) and the Organizational Commitment Scale (OCS) referencing Mowday’s theory (1982). The sampling technique employed is purposive sampling. The method used is the quantitative causality method with regression analysis technique. The results of this study indicate that work life balance has a significant impact on organizational commitment by 53%.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Perkembangan yang pesat dalam dunia industri membuat organisasi membutuhkan sumber daya manusia yang berkomitmen terhadap organisasinya (Rini &amp; Indrawati, 2019). Komitmen Organisasi sebagai konteks dalam hal kekuatan yang relatif dari identifikasi dan keterlibatan pada individu terhadap organisasi tertentu yang dapat dicirikan dengan tiga aspek yaitu identifikasi, keterlibatan dan loyalitas (Mowday et al., 1982). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi ialah <em>work life balance</em>. <em>Work life balance</em> yaitu upaya yang dilakukan seseorang untuk menyeimbangkan dua peran atau lebih yang dijalani oleh individu tersebut (Fisher, 2009). Penelitian ini bertujuan untuik melihat seberapa besar pengaruh <em>work life balance</em> terhadap komitmen organisasi pada 195 petugas Pemadam Kebakaran Kota Bandung. Alat ukur yang digunakan yaitu <em>Work Life Balance Scale</em> (WLBS) yang mengacu pada teori Fisher, (2009) dan <em>Organizational Commitment Scale</em> (OCS) yang mengacu pada teori Mowday et al. (1982). Teknik sampling yang digunakan adalah <em>purposive sampling</em>. Metode yang digunakan yaitu metode kuantitatif kausalitas dengan teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa <em>work life balance</em> berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi sebesar 53%. &nbsp;</p> Ratu Dalfa Fauziah Anna Rozana Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 296 303 10.29313/bcsps.v4i1.10037 Pengaruh Trust terhadap Kepuasan Pernikahan https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10040 <p><strong>Abstract.</strong> One way to find a partner is by utilizing the internet, namely through the use of online dating applications. These applications are still relatively uncommon for building serious relationships such as marriage. This is due to the uncertain nature of online dating applications and the existence of negative stereotypes resulting from numerous cases originating from online dating applications. However, in reality, there are many individuals who have successfully progressed to marriage and even opted for long-distance marriages. Trust is the primary foundation for maintaining a long-distance marriage. This study aims to examine the extent to which trust can influence marital satisfaction in individuals who met their partners through online dating applications and are currently in long-distance marriages. The study involved 155 individuals aged 20-40 years. The trust measurement used was the Trust Scale developed by Rempel et al. (1985) and adapted by Risandy (2018), while marital satisfaction utilized the ENRICH Marital Satisfaction Scale developed by Fowers &amp; Olson (1989) and adapted by Nishfiyaningsih (2009). Convenience sampling was employed as the sampling technique, and data analysis utilized simple linear regression. Based on the research results, the hypothesis was accepted, indicating a significant influence of trust on marital satisfaction by 63.2%. This implies that trust can affect the level of marital satisfaction in individuals currently undergoing long-distance marriages who initially met their partners through online dating applications.</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Salah satu cara untuk mendapatkan pasangan adalah dengan memanfaatkan internet, yaitu dengan menggunakan aplikasi kencan <em>online. </em>Aplikasi ini masih terbilang jarang digunakan untuk membangun hubungan serius seperti pernikahan. Hal ini disebabkan sifat aplikasi kencan <em>online</em> yang tidak pasti dan adanya <em>stereotype</em> buruk yang disebabkan banyaknya kasus yang berasal dari aplikasi kencan <em>online</em>. Namun pada kenyataannya, tidak sedikit individu yang berhasil melanjutkan pertemanannya ke jenjang pernikahan bahkan memilih untuk menjalani pernikahan jarak jauh. <em>Trust</em> merupakan landasan utama untuk menjalani pernikahan jarak jauh. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh <em>trust</em>&nbsp; terhadap kepuasan pernikahan pada individu yang bertemu pasangannya melalui aplikasi kencan <em>online</em> dan sekarang menjalani pernikahan jarak jauh. Penelitian ini melibatkan sebanyak 155 individu berusia 20-40 tahun. Alat ukur <em>trust</em> yang digunakan adalah <em>Trust Scale</em> yang dikembangkan oleh Rempel et al. (1985) dan diadaptasi oleh Risandy (2018), sedangkan kepuasan pernikahan menggunakan ENRICH <em>Marital Satisfaction Scale</em> yang dikembangkan oleh Fowers &amp; Olson (1989) yang sudah diadaptasi oleh Nishfiyaningsih (2009). Teknik sampling yang digunakan adalah <em>convenience sampling</em> dan analisis data menggunakan regresi linear sederhana. Berdasarkan hasil penelitian, hipotesis diterima yaitu terdapat pengaruh signifikan pada <em>trust</em> terhadap kepuasan pernikahan sebesar 63,2%, artinya <em>trust</em> dapat mempengaruhi tingkat kepuasan pernikahan pada individu yang sedang menjalani pernikahan jarak jauh yang pertemuan awal dengan pasangannya melalui aplikasi kencan <em>online.</em></p> Haura Tazkia Anjani Eni Nuraeni Nugrahawati Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 304 309 10.29313/bcsps.v4i1.10040 Pengaruh Job Crafting terhadap Work Engagement pada Guru Sekolah Dasar Negeri di Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10046 <p><strong>Abstract. </strong>Work engagement in an organization is an important thing to pay attention to because it is very important for the overall work function of employees and the sustainability of the organization. One of the efforts to increase work engagement is by doing job crafting or modification in work. This study aims to determine how much influence job crafting has on work engagement in elementary school teachers. The research method used is the causality method through multiple regression analysis with 373 public elementary school teachers in Bandung as subjects, including 10 elementary schools in Bandung City and 4 elementary schools in Bandung Regency. The measuring instruments used in this study are Job Crafting Scale developed by Tims [10], and adapted by Astuti (2023) and Utrecht Work Engagement Scale developed by Schaufeli &amp; Bakker [12]. The results showed that public elementary school teachers in Bandung had a high level of job crafting, which amounted to 96.8%. In addition, the teachers also have a high level of work engagement, which is 99.2%. The effect of job crafting on work engagement found is 52% with the increasing structural job resources dimension as the dimension that has the highest value. Increasing structural job resources is done through efforts to utilize opportunities to develop and optimize personal abilities.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Keterikatan kerja atau <em>work engagement </em>pada suatu organisasi merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena sangat penting untuk keseluruhan fungsi kerja karyawan dan keberlanjutan organisasi. Salah satu upaya untuk meningkatkan <em>work engagement </em>adalah dengan melakukan <em>job crafting </em>atau modifikasi dalam pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh <em>job crafting </em>terhadap <em>work engagement</em> pada guru sekolah dasar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kausalitas melalui analisis regresi berganda dengan 373 guru Sekolah Dasar Negeri di Bandung sebagai subjek, mencakup 10 SDN di Kota Bandung dan 4 SDN di Kabupaten Bandung. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah <em>Job Crafting Scale </em>yang dikembangkan Tims [10], dan diadaptasi oleh Astuti (2023) dan <em>Utrecht Work Engagement Scale</em> yang dikembangkan oleh Schaufeli &amp; Bakker [12]. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Guru Sekolah Dasar Negeri di Bandung memiliki tingkat <em>job crafting </em>yang tinggi, yaitu sebesar 96.8%. Disamping itu, para guru juga memiliki tingkat <em>work engagement </em>yang tinggi, yaitu sebesar 99.2%. Pengaruh <em>job crafting </em>terhadap <em>work engagement </em>yang ditemukan adalah 52% dengan dimensi <em>increasing structural job resources </em>sebagai dimensi yang memiliki nilai paling tinggi. <em>Increasing structural job resources </em>dilakukan melalui upaya pemanfaatan kesempatan untuk mengembangkan dan mengoptimalkan kemampuan diri.</p> Fernanda Dwi Fadhilah Temi Damayanti Djamhoer Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 310 316 10.29313/bcsps.v4i1.10046 Gambaran Kecemasan Perubahan Iklim pada Mahasiswa di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10050 <p><strong>Abstract. </strong>Climate change is threatening human life and well-being. Human health affected by climate change is now a global concern. Bandung is one of the cities in Indonesia that is vulnerable to climate change. The emergence of the phenomenon of fear and concern is felt as an impact of climate change. This phenomenon is referred to as climate change anxiety (Clayton &amp; Karazsia, 2020). This study aims to look at the description of anxiety about climate change among students in Bandung City. Climate anxiety is climate change anxiety as a negative response associated with concerns about climate change (Clayton &amp; Karazsia). The participants in this study were 270 students in Bandung City. This research is a quantitative descriptive research. The measuring instrument used to measure climate anxiety is the Climate Anxiety scale developed by Clayton and Karazsia (2020). The results showed that 168 students with a percentage of 62.2% experienced anxiety at a low level and 102 respondents or students with a percentage of 32.8% experienced anxiety at a high level.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Perubahan iklim telah mengancam kehidupan serta kesejahteraan manusia. Kesehatan manusia yang dipengaruhi oleh perubahan iklim kini menjadi perhatian global. Kota Bandung menjadi salah satu kota di Indonesia yang memiliki tingkat rentan terhadap perubahan iklim. Munculnya fenomena ketakutan dan kekhawatiran yang dirasakan sebagai dampak dari terjadinya perubahan iklim. Fenomena tersebut disebut sebagai kecemasan perubahan iklim (Clayton &amp; Karazsia, 2020). Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kecemasan terhadap perubahan iklim pada mahasiswa di Kota Bandung. Kecemasan iklim merupakan kecemasan perubahan iklim sebagai respons negatif yang terkait dengan kekhawatiran terhadap perubahan iklim (Clayton &amp; Karazsia). Pertisipan pada penelitian ini adalah 270 mahasiswa yang berada di Kota Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kecemasan iklim adalah alat ukur <em>Climate Anxiety scale</em> yang dikembangkan oleh Clayton dan Karazsia (2020). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 168 mahasiswa dengan persentase 62.2% mengalami kecemasan pada tingkat rendah dan 102 responden atau mahasiswa dengan persentase 32.8% mengalami kecemasan pada tingkat tinggi.</p> Ferani Suciana Milda Yanuvianti Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 317 332 10.29313/bcsps.v4i1.10050 Pengaruh Sikap Mengenai Bullying terhadap Perilaku Prososial Santri Bystander di Pondok Pesantren https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10051 <p>A<strong>bstract.</strong> Islamic boarding schools are schools with the characteristic of teaching Islamic religious values. Adolescents who are in Islamic boarding schools will adapt or adjust themselves to various conditions within the scope of Islamic boarding schools. Cases of bullying in Islamic boarding schools are increasing because there are teenagers who become observers (bystanders) watching bullying incidents directly in front of their eyes which makes the perpetrators of bullying become reinforcements in carrying out bullying behavior. This research used a quantitative experimental method with a total of 344 MTS Islamic boarding school students in Bandung City as subjects. The measuring instrument used in this research uses the Attitude Scale which measures attitudes regarding bullying and the Prosocial Tendencies Measure (PTM) measuring instrument which measures prosocial behavior. The research results show that there is no influence of bullying attitudes on the prosocial behavior of Islamic boarding school observer students (Sig. 0.167 &gt; 0.05).</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Pondok pesantren merupakan sekolah dengan ciri khas mengajarkan nilai agama islam. Remaja yang berada di pondok pesantren akan beradaptasi atau menyesuiakan dirinya dengan berbagai macam kondisi dalam ruang lingkup pondok pesantren. Kasus <em>bullying</em> di dalam pesantren semakin meningkat karena terdapat remaja yang menjadi pengamat (<em>bystander</em>) menonton kejadian <em>bullying </em>secara langsung di depan mata yang menjadikan pelaku bullying sebagai penguat dalam melakukan perilaku <em>bullying</em>. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuantitatif dengan jumlah subjek 344 santri MTS pondok pesantren di Kota Bandung. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan <em>Attitude Scale</em> yang mengukur sikap mengenai bullying dan alat ukur <em>Prosocial Tendencies Measure (</em>PTM) yang mengukur perilaku prososial. Uji hipotesis dengan pengolahan data dilakukan dengan program SPSS.&nbsp; Hasil penelitan menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh sikap mengenai <em>bullying</em> terhadap perilaku prososial santri pengamat pondok pesantren (Sig. 0,167 &gt; 0,05).</p> Luthfiah Khoirotun Nisa Andhita Nurul Khasanah Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 333 339 10.29313/bcsps.v4i1.10051 Studi Deskripsi Subjective Well-Being Korban Poliviktimisasi Perundungan di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10052 <p><strong>Abstract.</strong> Bullying has a negative impact on the subjective well-being (SWB) of children and adolescents. In Indonesia, there is a lot of research discussing bullying and its relationship with the SWB of children, but research on polyvictimization of bullying is still limited. Polyvictimization of bullying is a condition where students experience more than one form of bullying incident conducted by different perpetrators in different settings. This study aims to provide a description of cases of polyvictimization of bullying in schools by other student in school and also at home &nbsp;conducted by siblings experienced by junior high school students in the city of Bandung, and how their SWB is described. Participants in this study were junior high school students in Bandung in grades 7, 8, and 9 (N = 160) with a gender ratio of 56.3% female and 43.8% male. The sampling technique used was cluster random sampling. The measurement tools used included the frequency of bullying from Children's Worlds (α = 0.895), socio-economic status (SES), CW-PNAS (α = 0.975), and CW-SWBS5 (α = 0.525). The results of the study showed that the average SWB scores of male students who were victims of polyvictimization of bullying (M = 79.0; SD = 22.1) were higher than the SWB scores of female students (M = 59.7; SD = 30.2). Female students also showed a more dominant negative affect (M = 67; SD = 30.5) compared to male students (M = 53; SD = 31.8). Overall, junior high school students who were victims of polyvictimization of bullying in Bandung had SWB scores (M = 68.1; SD = 27.4), which means that these students did not feel a sense of well-being.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Perundungan memberikan dampak yang negatif teerhadap subjective well-being (SWB) anak dan remaja. Di Indonesia banyak penelitian yang membahas mengenai perundungan dan hubungannya dengan SWB anak, namun penelitian yang membahas mengenai poliviktimisasi perundungan masih terbatas. Poliviktimisasi perundungan adalah kondisi di mana siswa mengalami lebih dari satu perundungan yang dilakukan oleh pelaku yang berbeda dan dilakukan pada setting tempat yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan deskripsi kasus poliviktimisasi perundungan di sekolah dan di rumah oleh siswa lain di sekolah dan juga saudara kandung yang dialami oleh siswa SMP di Kota Bandung dan bagaimana deskripsi SWB mereka. Partisipan pada penelitian ini adalah siswa SMP di Kota Bandung yang berada di kelas 7, 8 dan 9 SMP (N = 160) dengan perbandingan jenis kelamin sebanyak 56.3% perempuan, 43.8% laki-laki. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling. Alat ukur yang digunakan adalah frekuensi perundungan dari Children’s Worlds (α=.895), <em>socio economic status</em> (SES), CW-PNAS (α=.975) dan CW-SWBS5 (α=.525). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor SWB siswa laki-laki korban poliviktimisasi perundungan (M = 79. ; SD = 22.1) lebih tinggi dibandingkan dengan skor SWB siswa perempuan (M = 59.7; SD = 30.2). Siswa perempuan juga menunjukkan lebih dominan negative affect (M = 67; SD = 30.5) dibandingkan dengan siswa laki-laki (M = 53; SD = 31.8). Secara keseluruhan siswa SMP yang menjadi korban poliviktimisasi perundungan di Kota Bandung memiliki skor SWB (M = 68.1; SD = 27.4), yang berarti siswa SMP korban poliviktimisasi perundungan di Kota Bandung tidak merasa well-being.</p> Labibah Nur Hasanah Ihsana Sabriani Borualogo Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-01-31 2024-01-31 4 1 340 348 10.29313/bcsps.v4i1.10052 Dinamika Self Esteem pada Perempuan Fatherless dalam Menjalin Relasi Romantis https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10053 <p><strong>Abstract.</strong> The increase in fatherless cases in Indonesia is alarming. Fatherless also has an impact on a girl's life which will affect self-esteem while self-esteem and romantic relationships influence each other. This study aims to determine the dynamics of self-esteem in fatherless women in romantic relationships. Phenomenological method is used in this research. The data analysis technique uses descriptive phenomenology (PFD). Data collection was done by interview. All participants were female and experienced fatherless and aged 18-25 years old who were selected by purposive sampling technique. The results showed that both participants experienced increasingly negative self-perceptions after undergoing poor romantic relationships. In contrast to participants three who experienced positive self-assessment, due to factors in the quality of romantic relationships. The dynamics of self-esteem in fatherless women have a similar pattern, due to the similarity of backgrounds, namely not having a close relationship with the father. The dynamics of self-esteem are also influenced by the quality of romantic relationships, the role of maternal support and relationships with friends.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Peningkatan kasus <em>fatherless</em> atau kehilangan figur ayah di Indonesia semakin mengkhawatirkan. <em>Fatherless</em> juga berdampak dalam kehidupan seorang anak perempuan yang akan berpengaruh pada <em>self-esteem</em> sedangkan <em>Self-esteem</em> dan hubungan romantis saling mempengaruhi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika <em>self-esteem</em> pada perempuan fatherless dalam relasi romantis. Metode fenomenologi digunakan dalam penelitian ini. Teknik analisis data menggunakan fenomenologis deskriptif (PFD). Pengambilan data dilakukan dengan wawancara. Seluruh partisipan berjenis kelamin perempuan dan mengalami <em>fatherless</em> dan berusia 18-25 tahun yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kedua partisipan mengalami persepsi diri yang semakin negatif setelah menjalani relasi romatis yang buruk. Berbeda dengan partisipa tiga yang mengalami penilaian diri yang positif, dikarenakan adanya faktor pada kualitas relasi romantis. Dinamika terjadinya self-esteem pada perempuan <em>fatherless</em> memiliki pola yang serupa, dikarenakan adanya kesamaan latar belakang yakni tidak memiliki relasi kedekatan dengan ayah. Dinamika terjadinya <em>self-esteem</em> juga di pengaruhi oleh adanya faktor kualitas relasi romantis, peran dukungan ibu dan relasi dengan teman-teman.</p> Jihaan Adilah Mochtar Arief K Dr. Yunita Sari, M.Psi., Psikolog Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 349 356 10.29313/bcsps.v4i1.10053 Gambaran Intimacy terhadap Pria Dewasa https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10056 <p><strong>A</strong><strong>bstract. </strong>The issue of infidelity that is rampant in Indonesia is mostly found in men because the perception of marital intimacy in men itself can vary depending on various factors. One of them is individual experience in sharing intimate experiences in several areas in the hope that the relationship can last over time. This study aims to determine the picture of intimacy in adult men. This study uses descriptive statistical technique method with non probability sampling technique, namely purposive sampling. The measuring instrument used in this study uses the Personal Assessment of Intimacy in Relationship (PAIR) which measures the intimacy of romantic relationships. The research location was in Bandung City with a total of 101 participants who were married men in young adulthood with a marriage age of 1-5 years. The results of this study indicate that the intimacy of adult men is in the high category (50.5%) which means that they have intimacy in their relationship with their partner.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Isu perselingkuhan yang marak terjadi di Indonesia banyak ditemukan pada pria karena persepsi keintiman pernikahan pada pria itu sendiri bisa berbeda-beda tergantung dari berbagai faktor. Salah satunya adalah pengalaman individu dalam berbagi pengalaman intim di beberapa area dengan harapan hubungan tersebut dapat bertahan dari waktu ke waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keintiman pada pria dewasa. Penelitian ini menggunakan metode teknik statistik deskriptif dengan teknik pengambilan sampel non probability sampling, yaitu purposive sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan <em>Personal Assessment of Intimacy in Relationship</em> (PAIR) yang mengukur keintiman hubungan romantis. Lokasi penelitian dilakukan di Kota Bandung dengan jumlah partisipan sebanyak 101 orang pria yang sudah menikah pada usia dewasa muda dengan usia pernikahan 1-5 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keintiman pria dewasa berada pada kategori tinggi (50,5%) yang berarti memiliki keintiman dalam hubungannya dengan pasangan.</p> Azizah Khairunnisa Andhita Nurul Khasanah Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 357 363 10.29313/bcsps.v4i1.10056 Pengaruh Kualitas Kehidupan Kerja terhadap Intensi Turnover Karyawan Hotel Bintang Tiga https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10059 <p><strong>Abstract</strong><strong>.</strong> The hospitality industry in Indonesia is a rapidly growing economic sector and has an important role in supporting tourism and the national economy. Where in this development is accompanied by a high turnover intention in Indonesia, especially for employees who work in the hospitality industry in the hospitality sector. One of the factors that encourage hotel employees to change workplaces is the perception that the quality of their work life has not been fulfilled properly. The purpose of this study is to see the extent of the influence of quality of work life on turnover intention in hotel employees. This study used a non-experimental quantitative method, involving 98 respondents and applying a simple regression analysis test. The measuring instrument for the quality of work life variable was adapted by Wardani (2019), which refers to Walton's (1973) measuring instrument. While the measuring instrument for the turnover intention variable was adapted by Tata Saefullah (2019), which refers to Mobley's (1978) measuring instrument. The results of simple regression analysis show that quality of work life is significantly correlated to turnover intention. This correlation is indicated by the negative regression coefficient (quality of work life = -0.069), which shows that the higher the quality of work life, the lower the turnover intention. In addition, the coefficient of determination reveals that 16.2% of the turnover intention variable is influenced by the variables in quality of work life.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Industri perhotelan di Indonesia adalah sektor ekonomi yang berkembang pesat dan memiliki peran penting dalam mendukung pariwisata dan ekonomi nasional. Dimana dalam perkembangan ini disertai adanya intensi <em>turnover</em> yang tinggi di Indonesia, terutama pada karyawan yang bekerja di industri <em>hospitality</em> bidang perhotelan. Salah satu faktor yang mendorong karyawan hotel untuk berpindah-pindah tempat kerja adalah persepsi bahwa kualitas kehidupan kerjanya belum terpenuhi dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana pengaruh kualitas kehidupan kerja terhadap intensi <em>turnover</em> pada karyawan hotel. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif non-eksperimental, dengan melibatkan 98 responden dan menerapkan uji analisis regresi sederhana. Alat ukur untuk variabel kualitas kehidupan kerja diadaptasi oleh Wardani (2019), yang merujuk pada alat ukur Walton (1973). Sementara alat ukur untuk variabel intensi <em>turnover</em>, diadaptasi oleh Tata Saefullah (2019), yang merujuk pada alat ukur Mobley (1978). Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa kualitas kehidupan kerja berkorelasi signifikan terhadap intensi <em>turnover</em>. Korelasi ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi bertanda negatif (kualitas kehidupan kerja = -0.069), yang memperlihatkan semakin tinggi kualitas kehidupan kerja maka semakin rendah intensi <em>turnover</em>. Selain itu, koefisien determinasi mengungkapkan bahwa sebesar 16.2% dari variabel intensi <em>turnover </em>dipengaruhi oleh variabel dalam kualitas kehidupan kerja.</p> <p>&nbsp;</p> Hilmy Aulia Alfiyah Lisa Widawati Ayu Tuty Utami Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 364 371 10.29313/bcsps.v4i1.10059 Pengaruh Perceived Organizational Support terhadap Work Engagement pada Guru SLB https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10060 <p><strong>Abstract</strong>. The lack of special school teachers is a problem because they will experience an increase in workload. This increase in workload will affect teacher performance so that it requires an engaged condition to improve teacher performance. Work engagement is a positive psychological construct in which employees feel enthusiastic at work. Perceived organizational support according to Eisenberger et al., (1986) is the employee's perception of the extent to which the organization appreciates their contribution during work and cares about their welfare. This study aims to determine how much influence perceived organizational support has on work engagement in special education teachers in Cirebon Regency. The method used in this research is quantitative method. The subjects in this study were 87 special school teachers in Cirebon Regency. The data analysis technique used is simple linear regression. The measuring instrument used in this study is SPOS (Survey Perceived Organizational Support) which refers to the theory of Eisenberger et al. (1986) and adapted by Kurniawan and Harsono (2021) and the UWES (Utrecht Work Engagement Scale) measuring instrument adapted by Kristiana et al. (2018). The results of this study indicate that Perceived Organizational Support only has an effect of 6.5% on Work Engagement.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Kurangnya jumlah guru sekolah luar biasa menjadi sebuah masalah karena akan mengalami peningkatan beban kerja. Peningkatan beban kerja ini nantinya akan mempengaruhi kinerja guru sehingga membutuhkan kondisi yang engaged untuk meningkatkan kinerja guru. <em>Work engangement</em> merupakan konstruks psikologi positif yang dimana para karyawan merasa antusias dalam bekerja. <em>Perceived organizational support</em> menurut Eisenberger et al., (1986) merupakan persepsi karyawan mengenai sejauh mana organisasi menghargai kontribusi mereka selama bekerja dan peduli akan kesejahteraan mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh <em>perceived organizational support</em> terhadap <em>work engagement</em> pada guru SLB di Kabupaten Cirebon. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif. Subjek pada penelitian ini adalah guru sekolah luar biasa di Kabupaten Cirebon sebanyak 87 orang. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier sederhana. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah SPOS (<em>Survey Perceived Organizational Support</em>) yang mengacu pada teori Eisenberger et al. (1986) dan diadaptasi oleh Kurniawan dan Harsono (2021) dan alat ukur UWES (<em>Utrecht Work Engagement Scale</em>) yang diadaptasi oleh Kristiana et al. (2018). Hasil penilitian ini menunjukkan bahwa Perceived Organizational Support hanya memberikan pengaruh sebesar 6,5% terhadap Work Engagement.</p> Shofy Chaerunnisa Zahara Yuli Aslamawati Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 372 377 10.29313/bcsps.v4i1.10060 Pengaruh Sikap Mengenai Bullying terhadap Perilaku Prososial Siswa Bystander di SMP Islam Terpadu https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10062 <p><strong>Abstract.</strong> Integrated Islamic Schools (SIT) are schools that implement a curriculum in which general education and Islamic education are combined. Islamic-based schools emphasize Islamic ethical and moral values, which not all students always understand and apply religious values in their daily lives. Lack of understanding and awareness of religious values and norms can lead to actions that are not in accordance with religious teachings, one of which is bullying behavior. This research uses quantitative methods with a true-experiment design with probability sampling techniques, namely stratified random sampling with 386 participants. Researchers distributed questionnaires to collect participants. The measuring instruments used in this research used the Attitudes Against Bullying Scale which measures attitudes regarding bullying and the Prosocial Tendencies Measure (PTM) measuring instrument which measures prosocial behavior. Analysis of this research data used two-way ANOVA and multiple linear regression analysis. Hypothesis testing with data processing was carried out using the SPSS program. The results show that there is an influence of attitudes towards bullying on the prosocial behavior of bystander students at Integrated Islamic Middle School (Sig. 0.00 &lt; 0.05).</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Sekolah Islam Terpadu (SIT) adalah sekolah yang menerapkan kurikulum dengan di antaranya pendidikan umum dan pendidikan Islam disatukan. Sekolah berbasis Islam menekankan nilai-nilai etika dan moral Islam, yang tidak semua siswa selalu memahami dan menerapkan nilai-nilai agama dalam kesehariannya. Kurangnya pemahaman dan kesadaran akan nilai dan norma agama dapat menyebabkan tindakan yang tidak sesuai dengan ajaran agama, yaitu salah satunya perilaku bullying. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain true-experiment dengan teknik sampling probability sampling yaitu stratified random sampling dengan partisipan berjumlah 386. Peneliti menyebarkan angket kuesioner untuk menjaring partisipan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Skala Sikap Terhadap Bullying yang mengukur sikap mengenai bullying dan alat ukur Prosocial Tendencies Measure (PTM) yang mengukur perilaku prososial. Analisis data penelitian ini menggunakan two-way ANOVA dan analisis regresi linier berganda. Uji hipotesis dengan pengolahan data dilakukan dengan program SPSS. Hasil menunjukkan bahwa terdapat pengaruh sikap atas bullying terhadap perilaku prososial siswa bystander SMP Islam Terpadu (Sig. 0,00 &lt; 0,05).</p> Raisya Arda Fadilla Andhita Nurul Khasanah Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 378 384 10.29313/bcsps.v4i1.10062 Pengaruh Pola Asuh Otoriter terhadap Kecerdasan Emosi Remaja di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10064 <p><strong>Abstract.</strong> Authoritarian parenting consistently correlates with the development of adolescents leading to negative behaviors. This is due to the high control but low closeness and communication in implementing authoritarian parenting, causing adolescents to struggle in developing their emotional intelligence. While many parents may be aware of the negative impact of applying authoritarian parenting in educating adolescents, this research focuses on adolescents' perceptions of the parenting style applied by their parents. Thus, there may be differences in opinions regarding the perspective of parenting styles between parents and adolescents in the city of Bandung. This study aims to examine the influence of parents' authoritarian parenting on the emotional intelligence of adolescents in Bandung, using a quantitative causality approach. The research sample consists of 151 adolescents in Bandung. The analysis technique used is simple regression analysis. The measurement tools used include the authoritarian parenting measurement tool created by Emmanuel M. (2017), referring to Baumrind's theory, and the emotional intelligence measurement tool created by the researcher based on Goleman's theory. The hypothesis test results show a significance value of 0.000 &lt; α = 0.05, indicating an influence between variable X and variable Y, with an influence of 50.4% from the R-square result showing a figure of 0.504. In this study, the influence of variable X on Y is in a negative direction. The higher the perceived implementation of authoritarian parenting by parents, the lower the emotional intelligence of adolescents in Bandung.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Pola asuh otoriter secara konsisten dikaitkan dengan perkembangan remaja yang mengarah pada perilaku yang negatif. Hal ini dikarenakan adanya kontrol yang tinggi, namun kedekatan dan komunikasi yang rendah, pada penerapan pola asuh otoriter orang tua kepada remaja membuat remaja mengalami kesulitan dalam mengembangkan kecerdasan emosinya. Mungkin saja banyak orang tua yang sudah mengetahui dan memahami akan dampak buruk menerapkan pola asuh otoriter dalam mendidik remaja, namun pada penelitian ini mengacu pada persepsi remaja mengenai pola asuh yang diterapkan oleh orang tua mereka, sehingga mungkin saja terjadi adanya perbedaan pendapat mengenai sudut pandang dalam penerapan pola asuh antara orang tua dan remaja di Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pola asuh otoriter orang tua terhadap kecerdasan emosional remaja di Kota Bandung, dengan menggunakan metode pendekatan kuantitatif kausalitas. Sampel penelitian adalah 151 remaja di Kota Bandung. Teknis analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Menggunakan alat ukur pola asuh otoriter yang dibuat oleh Emmanuel M. (2017) yang mengacu pada teori Baumrind dan alat ukur kecerdasan emosi yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori Goleman. Hasil uji hipotesis menunjukkan hasil nilai sig. sebesar&nbsp; 0.000&nbsp; &lt;&nbsp; α= 0.05, sehingga terdapat pengaruh antara variabel X terhadap variabel Y, dengan pengaruh sebesar 50.4% dari hasil <em>R square</em> sebesar 0.504. Dalam penelitian ini, pengaruh variabel X terhadap Y mengarah pada arah yang negatif. Semakin tinggi penerapan pola asuh otoriter orang tua yang dipersepsi remaja, maka akan semakin rendah kecerdasan&nbsp; emosi remaja di Kota Bandung.</p> <p>&nbsp;</p> Icha Dwi Septyawati Yuli Aslamawati Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 385 390 10.29313/bcsps.v4i1.10064 Mate Preferense : A Scoping Review https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10068 <p><strong>Abstract.</strong> This scoping review navigates the landscape of mate preferences in young adulthood, a developmental phase from late adolescence to mid-twenties. Based on studies from 2013 to 2023, key predictors of mate choice include religion, where shared beliefs, deep understanding and family background influence choice. There were gender-specific variations in assessing physical attractiveness, with men prioritizing it more than women. Character traits such as altruism and responsibility are important to both genders. Economic stability and educational status are important considerations, with women often prioritizing financial support and men emphasizing physical attractiveness. External influences include cultural norms, media exposure and the impact of COVID-19. While the current study highlights preferences from these different sides, future research could explore the dynamic process of preference formation and study different types of relationships.</p> <p><strong>Abstrak</strong>. Tinjauan cakupan ini menavigasi tinjauan lanskap preferensi pasangan pada masa dewasa muda, sebuah fase perkembangan dari akhir masa remaja hingga pertengahan usia dua puluhan. Berdasarkan studi dari tahun 2013 hingga 2023, prediktor utama dalam pemilihan pasangan meliputi agama, di mana keyakinan yang sama, pemahaman yang mendalam, dan latar belakang keluarga memengaruhi pilihan. Terdapat variasi spesifik gender dalam menilai daya tarik fisik, dengan pria lebih memprioritaskan hal tersebut dibandingkan wanita. Sifat-sifat karakter seperti altruisme dan tanggung jawab sangat penting bagi kedua jenis kelamin. Stabilitas ekonomi dan status pendidikan adalah pertimbangan penting, dengan wanita sering memprioritaskan dukungan finansial dan pria menekankan daya tarik fisik. Pengaruh eksternal mencakup norma budaya, paparan media, dan dampak COVID-19. Meskipun penelitian saat ini menyoroti preferensi dari berbagai sisi ini, penelitian di masa depan dapat mengeksplorasi proses dinamis pembentukan preferensi dan mempelajari berbagai jenis hubungan.</p> Asyifa Atira Ariamukti Yunita Sari Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 391 400 10.29313/bcsps.v4i1.10068 Gambaran Kecemasan pada Perempuan Korban Dating Violence di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10069 <p><strong>Abstract. </strong>Dating violence is not uncommon but many women do not realize that the mistreatment they receive when they are in a relationship is a form of dating violence. For those who experience dating violence at a productive age, it tends to cause anxiety, depression, avoidance behavior, and other stresses in the future. This avoidant behavior can have an impact on their social life because in this productive age they still have to socialize in an educational or work environment. The purpose of the study was to determine the level of anxiety in female victims of dating violence in Bandung City which could have an impact on skills or decision making. This research method uses a descriptive method with a quantitative approach. This study uses anxiety measurement tools from Max Hamilton's measurement scale. The population and sample in this study were women in the emerging adulthood age category who had experienced dating violence in Bandung City with the final sample obtained as many as 60 people.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> <em>Dating violence</em> merupakan peristiwa yang tidak jarang terjadi namun masih banyak perempuan yang tidak menyadari bahwa perlakuan buruk yang mereka dapatkan ketika memiliki hubungan adalah salah satu dari bentuk <em>dating violence</em>. Bagi mereka yang mengalami <em>dating violence</em> di usia produktif cenderung dapat menimbulkan kecemasan, depresi, perilaku menghindar, dan tekanan lainnya di masa depan. Perilaku menghindar tersebut dapat berdampak pada kehidupan sosialisasinya karena dalam usia produktif ini mereka masih harus bersosialisasi dalam lingkungan pendidikan atau pekerjaan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat kecemasan pada perempuan korban <em>dating violence</em> di Kota Bandung yang bisa berdampak pada keterampilan atau pengambilan keputusan. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan alat ukur kecemasan dari skala pengukuran Max Hamilton. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah perempuan pada kategori usia <em>emerging adulthood</em> yang pernah mengalami <em>dating violence</em> di Kota Bandung dengan sampel akhir yang didapatkan sebanyak 60 orang.</p> Firyaal Wirawan Andhita Nurul Khasanah Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 401 406 10.29313/bcsps.v4i1.10069 The Influence of Religious Coping on Academic Stress in Students of The Faculty of Medicine, Bandung Islamic University https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10070 <p><strong>Abstract. </strong>Academic stress is a stimulus caused by academic stressors and how they react physically, emotionally, behaviorally and cognitively to these stressors (Gadzella &amp; Masten, 2005). Religious coping is coping with stress with religious patterns and methods such as prayer and worship with the aim of eliminating stress (Pargament 1999). The aim of this research is to determine the effect of religious coping on academic stress in students at the Faculty of Medicine, Islamic University of Bandung. The subjects in this study were medical students N = 245 people. The analysis technique used is simple linear regression. The tool for measuring religious coping uses the Iranian Coping Religious Scale by Alfakseir &amp; Coleman (2011) which has been adapted by Shabrina (2017). Meanwhile, the academic stress measuring tool uses the Student Life Stress Inventory by Gadzella &amp; Masten (2005) which has been adapted by Praghlopati et al. (2021). The research results showed that there was a negative influence of 48.7% on academic stress in students at the Faculty of Medicine, Islamic University of Bandung.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Stres akademik merupakan suatau stimulus yang disebabkan oleh stressor akademik dan bagaimana reaksi mereka terhadap fisik,&nbsp; emosi,&nbsp; perilaku dan kognitif terhadap stressor tersebut (Gadzella &amp; Masten,&nbsp; 2005). <em>Coping</em> religius merupakan <em>coping</em> stress dengan pola dan meted religius seperti berdoa, beribadah dengan tujuan menghilangkan stress (Pargament1999). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh <em>coping</em> religius terhadap stress akademik pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa kedokteran <em>N </em>= 245 orang. Teknik analisis yang digunakan regresi linear sederhana. Alat ukur <em>coping</em> religius menggunakan <em>Iranian Coping Relgius Scale</em> oleh Alfakseir &amp; Coleman (2011) yang sudah di adaptasi oleh Shabrina (2017). Sedangkan alat ukur stress akademik menggunakan <em>Student Life Stress Inventory </em>oleh Gadzella &amp; Masten (2005) yang sudah di adaptasi oleh Praghlopati et al. (2021). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif sebesar 48.7% terhadap stress akademik pada mahasiwa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung.</p> Maulana Abdul Malik Ibrahim Andhita Nurul Khasanah Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 407 415 10.29313/bcsps.v4i1.10070 Pengaruh Kesabaran terhadap Self Determination pada Pengguna NAPZA di Pondok Inabah https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10073 <p><strong>Abstract.&nbsp; </strong>The widespread use of drugs that are not appropriate for their intended use among society has encouraged the government to solve this problem, one of which is by requiring drug users to undergo rehabilitation. Inabah is a place for inpatient rehabilitation using an Islamic approach. However, in practice there have been several cases of foster children who were undergoing rehabilitation running away, this shows poor motivation to participate in the rehabilitation process. The aim of this research is to test the effect of patience on self-determination in drug users at Pondok Inabah. This research design uses non-experimental causality with a quantitative approach with a total of 41 respondents. This research uses a population study, namely drug users who take part in rehabilitation at the Inabah cottage. Using a patience measuring tool compiled by Yusuf&nbsp; and a self-determination scale from Sheldon and Deci which has been adapted by Muttaqin. The data analysis technique used is multiple linear regression technique. The research results show that the R-square is .096, which means that patience only has an influence on self-determination of 9.6%.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Maraknya penggunaan NAPZA yang tidak sesuai peruntukan dikalangan masyarakat mendorong pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan ini, salah satunya dengan mewajibkan pengguna NAPZA untuk mengikuti rehabilitasi. Inabah menjadi tempat rehabilitasi rawat inap dengan menggunakan pendekatan islam. Namun pada pelaksanannya terdapat beberapa kasus anak bina yang sedang rehabilitasi melarikan diri, hal ini menunjukan motivasi yang buruk untuk mengikuti proses rehabilitasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kesabaran terhadap <em>self determination</em> pada pengguna NAPZA di pondok Inabah. Rancangan penelitian ini menggunakan kausalitas non-eksperimen dengan pendekatan kuantitatif dengan jumlah responden sebanyak 41 orang. Penelitian ini menggunakan studi populasi yaitu pengguna NAPZA yang mengikuti rehabilitasi di pondok Inabah. Menggunakan alat ukur kesabaran yang disusun oleh Yusuf dan <em>self determination</em> scale dari Sheldon dan Deci yang telah diadaptasi oleh Muttaqin. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa perolehan R-square .096 yang artinya kesabaran hanya memiliki pengaruh terhadap <em>self determination</em> sebesar 9,6%.</p> Andri Maulana Umar Yusuf Supriatna Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 416 421 10.29313/bcsps.v4i1.10073 Pengaruh Self Control dan Konformitas terhadap Perilaku Judi Online https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10074 <p><strong>Abstract.</strong> The practice of online gambling in Indonesia is increasingly prevalent, with the Ministry of Communication blocking access to 499.645 gambling-related contents across various digital platforms. This includes a diverse range of people, including students, who are influenced by peer pressure and find it difficult to control themselves, leading to their involvement in online gambling. A study aimed to assess the influence of self-control and conformity on online gambling behavior among Muslim students. The research involved 124 Muslim students at the Islamic University of Bandung, selected through purposive sampling. The study utilized the Self Control Scale by Tangney, Baumeister, and Boone (2004), the conformity measurement by Putri (2018), and the Problem Gambling Severity Index (PGSI) developed by Ferris &amp; Wyne (2001). The research employed a quantitative approach using multiple regression analysis to determine the partial and simultaneous effects of self-control and conformity on online gambling. The study found a significant partial influence of self-control on online gambling behavior with an R<sup>2</sup> value of 0.138 and a sig value of 0.00, indicating 13.8% contribution of self-control to online gambling behavior. Additionally, there was a significant partial influence of conformity on online gambling behavior with an R<sup>2</sup> value of 0.260 and a sig value of 0.00, signifying 26% contribution of conformity to online gambling behavior. The research revealed a simultaneous influence of self-control and conformity on online gambling behavior with an R<sup>2</sup> value of 0.398 and a sig value of 0.00, demonstrating a combined contribution of 39.8% from both variables to online gambling behavior. These findings emphasize the importance of self-control and conformity in understanding and addressing online gambling behavior among Muslim students.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Praktik judi <em>online</em> di Indonesia semakin marak beredar. Kementerian Komunikasi telah memutus akses 499.645 konten perjudian di berbagai platform digital. Terdapat berbagai kalangan masyarakat yang mengakses platform judi <em>online</em>, termasuk mahasiswa. Motif mahasiswa bermain judi <em>online</em> yaitu karena pengaruh teman sebaya di lingkungan sosialnya. Sulitnya mereka dalam mengontrol diri membuat mereka terlibat pada permainan judi <em>online</em>. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh <em>self control</em> dan konformitas terhadap perilaku judi <em>online</em> pada mahasiswa muslim. Sampel penelitian sebanyak 124 mahasiswa muslim di Universitas Islam Bandung, yang didapat melalui teknik <em>purposive sampling</em>. Alat ukur yang digunakan adalah <em>Self Control Scale</em> yang dikonstruksi oleh Tangney, Baumeister dan Boone (2004), alat ukur konformitas yang dikonstruksikan oleh Putri (2018), dan alat ukur <em>Problem Gambling Severity Index (PGSI) </em>yang dikembangkan oleh Ferris &amp; Wyne (2001). Metode kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh <em>self control</em> dan konformitas secara parsial dan simultan terhadap judi <em>online</em>. Hasil yang diperoleh secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan <em>self control</em> terhadap perilaku judi <em>online</em> dengan nilai R<sup>2 </sup>= 0.138 nilai sig = 0.00 yang berarti <em>self control</em> berkontribusi derhadap perilaku judi <em>online</em> sebesar 13,8%. Terdapat pengaruh yang signifikan konformitas terhadap perilaku judi <em>online </em>dengan nilai R<sup>2</sup> = 0.260<em><sup>.</sup></em>&nbsp; dan nilai sig = 0.00 artinya konformitas berkontribusi sebesar 26% terhadap perilaku judi <em>online</em>. Secara simultan, terdapat pengaruh <em>self control</em> dan konformitas terhadap perilaku judi <em>online</em> dengan nilai R<sup>2</sup> = 0.398 dengan nilai sig = 0.00 artinya kedua variabel berkontribusi pada judi <em>online</em> sebesar 39,8%.</p> Salsabila Syifa Ruswandi Lilim Halimah Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 422 430 10.29313/bcsps.v4i1.10074 Pengaruh Transformational Leadership terhadap Work Engagement pada Pegawai KPP Pratama Surabaya Karangpilang https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10076 <p><strong>Abstract.</strong>The aim of this research is to see the effect of transformational leadership on work engagement among 95 employees at KPP Pratama Surabaya Karangpilang. The theoretical concepts used are Bass theory (1985) to explain the concept of transformational leadership and the theory of Schaufeli et al. (2002) to explain the concept of work engagement. The research method used was a non-experimental quantitative cross-sectional using multiple linear regression analysis techniques. The measuring instrument used in this research is a transformational leadership measuring instrument constructed by researchers based on Bass theory (1985) and the Utrecht Work Engagement Scale which has been modified by Aryanti et al. (2021). The data analysis technique used is multiple linear regression analysis technique. The research results show that there is a significant positive influence of transformational leadership on work engagement of 56.2% (R Square = .562). This shows that the higher the transformational leadership at KPP Pratama Surabaya Karangpilang, the higher the work engagement of the employees.</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh <em>transformational leadership </em>terhadap <em>work engagement</em> pada 95 pegawai di KPP Pratama Surabaya Karangpilang. Konsep teori yang digunakan yakni teori&nbsp; Bass (1985) untuk menjelaskan konsep <em>transformational leadership</em> dan teori Schaufeli et al. (2002) untuk menjelaskan konsep <em>work engagement</em>. Metode penelitian yang digunakan adalah <em>cross-sectional</em> kuantitatif non-eksperimental dengan menggunakan teknik analisis regresi linear berganda. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur <em>transformational leadership </em>yang dikonstruksi oleh peneliti berdasarkan teori&nbsp; Bass (1985) dan Utrecht Work Engagement Scale yang telah dimodifikasi oleh Aryanti et al. (2021). Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh positif yang signifikan dari <em>transformational leadership </em>terhadap <em>work engagement</em> sebesar 56,2 % (<em>R Square = .562</em>). Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi <em>transformational leadership </em>pada KPP Pratama Surabaya Karangpilang, maka semakin tinggi <em>work engagement</em> pegawainya.</p> Achmad Bahruddin Avant Garde Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 431 437 10.29313/bcsps.v4i1.10076 Pengaruh Basic Need Satisfaction terhadap Work Engagement pada Dosen Perguruan Tinggi di Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10078 <p><strong>Abstract.</strong> Lecturers play an important role in the context of higher education, which includes delivering learning materials, academic guidance, and developing student skills. The role of lecturers is not just a provider of information, but also includes character building and the development of thinking skills in students. In addition to these tasks, lecturers are also involved in research and academic development activities to continuously improve the quality of education. Therefore, lecturer performance assessment does not only focus on the teaching aspect, but also involves their contribution in research and community service. This study aims to determine the effect of basic need satisfaction on work engagement conducted on college lecturers in Bandung. This research method uses a non-experimental quantitative approach, using multiple regression analysis tests. The number of samples in this study amounted to 99 lecturers at Bandung Universities. The measuring instrument used is the basic need satisfaction measuring instrument from Van den Broeck et.al, (2010) and the work engagement measuring instrument from Schaufeli &amp; Bakker. The results of multiple regression tests state that there is a significant influence of basic need satisfaction on work engagement with a large influence of 0.255. And the need for competence aspect is the aspect that has the most dominant influence in shaping work engagement.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Dosen memberikan peranan penting dalam konteks pendidikan tinggi, yang mencakup penyampaian materi pembelajaran, bimbingan akademik, dan pengembangan keterampilan mahasiswa. Peran dosen tidak hanya sekedar sebagai pemberi informasi, tetapi juga mencakup pembinaan karakter dan pengembangan kemampuan berpikir pada mahasiswa. Selain tugas-tugas tersebut, dosen juga terlibat dalam kegiatan penelitian dan pengembangan akademis guna terus meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, penilaian kinerja dosen tidak hanya berfokus pada aspek pengajaran, tetapi juga melibatkan kontribusinya dalam penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh <em>basic need satisfaction</em> terhadap <em>work engagemen</em>t yang dilakukan pada dosen perguruan tinggi di Bandung. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif non-eksperimental, dengan menggunakan uji analisis regresi berganda. Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 99 dosen di Perguruan Tinggi Bandung. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur <em>basic need satisfaction</em> dari Van den Broeck et.al, (2010) serta alat ukur <em>work engagement</em> dari Schaufeli &amp; Bakker. Hasil Uji regresi berganda menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan <em>basic need satisfaction</em> terhadap <em>work engagement</em> dengan besar pengaruh 0.255. Serta aspek <em>need for competence</em> menjadi aspek yang memiliki pengaruh paling dominan dalam membentuk <em>work engagement</em>.</p> Rera Anjani Temi Damayanti Djamhoer Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 438 445 10.29313/bcsps.v4i1.10078 “I Love Sex:” Dinamika Regulasi Diri Pelaku Seks Pranikah https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10084 <p><strong>Abstract.</strong> The late adolescent period is marked by the emergence of sexual behavior integrated into romantic relationships during adolescence. Romantic relationships are depicted in the form of sexual behaviors such as attraction, dating, cuddling, and engaging in sexual activities outside of marriage. The sexual behavior of adolescents is significantly influenced by self-regulation. Self-regulation originates from the understanding of time, both short-term and long-term. This research aims to understand the dynamics of self-regulation in late adolescent girls involved in premarital sex. A qualitative method with a phenomenological design was employed for this study. Data were obtained through in-depth interviews with three late adolescent girls engaged in premarital sex. The analysis technique used was descriptive phenomenological analysis. The results indicate that the dynamics of self-regulation in late adolescent girls involved in premarital sex have a similar pattern, starting with the upbringing process in the past, then monitoring premarital sexual behavior with an evaluation based on family values. This is followed by the execution of premarital sexual behavior, adaptation processes within their social environment, reassessment of premarital sexual behavior, and ultimately, late adolescent girls engaged in premarital sex fail to inhibit this behavior due to addiction. The self-regulation of late adolescent girls involved in premarital sex is influenced by neglectful parenting styles (religion, sex education, and parenting control), the absence of paternal guidance (fatherlessness), and economic difficulties.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Masa remaja akhir ditandai dengan munculnya perilaku seksual yang diintegrasikan ke dalam hubungan romantis selama masa remaja. Hubungan romantis tersebut digambarkan dalam bentuk perilaku seksual seperti perasaan tertarik sampai kepada tingkah laku yang lebih intim seperti berkencan, bercumbu, dan berhubungan suami istri diluar ikatan pernikahan. Perilaku seks pranikah pada remaja sangat dipengaruhi oleh regulasi diri remaja. Regulasi diri berasal dari pemahaman waktu yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika regulasi diri pada remaja akhir putri pelaku seks pranikah. Metode kualitatif dengan desain fenomenologi digunakan dalam penelitian ini. Data diperoleh melalui wawancara mendalam (<em>in-depth interview</em>) kepada tiga orang remaja akhir putri pelaku seks pranikah. Adapun teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis fenomenologi deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dinamika regulasi diri pada remaja akhir putri pelaku seks pranikah memiliki pola yang sama, diawali dari proses pengasuhan dimasa lalu, kemudian melakukan monitoring terhadap perilaku seks pranikah dengan evaluasi dari nilai-nilai dalam keluarga, kemudian mengeksekusi perilaku seks pranikah, dilanjut dengan proses adaptasi dengan lingkungan sosialnya, serta melakukan penilaian kembali terhadap perilaku seks pranikah, dan akhirnya remaja akhir putri pelaku seks pranikah gagal dalam melakukan penghambatan perilaku seks pranikah karena sudah adiksi dengan perilaku seks pranikah. Regulasi diri remaja akhir putri pelaku seks pranikah dipengaruhi oleh pola asuh <em>neglect</em> (agama, seks edukasi, dan kontrol pengasuhan), ketiadaan pengasuhan ayah (<em>fatherless</em>), dan kesulitan ekonomi.</p> Mutiara Alifa Gunawan Yunita sari Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 446 455 10.29313/bcsps.v4i1.10084 Dinamika Kesepian pada Wanita Dewasa Madya Lajang Berkarir https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10087 <p><strong>Abstract.</strong> Increased career opportunities for women have ultimately decreased the motivation to marry for financial security. Middle-aged women who choose to remain single and focus on their careers in Indonesia are still highly stigmatized. The pressure from this social stigma can lead to feelings of loneliness because society generally connects success or happiness with the presence of a life partner. This study aims to determine the dynamics of loneliness in career-focused single middle-aged women. The method used is a qualitative method with photovoice. The participants amounted to two people, obtained through purposive sampling technique with the criteria of women aged 40-60 or 65 years who are single, have a professional career, and experience loneliness. The results of this study are presented using data in the form of photographs and interviews, analyzed thematically. The results of this study indicate that the dynamics of loneliness in the lives of single women, the level of family closeness and the background of the experience of relationships and perceptions that arise in individuals are the main key causes of loneliness. The emergence of feelings of loneliness in several different forms based on the experiences of each participant will produce a different picture of loneliness. Despite having different views on loneliness, both participants showed similarities in adopting strategies to overcome their feelings of loneliness.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Meningkatnya peluang karir bagi wanita pada akhirnya menurunkan motivasi menikah untuk keamanan finansial. Wanita dewasa madya yang memilih untuk tetap lajang dan fokus pada karir di Indonesia masih mengalami stigma buruk yang sangat tinggi. Tekanan dari stigma sosial ini dapat memunculkan perasaan kesepian karena masyarakat umumnya menghubungkan keberhasilan atau kebahagiaan dengan keberadaan pasangan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika kesepian pada wanita dewasa madya lajang berkarir. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan <em>photovoice</em>. Partisipan berjumlah dua orang, diperoleh melalui teknik <em>purposive sampling </em>dengan kriteria wanita berusia 40-60 atau 65 tahun yang lajang, memiliki karir profesional, dan mengalami kesepian. Hasil penelitian ini disajikan dengan menggunakan data berupa foto dan wawancara, dianalisis secara tematik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dinamika kesepian dalam kehidupan wanita lajang, tingkat kedekatan keluarga dan latar belakang pengalaman berelasi dan persepsi yang muncul pada diri individu menjadi kunci utama penyebab kesepian. Munculnya perasaan kesepian dalam beberapa bentuk yang berbeda berdasarkan dengan pengalaman tiap partisipan akan menghasilkan gambaran kesepian yang berbeda-beda pula. Meskipun memiliki perbedaan pandangan terhadap kesepian, kedua partisipan menunjukkan kesamaan dalam mengadopsi strategi untuk mengatasi perasaan kesepiannya.</p> Syifa Nadila Hadid Yunita Sari Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 456 465 10.29313/bcsps.v4i1.10087 Pengaruh Resilience at Work terhadap Job Satisfaction pada Karyawan PT. X https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10089 <p><strong>Abstract.</strong> The aim of this study is to find out how the influence of resilience at work on job satisfaction among PT. X employees. The theoretical concept used is Winwood's (2013) resilience at work which was redeveloped by Malik &amp; Garg (2018) to explain the concept of Resilience at work, and Spector's (1997) job satisfaction theory to explain the concept of job satisfaction. The method used is non-experimental quantitative research using a cross-sectional study with a total of 122 respondents. The measuring tools used are Job Satisfaction Survey Spector (1997) and the Resilience at Work Malik &amp; Garg (2018) measuring tool which was adapted into Indonesian by Muiz in 2018. The data analysis technique used was multiple regression analysis. Based on the results of the hypothesis test, it was found that there was no significant influence of work resilience on job satisfaction, namely 9.60%.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh <em>resilience at work</em> terhadap <em>job satisfaction</em> pada karyawan PT.X. Konsep teori yang digunakan yaitu <em>resilience at work</em> Winwood (2013) yang dikembangkan kembali oleh Malik &amp; Garg (2018) untuk menjelaskan konsep <em>resilience at work</em>, dan teori <em>job satisfaction</em> Spector (1997) untuk menjelaskan konsep <em>job satisfaction</em>. Metode yang digunakan adalah penelitian ini adalah kuantitatif <em>non-eksperimental</em> dengan menggunakan studi <em>cross sectional</em> dengan jumlah responden 122 orang. Alat Ukur yang digunakan Job Satisfaction Survey Spector (1997) dan alat ukur Resilience at Work Malik &amp; Garg (2018) yang sudah di adaptasi kedalam Bahasa Indonesia oleh Muiz pada tahun 2018. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil uji hipotesis didapatkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan resilience at work terhadap job satisfaction yaitu sebesar 9,60%.</p> Muhammad Reza Indrasukma Oki Mardiawan Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 466 471 10.29313/bcsps.v4i1.10089 Hubungan Work-Life Balance dengan Work Engagement pada Guru TK X di Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10092 <p><strong>Abstract. </strong>A kindergarten teacher who has job demands that have a relationship with early childhood so that it requires more patience in teaching, therefore the ability to balance personal life with work life is needed which can affect the work engagement of kindergarten teachers. This study aims to determine the relationship between work-life balance and work engagement in X kindergarten teachers. In this study, the method used was a non-experimental quantitative method involving 23 X kindergarten teachers. The measuring instrument in this study on the work-life balance variable uses Fisher's (2009) measuring instrument which has been adapted by Gunawan (2019). Meanwhile, the measuring instrument for the work engagement variable was adapted by Kristiana (2018), which refers to the UWES-9 measuring instrument of Schaufeli and Baker (2004). The data analysis used is correlational. The results of this study found that there is a relationship between work-life balance and work engagement in X kindergarten teachers of 0.657. This means that the lower the work-life balance, the lower the work engagement.</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Seorang guru TK yang memiliki tuntutan pekerjaan yang memiliki hubungan dengan anak usia dini sehingga membutuhkan kesabaran yang lebih dalam mengajar maka dari itu dibutuhkannya kemampuan menyeimbangi kehidupan pribadi dengan kehidupaan pekerjaan yang dapat mempengaruhi keterikatan kerja guru TK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan <em>work-life balance</em> dengan <em>work engagement</em> pada guru TK X. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kuantitatif non-eksperimental yang melibatkan 23 guru TK X. Alat ukur dalam penelitian ini pada variabel <em>work-life balance</em> menggunakan alat ukur Fisher (2009) yang telah diadaptasi oleh Gunawan (2019). Sedangkan untuk alat ukur variabel <em>work engagement</em> diadaptasi oleh Kristiana (2018), yang merujuk pada alat ukur UWES-9 Schaufeli dan Baker (2004). Analisis data yang digunakan adalah korelasional. Hasil penelitian ini menemukan terdapat hubungan antara <em>work-life balance </em>dengan <em>work engagement</em> pada guru TK X sebesar 0,657. Artinya apabila semakin rendah <em>work-life balance</em> maka semakin rendah <em>work engagement</em>nya.</p> Salsabila Putri Yuli Aslamawati Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 472 478 10.29313/bcsps.v4i1.10092 Mekanisme Pelarian: Alasan Orang Dewasa Menonton Streaming Video Game https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10095 <p><strong>Abstract</strong>. Individuals can divert themselves from the burden and tension of monotonous routines in various ways, for example by watching others play games through live streaming, which is currently a digital media as entertainment. This research presents an exploration of how audience interaction behavior in video game live streaming arises as a need for individual escapism. Two models of escapism proposed by Stenseng (2009), namely escapism as self-suppression and self-expansion are associated with interactions in live streaming video games to determine the relationship between the two. This study uses a correlational quantitative research design and uses a questionnaire in data collection. The sampling technique used was convenience sampling and involved participants who actively consumed live streaming video games (n = 402). The research instrument used was a questionnaire developed based on the model of Stenseng et al. (2012) which has been adapted into Indonesian and the context of live streaming video games. The results showed that there was a significant positive correlation between the two dimensions of escapism and interaction behavior in video game live streaming. The findings provide an understanding of how individuals use digital media as an individual escape and uncover the psychological aspects behind the interactions that occur in live video game broadcasts and insights for the gaming industry especially the streamer community in broadcasting content as well as how to develop the community and create a more positive experience for the audience.</p> <p><strong>Abstrak</strong>. Individu dapat mengalihkan diri dari beban dan ketegangan rutinitas yang monoton dengan berbagai cara misalnya dengan menonton orang lain bermain&nbsp;<em>game&nbsp;</em>melalui&nbsp;<em>live streaming</em>&nbsp;yang saat ini menjadi media digital sebagai hiburan. Penelitian ini memaparkan eksplorasi mengenai bagaimana perilaku interaksi penonton dalam siaran langsung&nbsp;<em>video game&nbsp;</em>yang muncul sebagai kebutuhan dari pelarian individu. Dua model pelarian yang diajukan oleh Stenseng (2009), yaitu pelarian sebagai&nbsp;<em>self-suppression</em>&nbsp;dan&nbsp;<em>self-expansion&nbsp;</em>dikaitkan dengan interaksi dalam siaran langsung&nbsp;<em>video game&nbsp;</em>untuk mengetahui adanya hubungan antara keduanya. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif korelasional dan menggunakan kuesioner dalam pengambilan data. Teknik sampling yang digunakan yaitu&nbsp;<em>convenience sampling&nbsp;</em>dan melibatkan partisipan yang aktif mengonsumsi&nbsp;<em>video game live streaming</em>&nbsp;(n = 402). Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang dikembangkan berdasarkan model Stenseng et al. (2012) yang telah diadaptasi ke dalam bahasa indonesia dan konteks&nbsp;<em>video game live streaming</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara kedua dimensi pelarian dengan perilaku interaksi dalam siaran langsung&nbsp;<em>video game</em>. Temuan ini memberikan pemahaman tentang bagaimana individu menggunakan media digital sebagai pelarian individu dan mengungkap aspek psikologis dibalik interaksi yang terjadi dalam siaran langsung&nbsp;<em>video game&nbsp;</em>dan wawasan bagi industri game terutama komunitas&nbsp;<em>streamer</em>&nbsp;dalam menyiarkan konten juga bagaimana mengembangkan komunitas serta menciptakan pengalaman yang lebih positif bagi penonton.</p> Syahara Haniq Aini Suci Nugraha Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 479 487 10.29313/bcsps.v4i1.10095 Studi Literatur Stigma pada Anak Autis https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10097 <p><strong>Abstract.</strong> Individuals with autism often face difficulties in social interactions and socio-emotional development, which can be influenced by societal stigma surrounding this condition. Stigma may arise from misconceptions and myths about autism. This research aims to investigate public perceptions, triggering factors of stigma, and their impact on the lives of children with Autism Spectrum Disorder (ASD) in Indonesia. The primary data sources are scientific journals, articles, and academic materials discussing stigma towards autistic children in Indonesia. Thematic analysis was employed to identify common patterns related to public perceptions, triggering factors of stigma, and the impact of stigma on autistic children. The research findings indicate that stigma towards autism is not only public but also internal (self-stigma) and involves close associates (affiliation stigma). Stigma's impacts include difficulties in seeking assistance, hindrances in recovery, discrimination, limited opportunities, inhumane treatment, social isolation, and mental health issues. Factors such as gender, age, culture, prior experiences, and knowledge about autism influence the occurrence of stigma. Accurate understanding of autism is crucial in addressing stigma in this study. Efforts are needed to raise public awareness, dispel prevalent myths, and provide better support for individuals with autism and their families. With these measures, it is hoped that the negative impact of stigma on the lives of children with ASD in Indonesia can be reduced.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Individu dengan autisme sering mengalami kesulitan dalam interaksi sosial dan perkembangan sosio-emosional, yang dapat dipengaruhi oleh stigma masyarakat terhadap kondisi ini. Stigma dapat berasal dari persepsi yang keliru dan mitos seputar autisme. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki persepsi masyarakat, faktor-faktor pemicu stigma, dan dampaknya terhadap kehidupan anak-anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) di Indonesia. Sumber data utama berasal dari jurnal ilmiah, artikel, dan sumber-sumber akademis yang membahas stigma terhadap anak-anak autis di Indonesia. Data dianalisis secara tematik untuk mengidentifikasi pola umum terkait persepsi masyarakat, faktor-faktor pemicu stigma, dan dampak stigma pada anak-anak autis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stigma terhadap autisme tidak hanya bersifat publik, tetapi juga internal (self-stigma) dan melibatkan orang-orang terdekat (stigma afiliasi). Dampak stigma mencakup kesulitan mencari bantuan, hambatan dalam pemulihan, diskriminasi, kurangnya peluang, perlakuan kurang manusiawi, isolasi sosial, dan masalah kesehatan mental. Faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia, budaya, pengalaman sebelumnya, dan pengetahuan tentang autisme memengaruhi terjadinya stigma. Dalam penelitian ini pemahaman yang akurat mengenai autisme untuk mengatasi stigma. Upaya perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, mengoreksi mitos yang berkembang, dan memberikan dukungan yang lebih baik kepada individu dengan autisme dan keluarganya. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan dapat mengurangi dampak negatif stigma terhadap kehidupan anak-anak dengan ASD di Indonesia.</p> Risna Esa Salsabila Stephani Raihana Hamdhan Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 488 494 10.29313/bcsps.v4i1.10097 Pengaruh Curiosity terhadap Self-Esteem Mahasiswa Pengguna Dating Apps Tinder di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10101 <p><strong>Abstract.</strong> This study aims to analyze the effect of curiosity motives on self-esteem in students who use dating apps Tinder in Bandung City, who are in the emerging adulthood phase. This phase is characterized by exploration of identity and possibilities that allow individuals to explore various options before them. These characteristics are often related to the desire of individuals who have high self-esteem to continue to develop and improve themselves. In the context of Tinder use, the curiosity motive refers to an individual's desire to know and try the app without the specific goal of finding a romantic partner or relationship. The study involved 122 college student respondents with an age range of 18-25 years, who used Tinder. Simple linear regression analysis method was used to test the relationship between curiosity motive and self-esteem. The results showed that the curiosity motive had a significant influence on self-esteem, amounting to 10.8%. This finding indicates that the desire to explore and try new things, such as using dating apps Tinder out of curiosity, can contribute to the improvement of self-esteem in individuals in the emerging adulthood phase. The implications of this study can help in understanding individuals' motivations in using dating apps and its impact on their self-esteem development, especially at a crucial life stage such as emerging adulthood.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Penelitian ini bertujuan menganalisi pengaruh motif <em>curiosity</em> terhadap <em>self-esteem</em> pada mahasiswa pengguna dating apps Tinder di Kota Bandung, yang berada dalam fase <em>emerging adulthood.</em> Fase ini ditandai dengan eksplorasi identitas dan kemungkinan yang memungkinkan individu mengeksplorasi berbagai pilihan dihadapannya. Karakteristik tersebut seringkali berhubungan dengan keinginan individu yang memiliki <em>self-esteem</em> tinggi untuk terus berkembang dan memperbaiki diri mereka. Dalam konteks penggunaan Tinder, motif <em>curiosity</em> merujuk pada keinginan individu untuk mengetahui dan mencoba aplikasi tersebut tanpa tujuan khusus dalam mencari pasangan atau hubungan romantis. Penelitian melibatkan 122 responden mahasiswa dengan rentang usia 18-25 tahun, yang menggunakan Tinder. Metode analisis regresi linear sederhana digunakan untuk menguji hubungan antara motif <em>curiosity</em> dan <em>self-esteem</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif <em>curiosity </em>memiliki pengaruh yang signifikan terhadap self-esteem, sebesar 10,8%. Temuan ini mengindikasikan bahwa keinginan untuk mengeksplorasi dan mencoba hal-hal baru, seperti menggunakan dating apps Tinder karena rasa penasaran, dapat berkontribusi terhadap peningkatan <em>self-esteem</em> pada individu dalam fase <em>emerging adulthood.</em> Implikasi dari penelitian ini dapat membantu dalam memahami motivasi individu dalam menggunakan dating apps dan dampaknya terhadap perkembangan <em>self-esteem</em> mereka, terutama pada tahap kehidupan yang krusial seperti <em>emerging adulthood.</em></p> Putri Anai Rosli Andhita Nurul Khasanah Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 495 500 10.29313/bcsps.v4i1.10101 Hubungan Self-Control (Kontrol Diri) dan Konformitas Teman Sebaya pada Mahasiswa Wanita yang Mengkonsumsi Rokok Elektrik (Vape) di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10102 <p class="PROSIDING-ABSTRAK"><strong><span lang="IN">Abstract.</span></strong> <span lang="IN">Peer conformity among students who want to consume electronic cigarettes (vapes) in Bandung City is still relatively high, one of the reasons is the low level of self-control. Self-control is a cognitive ability that helps the dynamics of forming a behavior in an individual, low self-control can have an impact on an individual's inability to determine a behavior from various alternative choices such as peer conformity in female students who consume electronic cigarettes (vape) in the city Bandung. This research uses a quantitative approach with correlational methods and uses convenience sampling. The subjects of this research were 103 female students who consumed electronic cigarettes (vapes) in Bandung City. Data collection in this study used the Self Control Scale (SCS) measuring instrument created by Averill (1973) which has been adapted by Nabila (2020) and The Conformity Scale (TCS) created by Sears et al. (2009) which has been adapted by Jessica (2017). The data analysis technique uses the Spearman rank correlation statistical test. The results of data analysis state that there is a significant negative relationship between self-control and peer conformity with values r = -0.544 and p = 0.000. This means that the higher self-control, the lower peer conformity, and conversely, if self-control is lower, peer conformity will be higher. The contribution of self-control to peer conformity among female students who consume electronic cigarettes (vapes) in Bandung City is 34.8%.</span></p> <p><strong>Abstrak.</strong> <em>Work Engagement</em>. Konformitas teman sebaya pada mahasiswa wanta yang mengkonsumsi rokok elektrik (<em>vape</em>) di Kota Bandung masih terbilang tinggi, salah satu penyebabnya adalah rendahnya tingkat <em>self-control</em>. <em>Self-control </em>adalah kemampuan kognitif yang membantu dinamika pembentukan suatu perilaku pada individu, rendahnya <em>self-control </em>dapat berdampak pada ketidakmampuan individu untuk menentukan suatu perilaku dari berbagai pilihan alternatif yang ada seperti konformitas teman sebaya pada mahasiswa wanita yang mengkonsumsi rokok elektrik (<em>vape</em>) di Kota Bandung.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional dan menggunakan <em>covenience sampling</em>. Subjek penelitian ini adalah 103 mahasiswa wanita yang mengkonsumsi rokok elektrik (<em>vape</em>) di Kota Bandung. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan alat ukur <em>Self Control Scale</em> (SCS) yang tellah yang dibuat olelh Averill (1973) yang telah diadaptasi olelh Nabila (2020) dan<em> The Conformity Scale </em>(TCS) yang dibuat olelh Sears et al.(2009) yang tellah diadaptasi olelh Jessica (2017). &nbsp;Hasil analisi data menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antatara <em>self-control</em> dan konformitas teman sebaya dengan nilai <em>r = -0,</em>544 dan <em>p </em>= 0,000. Artinya semakin tinggi <em>self-control </em>maka sakan semakin rendah konformitas teman sebaya, dan sebaliknya apabila <em>self-control </em>semakin rendah maka akan semakin tinggi konformitas teman sebaya. Adapaun kontribusi <em>self-control </em>dengan konformitas teman sebaya pada mahasiswa wanita yang mengkonsumsi rokok elektrik (<em>vape</em>) di Kota Bandung sebesar 34,8</p> Illya Salma Siti Qodariah Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 501 506 10.29313/bcsps.v4i1.10102 Figur Ayah dan Orientasi Masa Depan Remaja Sma Negeri Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10103 <p><strong>Abstract.</strong> Future orientation is crucial, especially during high school when adolescents begin to think about and prepare for the future. The existence of a father figure as a role model and mentor will help adolescents about their future orientation. This study aims to determine the level of future orientation of adolescents seen from father figures who play a role in parenting. This research design uses descriptive quantitative method using cluster random sampling technique. The characteristics of the participants of this study are public senior high school students in the city of Bandung with an age range of 15 to 18 years. The participants obtained amounted to 528 respondents. The measuring instrument used is the theoretical model of Future Orientation built by Seginer, Nurmi, and Poole (1991) developed by Winurini (2021) for Indonesian adolescents. The data analysis method in this study uses descriptive statistical methods using percentages and tables. The results showed that the level of adolescents' future orientation was in the moderate category. And adolescents see biological fathers as father figures who are involved in parenting.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Orientasi Masa Depan merupakan hal yang krusial, terutama pada masa SMA ketika remaja mulai memikirkan dan mempersiapkan masa depan. Keberadaan figur ayah sebagai role model dan mentor akan membantu remaja mengenai gambaran masa depannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat orientasi masa depan remaja dilihat dari figur ayah yang berperan dalam pengasuhan. Desain penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan menggunakan teknik <em>cluster random sampling</em>. Karakteristik partisipan penelitian ini merupakan siswa SMA Negeri di kota Bandung dengan rentang usia 15 hingga 18 tahun. Partisipan yang didapatkan berjumlah 528 responden. Alat ukur yang digunakan adalah model teoretikal Orientasi Masa Depan yang dibangun oleh Seginer, Nurmi, dan Poole (1991) yang dikembangkan oleh Winurini (2021) untuk remaja Indonesia. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode statistik deskriptif dengan menggunakan persentase dan tabel. Hasil penelitian menunjukkan tigkat orientasi masa depan remaja berada pada kategori cukup. Serta remaja melihat ayah kandung sebagai figur ayah yang terlibat dalam pengasuhan.</p> Anggita Marshanda Farahdina Andhita Nurul Khasanah Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 507 513 10.29313/bcsps.v4i1.10103 Pengaruh Self-Esteem terhadap College Adjustment terhadap Mahasiswa Baru Pasca Pandemi Covid-19 https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10109 <p><strong>Abstract.</strong> On March 11, 2020, the World Health Organization declared the coronavirus disease (COVID-19) outbreak a pandemic. Since then, learning has been carried out online and offline learning will begin in 2021 at the Ministry of Education and Culture, therefore new students need to adapt not only from the transition from high school students to students, but also need to adapt from the online learning system to offline. According to previous research results, college adjustment has several factors that can influence new students' college adjustment to college, one of these factors is self-esteem. College adjustment was measured using the Student Adaptation College Questionnaire (SACQ) by Baker and Syrik (1) and adapted by Zharfa Fitria (2). Meanwhile, Self Esteem is measured using the Rosenberg Self Esteem Scale which has been adapted by Maroqi (3). The method used is quantitative research with a causality research design. The analysis technique used is simple linear regression with a sampling of 314 new students. The sampling technique in this research used convenience sampling. The research results show that self-esteem has a significant influence on college adjustment and the self-esteem variable contributes to the influence on the college adjustment variable by 60.3% based on the R square value obtained.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Pada 11 Maret 2020, <em>World Organization Health</em> menyatakan wabah penyakit coronavirus (<em>COVID-19</em>) sebagai pandemi. Semenjak itu, pembelajaran dilakukan <em>online </em>dan pembelajaran <em>offline </em>mulai dilakukan tahun 2021 Kemendikbud, oleh karena itu mahasiswa baru perlu beradaptasi bukan hanya dari transisi dari siswa SMA menjadi mahasiswa, namun perlu beradapatasi dari sistem pembelajaran <em>online </em>menjadi <em>offline</em>. Menurut hasil-hasil penelitian sebelumnya, <em>college adjustment</em> memiliki beberapa faktor yang dapat mempengaruhi <em>college adjustment</em> mahasiswa baru diperguruan tinggi, salah satu faktor tersebut adalah <em>s</em><em>elf-esteem</em>. <em>College adjustment </em>diukur menggunakan Alat Ukur <em>Student Adaptation College Quessioner </em>(SACQ) oleh Baker dan Syrik (1) dan diadaptasi oleh Zharfa Fitria (2019). Sedangkan <em>Self esteem </em>diukur menggunakan <em>Rosenberg Self Esteem Scale </em>yang telah diadaptasi oleh Maroqi (3). Metode yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian kausalitas. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear sederhanan dengan sampling 314 Mahasiswa baru. Teknik <em>sampling</em> dalam penelitian ini menggunakan <em>convience sampling. </em>Hasil penelitian menunjukan <em>s</em><em>elf-esteem</em> secara signifikan memiliki pengaruh terhadap <em>college adjustment </em>dan <em>variable</em> <em>s</em><em>elf-esteem</em> memberikan sumbangan pengaruh terhadap <em>variable</em> <em>college adjustment </em>sebesar 60.3% berdasarkan nilai <em>R square</em> yang diperoleh.</p> Stefani Salma Salsabila Putri Sulisworo Kusdiyati Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 508 514 10.29313/bcsps.v4i1.10109 Pengaruh Self-Control terhadap Perilaku Cyberloafing pada Karyawan Generasi Z di Perusahaan Startup Digital https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10111 <p><strong>Abstract. </strong>Misuse of technological facilities and access to the internet provided by companies with the aim of making employees' work easier also tends to be misused by employees only for their personal needs, this behavior is usually called cyberloafing behavior (Henle &amp; Blanchard, 2008). Employees who behave in cyberloafing are usually employees who have low self-control (Restubog, et al., 2011). Employees who have low self-control tend to carry out behavior that is not in accordance with workplace norms, for example cyberloafing behavior (Gottfredson and Hirschi, 1990). This research aims to find out how much influence self-control has on cyberloafing behavior in generation Z employees at Digital Startup Companies in Bandung City. The measuring instruments used are the self-control scale which has been adapted by Zulkarnain (2002), which refers to Gottfredson's theory, and the cyberloafing behavior scale which has been adapted by Ardilasari (2016), which refers to Blanchard and Henle (2008). The sampling technique used is non-probability sampling with purposive sampling type. The method used is quantitative causality with multiple linear regression analysis techniques. The results of this study show that there is a negative influence between self-control on cyberloafing behavior, namely 8.9% with the self-control aspect that influences it the most is self-centeredness, and the most dominant aspect of cyberloafing behavior is minor cyberloafing.</p> <p><strong>Abstrak</strong><strong>.</strong> Penyalahgunaan fasilitas teknologi dan akses ke internet yang disediakan oleh perusahaan dengan tujuan untuk memudahkan pekerjaan karyawan pun cenderung disalahgunakan oleh karyawan hanya untuk keperluan pribadinya, perilaku ini biasa disebut dengan perilaku <em>cyberloafing</em> (Henle &amp; Blanchard, 2008). Karyawan yang berperilaku <em>cyberloafing</em> ini biasanya adalah karyawan yang memiliki kontrol diri yang rendah (Restubog, et al., 2011). Karyawan yang memiliki <em>self-control</em> rendah cenderung akan melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan norma di tempat kerjanya, contohnya adalah melakukan perilaku <em>cyberloafing</em> (Gottfredson dan Hirschi, 1990). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara <em>self-control</em> terhadap perilaku <em>cyberloafing</em> pada karyawan generasi Z di Perusahaan <em>Startup</em> Digital Kota Bandung. Alat ukur yang digunakan yaitu skala <em>self-control </em>yang sudah diadaptasi oleh Zulkarnain (2002), yang mengacu pada teori dari Gottfredson, dan skala perilaku <em>cyberloafing</em> yang telah diadaptasi oleh Ardilasari (2016), yang mengacu dari Blanchard dan Henle (2008). Teknik sampling yang digunakan adalah <em>non-probability sampling</em> dengan jenis <em>purposive sampling</em>. Metode yang digunakan adalah kuantitatif kausalitas dengan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang negatif antara <em>self-control</em> terhadap perilaku <em>cyberloafing</em>, yaitu sebesar 8.9% dengan aspek <em>self-control</em> yang paling mempengaruhi nya adalah <em>self-centeredness</em>, dan aspek perilaku <em>cyberloafing</em> yang paling dominannya adalah <em>minor cyberloafing</em>.</p> Azzalea Cilla Fakhriya Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 515 523 10.29313/bcsps.v4i1.10111 Pengaruh Self-Control terhadap Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Universitas Islam Bandung dalam Menyelesaikan Skripsi https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10112 <p><strong>Abstract.</strong> One phenomenon that occurs quite often among students is not graduating on time, one of the factors is procrastination. Procrastination is defined as the activity of delaying or avoiding working on a thesis. One of the factors causing procrastination is low self-control. This research aims to see how much influence self-control has on academic procrastination in Bandung Islamic University students in completing their thesis. The total sample for this research was 93 students at Bandung Islamic University. This research design uses non-experimental causality with a quantitative approach, the analysis in this research uses simple linear regression. The measuring tool used is Averil's self-control scale (1973) which was adapted by Ester Emelia (2023), while procrastination uses Ferrari's (1995) PAS-S (Procrastination Assessment Scale for Students) which was adapted by Vania Maovangi (2023). The results showed that 91.4% of students had high self-control and 33.3% of students had high procrastination. The research results show that the R Square is 0.553 with a sig value. 0.00 &lt; 0.05, which means self-control influences procrastination and contributes 55.3%.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Salah satu fenomena yang cukup umum dikalangan mahasiswa adalah lulus tidak tepat waktu, salah satu faktor tersebut merupakan prokrastinasi. Prokrastinasi didefinisikan sebagai kegiatan menunda atau menghindari mengerjakan skripsi. Salah satu faktor penyebab prokrastinasi yaitu terdapat self-control yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh self-control terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa Universitas Islam Bandung dalam menyelesaikan skripsi. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 93 mahasiswa Universitas Islam Bandung. Desain penelitian ini menggunakan kausalitas non-eksperimen dengan pendekatan kuantitatif, analilis pada penelitian ini menggunakan regresi linier sederhana. Alat Ukur yang digunakan adalah self-control scale milik Averil (1973) yang telah diadaptasi oleh Ester Emelia (2023), sedangkan prokrastinasi menggunakan PAS-S (Procrastination Assesment Scale for Student) milik Ferrari (1995) yang telah diadaptasi oleh Vania Maovangi (2023). Hasil penelitian menunjukan bahwa 91,4% mahasiswa memiliki self-control tinggi dan 33,3% mahasiswa memiliki prokrastinasi tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa perolehan R Square 0.553 dengan nilai sig. 0.00 &lt; 0.05 yang artinya self-control berpengaruh terhadap prokrastinasi, dan berkontribusi sebesar 55,3%.</p> Muhammad Ilham Cholid Siti Qodariah Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 524 530 10.29313/bcsps.v4i1.10112 Pengaruh Kesabaran terhadap Stres Akademik pada Mahasiswa Tingkat Akhir di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10119 <p><strong>Abstract.</strong> Academic demands on final-semester students can lead to a psychological condition known as academic stress, especially when writing a thesis. To address this, mental strength, specifically patience, is required. This research aimed to determine the extent of the influence of patience on academic stress among students in Bandung City. This study used a quantitative approach using accidental sampling as the research method, with 168 respondents tested using multiple regression analysis. The measurement tool used for the patience variable was based on Umar Yusuf's (2020) instrument, referencing Umar Yusuf's (2020) patience theory, with a validity score above 0.3 and a reliability score of 0.93. The assessment tool used for the academic stress variable was based on Wulandari's (2014) instrument, referencing Sarafino's (2011) stress theory, with item validity scores above 0.3 and a reliability score of 0.92. The results of the multiple regression analysis indicate a significant influence of patience on academic stress, with a substantial contribution of patience at 0.67 to academic stress. The aspect of resilience is identified as the dominant factor influencing academic stress.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Tuntutan akademik pada mahasiswa semester akhir dapat menyebabkan suatu kondisi psikologis yang dinamakan stres akademik, tertutama selama proses penyusunan skripsi. Untuk mengatasi kondisi tersebut, dibutuhkan kekuatan mental yaitu kesabaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kesabaran terhadap stres akademik pada Mahasiswa di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian menggunakan <em>accidental sampling</em> dan mendapatkan 168 responden yang di uji menggunakan uji analisis regresi berganda. Alat ukur yang digunakan pada variabel kesabaran ialah alat ukur milik Umar Yusuf (2020) yang mengacu pada teori kesabaran Umar Yusuf (2020) dengan nilai validitas diatas 0.3 dan nilai reliabilitas 0.93 dan pada variabel stres akademik menggunakan alat ukur Wulandari (2014) yang mengacu pada teori Sarafino (2011) dengan nilai validitas item diatas 0.3 dan nilai reliabilitas 0.92. Hasil uji regresi berganda menyatakan terdapat pengaruh signifikan kesabaran terhadap stres akademik dengan besar pengaruh sumbangan kesabaran sebesar 0.67 terhadap stres akademik. Dan aspek teguh yang menjadi aspek dominan yang mempengaruhi stres akademik.</p> Zahra Qolbina Umar Yusuf Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 531 537 10.29313/bcsps.v4i1.10119 Studi Ableism pada Mahasiswa Muslim https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10129 <p><strong>Abstract.</strong> Indonesia has implemented inclusive education that respects diversity and is non-discriminatory. On the other hand, people with disabilities in Indonesia still face obstacles in their social life such as discrimination against people with disabilities (ableism), especially in higher education. In Islam, Allah has created humans in the most perfect form. Islam emphasizes the value of deeds and good deeds rather than physical perfection, so Islam views people with disabilities and other humans equally, and also condemns all forms of discriminatory actions against people with disabilities.&nbsp; Everyone has the potential to be ableist to varying degrees, which can be high and low. In addition, ableism can be overt or covert (unconscious). Ableism in education will only create invisible barriers between people with disabilities and non-disabled people so that a climate of inclusivity is not created. This study aims to determine the level of ableism in Muslim students. This study used an online survey method involving 298 students of Bandung Islamic University. The measuring instrument used was the Symbolic Ableism Scale (Friedman &amp; Awsumb, 2019) which was adapted into Indonesian by the researcher. The results of this study indicate that the level of ableism in non-disabled UNISBA students is low. The low level of ableism is owned by students who are female and have had direct interaction with people with disabilities, especially with physical disabilities.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Indonesia telah menerapkan pendidikan inklusif yang menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif. Disisi lain, penyandang disabilitas di Indonesia masih menghadapi hambatan dalam kehidupan sosialnya seperti diskriminasi terhadap penyandang disabilitas <em>(ableism)</em>, khususnya dalam mengenyam pendidikan tinggi. Dalam Islam, Allah telah menciptakan manusia dengan bentuk yang paling sempurna. Islam menekankan nilai amal perbuatan dan perbuatan baik daripada kesempurnaan fisik, sehingga Islam memandang sama antara penyandang disabilitas dan manusia lainnya, juga mengecam segala bentuk tindakan diskriminatif terhadap penyandag disabilitas. &nbsp;Setiap orang memiliki potensi sebagai <em>ableist</em> dengan tingkatan yang bervariatif, dapat tinggi dan dapat pula rendah. Selain itu, <em>ableist</em> dapat bersifat secara terbuka atau secara tersembunyi (tidak disadari). <em>Ableism</em> di dalam pendidikan hanya akan membuat <em>invisible barriers</em> antara penyandang disabilitas dengan non-disabilitas sehingga iklim inklusivitas tidak tercipta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat <em>ableism</em> pada mahasiswa muslim. Penelitian ini menggunakan metode survei daring yang melibatkan 298 mahasiswa Universitas Islam Bandung. Alat ukur yang digunakan adalah <em>Symbolic Ableism Scale</em> (Friedman &amp; Awsumb, 2019) yang diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh peneliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat <em>ableism</em> pada mahasiswa non-disabilitas UNISBA tergolong rendah. Tingkat <em>ableism</em> yang rendah dimiliki oleh mahasiswa berjenis kelamin perempuan dan pernah berinteraksi langsung dengan penyandang disabilitas, terutama dengan jenis disabilitas fisik.</p> Pramesti Noer Aliffah Stephani Raihana Hamdan Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 538 544 10.29313/bcsps.v4i1.10129 Studi Kontribusi Resilience at Work terhadap Burnout pada Guru SLB di Kota X https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10131 <p><strong>Abstract. </strong>Resilience at work is defined as an individual's capacity to manage challenging work situations such as daily work stress, bounce back, learn from unexpected setbacks, and proactively adapt to pursue opportunities for competency growth in preparing for future challenges (Malik &amp; Garg, 2018<sup>10</sup>). Burnout, according to Maslach (in Samsudin, 2013)<sup>1</sup>, is a prolonged experience of work-related stress characterized by exhaustion without a source for replenishing energy. This study aims to investigate whether there is a contribution between resilience at work and burnout among Special Education teachers in City X. The measurement tools used are Resilience at Work by Malik and Garg (2018)<sup>10</sup> and Maslach-Trisni Burnout Inventory by Widhianingtanti and Luijtelaar (2023)<sup>9</sup>. The research method employed is quantitative research with multiple linear regression analysis. Based on the results of hypothesis testing, it was found that there is a significant contribution between resilience at work and burnout with an R Square of 23.5%. Moreover, the dominant aspect of resilience at work contributing to burnout is living authentically with a value of 53.96%</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Abstrak. </strong><em>Resilience at work</em> didefinisikan sebagai kapasitas individu dalam mengelola situasi kerja yang menantang seperti stres kerja sehari-hari, bangkit kembali, dan belajar dari kemunduran yang tidak terduga serta adaptasi secara proaktif dalam mengejar peluang pertumbuhan kompetensi dalam mempersiapkan tantangan yang ada di masa depan (Malik &amp; Garg, 2018)<sup>10</sup>. <em>Burnout</em> menurut Maslach (dalam Samsudin, 2013)<sup>1</sup> merupakan stres kerja yang dialami oleh individu dalam jangka waktu yang lama yang ditandai dengan adanya kelelahan yang tinggi tanpa adanya sumber untuk mengisi ulang daya tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi antara resilience at work terhadap burnout pada guru SLB di Kota X. Alat ukur yang digunakan Resilience at Work dari Malik dan Garg (2018)<sup>10</sup> dan Maslach-Trisni Burnout Inventory dari Widhianingtanti dan Luijtelaar (2023)<sup>9</sup>. Metode penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik analisis regresi linear berganda. Berdasarkan hasil uji hipotesis, didapatkan bahwa terdapat kontribusi signifikan antara resilience at work terhadap burnout dengan R Square sebesar 23.5%. Lalu, aspek resilience at work yang paling bersar berkontribusi terhadap burnout adalah living authentically dengan nilai 53.96%</p> Farhan Muhammad Raihan Ali Mubarak Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 545 551 10.29313/bcsps.v4i1.10131 Stres Bertanding pada Atlet Renang di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10132 <p><strong>Abstract. </strong>Bandung is one of the areas that contributes many outstanding swimming athletes. However, it is not uncommon for athletes to experience psychological conditions in the process or when facing competitions, namely competition stress. Competitive stress is an imbalance between the pressure received and the ability to deal with the pressure received. To minimize perceived stress, psychological strength such as patience is needed. Patience is the ability to handle, control and direct thoughts, feelings and actions to overcome difficulties. Patience is important for achieving professional success, because it will provide the calm needed to look for opportunities and carefully consider the activities that are carried out in the right way. This research aims to examine the effect of patience on the stress of competing swimming athletes in the city of Bandung. This research design uses non-experimental causality with a quantitative approach and the number of respondents is 55 athletes. Measurement uses a patience measuring tool compiled by Yusuf, U (2021) and competition stress uses a measuring tool compiled by Nurmalita (2015) which refers to the theory of Singgih (2008: 67-68) and Husdarta (2010: 70). The data analysis technique used is multiple regression technique. The results of the research show that there is an influence of patience with an R-square gain of 20.6% on competing stress in Bandung City swimming athletes and the most influential aspect is persistence.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Kota Bandung menjadi salah satu daerah yang banyak menyumbangkan atlet renang berprestasi. Namun, tak jarang dalam proses maupun ketika menghadapi pertandingan atlet mengalami kondisi psikologis yaitu stres bertanding. Stres bertanding adalah ketidakseimbangan antara tekanan yang didapatkan dengan kesanggupan untuk menghadapi tekanan yang diterima. Untuk meminimalisir stres yang dirasakan, diperlukan kekuatan psikologis seperti kesabaran. Kesabaran adalah kemampuan untuk menangani, mengendalikan, dan mengarahkan pikiran, perasaan, dan tindakan untuk mengatasi kesulitan. Kesabaran memiliki arti penting untuk mencapai kesuksesan profesional, karena akan memberi ketenangan yang dibutuhkan untuk mencari peluang serta mempertimbangkan secara matang tentang aktivitas yang dilakukannya dengan cara yang benar. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kesabaran terhadap stres bertanding atlet renang di Kota Bandung. Rancangan penelitian ini menggunakan kausalitas non-eksperimen dengan pendekatan kuantitatif dan jumlah responden sebanyak 55 atlet. Pengukutan menggunakan alat ukur kesabaran yang disusun oleh Yusuf, U (2021) dan stres bertanding menggunakan alat ukur yang disusun oleh Nurmalita (2015) yang mengacu pada teori Singgih (2008: 67-68) dan Husdarta (2010:70). Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kesabaran dengan perolehan R-square sebesar 20.6% terhadap stres bertanding pada atlet renang Kota Bandung dan aspek yang paling berpengaruh adalah tekun.</p> Hasna Zahra Rodhiyah Umar Yusuf Supriatna Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 552 558 10.29313/bcsps.v4i1.10132 Permasalahan yang di Hadapi Mahasiswa Salah Jurusan dari Sudut Pandang Psikologi https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10133 <p><strong>Abstract.</strong> College students who choose a major without considering their interests and talents, and continue their studies despite the lack of suitability, can be categorized as college students experiencing a misalignment in their chosen field or referred to as misplaced students. According to the Indonesia Career Center Network (ICCN) in 2017, regarding students in the wrong major, it was stated that 87% of students reported facing issues in choosing their majors. The purpose of this article is to elucidate the condition of college students in the wrong major based on psychological research findings. This article is structured based on references from several articles of psychological research discussing students experiencing misalignment in their chosen majors. The search for articles was conducted through Google Scholar with the criteria that articles are the results of quantitative research and published in scientific journals within the last 20 years. Through several stages of selection, including abstract and full paper selection, 11 articles were obtained. The findings of the research in these articles are summarized and presented in this article. This study concludes that the issue of being in the wrong major hinders students in overcoming academic challenges. Psychological factors, such as poor social relationships, lack of parental support, and low self-efficacy, impede students in developing effective coping strategies. Recommendations include the need for students to enhance self-efficacy and make well-prepared decisions in addressing such challenges.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Mahasiswa yang memilih jurusan dengan tidak mempertimbangkan suatu minat dan juga bakat dalam memilih jurusan, dan tetap melanjutkan perkuliahan walaupun tidak adanya kecocokan dapat dikategorikan sebagai mahasiswa yang mengalami salah jurusan atau dikatakan sebagai mahasiswa salah jurusan. Menurut Indonesia Career Center Network (ICCN) di tahun 2017 mengenai mahasiswa salah jurusan, menyatakan bahwa (87%) mahasiswa menyatakan mereka mengalami permasalahan dalam memilih jurusan. Tujuan penulisan artikel ini untuk memaparkan kondisi mahasiswa salah jurusan berdasarkan hasil-hasil penelitian psikologi. Metode yang diterapkan adalah fenomenologi. Subjek penelitian terdiri dari mahasiswa yang mengalami dilema dalam pemilihan jurusan mereka. Artikel ini disusun berdasarkan referensi beberapa artikel hasil penelitian di bidang psikologi yang membahas mengenai mahasiswa yang mengalami salah jurusan. Pencarian artikel dilakukan melalui google scholar dengan kriterita yaitu artikel merupakan hasil penelitian kuantitatif, artikel diterbitkan di jurnal ilmiah dalam kurun waktu maksimal 20 tahun terakhir. Melalui beberapa tahap seleksi yaitu seleksi abstrak serta full paper, didapatkanlah 11 artikel. Hasil penelitian pada artikel-artikel ini dirangkum dan disajikan ke dalam artikel ini. Penelitian ini menyimpulkan bahwa masalah salah jurusan menghambat mahasiswa dalam mengatasi kendala perkuliahan. Faktor psikologis seperti hubungan dalam faktor sosial yang kurang baik, seperti dukungan orangtua, dan rendahnya self-efficacy, terkendala dalam coping strategi pada mahasiswa. Saran yang diberikan adalah mahasiswa perlu meningkatkan self-efficacy dan mempersiapkan keputusan dengan matang dalam menyelesaikan masalah.</p> Annisa Hasna Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 559 563 10.29313/bcsps.v4i1.10133 Pengaruh Stres Akademik terhadap Resiliensi pada Mahasiswa Merantau yang Sedang Mengerjakan Skripsi https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10136 <p><strong>Abstract.</strong> Students who are working on their thesis often find it difficult and experience pressure. Preparing a thesis is often a source of stress, plus the situation of being away from family means that students who are working on their thesis require more adjustment. Low resilience can lead to suboptimal thesis work because students are more pessimistic about their abilities. The aim of this research was to determine the effect of academic stress on resilience in overseas students who were working on their thesis at Bandung Islamic University. The method in this research is non-experimental causality. This research was taken using an online survey data method and collected 191 overseas students who contracted a thesis at Bandung Islamic University. The data collection technique used convenience sampling and was distributed to students who were contracting their thesis at Bandung Islamic University. The measuring instruments used are SLSI (Student-Life Stress Inventory) belonging to Bernadette M. Gadzella (1991) which was adapted by Pragholapati et al., (2021) and CD-RISC (Connor-Davidson Resilience Scale) which has been adapted by Wahyudi et al. ., (2020). This research uses multiple linear regression analysis techniques. The results obtained in this research are that there is an influence between academic stress on resilience in the group of students who have migrated and who have not migrated who are working on their thesis at Bandung Islamic University. Apart from that, there is a significant negative influence between academic stress and resilience which has a contribution value of 55.5% for overseas students with a significant value of 0.00 &lt; 0.05. This means that this research means that the higher the academic stress, the lower the resilience</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi sering merasa kesulitan dan mengalami tekanan. Penyusunan skripsi sering menjadi sumber <em>stressor</em>, ditambah keadaan merantau yang jauh dari keluarga, membuat mahasiswa merantau yang sedang mengerjakan skripsi membutuhkan penyesuaian yang lebih. Rendahnya resiliensi dapat menimbulkan tidak optimalnya pengerjaan skripsi karena mahasiswa lebih pesimis terhadap kemampuannya. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh stres akademik terhadap resiliensi pada mahasiswa merantau yang sedang mengerjakan skripsi di Universitas Islam Bandung. Metode pada penelitian ini yaitu kausalitas non eksperimen. Penelitian ini diambil melalui metode data survei daring dan terkumpul sebanyak 191 mahasiswa merantau yang mengontrak skripsi di Universitas Islam Bandung. Teknik pengambilan data menggunakan <em>convenience sampling</em> dan dibagikan kepada mahasiswa yang sedang mengontrak skripsi di Universitas Islam Bandung. Alat ukur yang digunakan adalah SLSI (<em>Student-Life Stress Inventory</em>) milik Bernadette M. Gadzella (1991) yang diadaptasi oleh Pragholapati et al., (2021) dan CD-RISC (<em>Connor-Davidson Resilience Scale</em>) yang sudah diadaptasi oleh Wahyudi et al., (2020). Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara stres akademik terhadap resiliensi pada kelompok mahasiswa merantau dan tidak merantau yang sedang mengerjakan skripsi di Universitas Islam Bandung. Selain itu terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara stres akademik dengan resiliensi yang memiliki nilai kontribusi sebesar 55.5% pada mahasiswa merantau dengan nilai signifikan 0.00 &lt; 0.05. Artinya penelitian ini memiliki arti bahwa semakin tinggi stres akademik maka semakin rendah resiliensi.</p> Raidah Luthfiyyah Indana Zulfa Sulisworo Kusdiyati Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 564 570 10.29313/bcsps.v4i1.10136 Pengaruh Father Presence terhadap Psychological Well Being pada Wanita Dewasa Muda Lajang di kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10137 <p><strong>Abstract. </strong>In recent years, there have been several changes in the way women of reproductive age think about marriage, namely thinking about being single. Adult women who are not married and are in a culture that expects to get married tend to experience pressure from those around them to get married. One of the reasons they are single is having a bad experience with their father. Where active father involvement should be able to increase caring attitude, increase self-confidence, and build good social relations. This study aims to determine how the influence of the father's presence on the psychological well-being of single young adult women in the city of Bandung. This study used an online survey data collection method involving 204 single young adult female respondents with an age range of 30-35 years. The measurement tools used are Krampe and Newton's Father Presence Questionnaire (2006) which has been adapted to the Indonesian context by Dewi and Ginanjar (2019) and Ryff's Scale of Psychological Well Being (RPWB) owned by Ryff (1995) which has been adapted to the Indonesian context. by Rachmayani and Ramadhani (2014). The sampling technique used in this study is convenience sampling and the data analysis used is simple linear regression. Based on the results of the study, it was found that the father's presence had a significant effect on psychological well-being by 53%.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi beberapa perubahan cara berpikir wanita di usia produktif mengenai pernikahan, yaitu berpikir untuk melajang. Perempuan dewasa yang belum menikah dan berada di budaya yang mengharapkan untuk melangsungkan pernikahan, cenderung mendapatkan tekanan dari orang sekitar untuk menikah. Salah satu penyebab mereka melajang adalah memiliki pengalaman yang buruk dengan ayah. Dimana seharusnya keterlibatan ayah aktif dapat meningkatkan sikap perhatian, meningkatkan rasa percaya diri, serta membangun hubungan sosial yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kehadiran ayah terhadap kesejahteraan psikologis pada wanita dewasa muda lajang di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan data survei daring yang melibatkan 204 responden wanita dewasa muda lajang dengan rentang usia 30-35 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah <em>Father Presence Questionnaire</em> milik Krampe dan Newton (2006) yang telah disesuaikan ke dalam konteks Indonesia oleh Dewi dan Ginanjar (2019) dan Ryff's <em>Scale of Psychological Well Being</em> (RPWB) milik Ryff (1995) yang disesuaikan ke dalam konteks Indonesia oleh Rachmayani dan Ramadhani (2014). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah <em>convenience sampling</em> dan analisis data yang digunakan adalah regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa kehadiran ayah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan psikologis sebesar 53%.</p> Namira Putri Adjani Yuli Aslamawati Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 571 577 10.29313/bcsps.v4i1.10137 Pengaruh Fear of Missing Out terhadap Perilaku Phubbing Gen Z Pengguna TikTok di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10142 <p><strong>Abstract</strong>. Phubbing is a term that refers to the act of ignoring people around you to focus on your smartphone. It stems from a continuous need to be connected and updated through social media on your smartphone, driven by the fear of missing out (FOMO). This constant need for social interaction can lead to phubbing behavior, as individuals become engrossed in seeking information and connecting with their friends in the digital world. Generation Z, the most prolific group of internet users in Indonesia, especially on TikTok, is the target of this research. The study aims to understand the impact of FOMO on phubbing behavior among Generation Z TikTok users in Bandung City. The sample size for this study comprises 384 participants, selected using non-probability sampling with convenience sampling techniques. The research uses a simple linear regression analysis with the help of SPSS for Windows to analyze the data. The data was collected using two adapted scales: the Fear of Missing Out scale from Przybyski et al. (2013) and the Phubbing scale from Chotpiyasunondh (2018). The research findings indicate a significant positive effect of the Fear of Missing Out on Phubbing behavior among Gen Z TikTok users in Bandung City. The effect is 0.619 or 69.1%, with the remaining 30.9% being influenced by other factors not included in the study. This means that as the Fear of Missing Out increases, so does the phubbing behavior of Gen Z TikTok users in Bandung City, and conversely, as the Fear of Missing Out decreases, so does the phubbing behavior. A cross-tabulation analysis revealed that female users were more likely to engage in phubbing, accounting for 31% of the total phubbing instances.<br><br><strong>Abstrak</strong>. Fenomena phubbing merupakan tingkah laku mengabaikan orang lain karena lebih memilih untuk fokus pada handphone. Suatu kebutuhan yang terus dicari dan harus dipenuhi melalui media sosial yang ada di smartphone yang memicu indikasi fear of missing out. Pemenuhan kebutuhan sosial ini yang menimbulkan perilaku phubbing, akibat individu mulai sibuk untuk mencari informasi dan ingin terhubung dengan teman-teman mereka di dunia maya. Generasi Z merupakan pengguna internet terbanyak di Indonesia, terutama pengguna TikTok. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh fear of missing out terhadap perilaku phubbing pada Generasi Z pengguna TikTok di Kota Bandung. Sampel penelitian berjumlah 384 orang, pengambilan sampel dengan teknik non-probability sampling dengan convenience sampling. Uji hipotesis menggunakan analisis regresi linier sederhana dengan bantuan SPSS for windows. Pengumpulan data menggunakan adaptasi skala fear of missing out dari Przybyski et al., (2013) dan phubbing scale dari Chotpiyasunondh (2018). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan fear of missing out terhadap perilaku phubbing Gen Z pengguna TikTok di Kota Bandung sebesar 0,619 atau 69.1% dan sisanya 30.9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Hal ini berarti semakin tinggi fear of missing out maka semakin tinggi perilaku phubbing Gen Z pengguna TikTok di Kota Bandung, begitupun sebaliknya semakin rendah fear of missing out (FoMO) maka semakin rendah pula perilaku phubbing Gen Z pengguna TikTok di Kota Bandung. Hasil crosstab menunjukkan jenis kelamin perempuan lebih banyak melakukan phubbing sebanyak 31%.<br><br></p> Lydia Affrillia Frans Eni Nuraeni Nugrahawati Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 578 583 10.29313/bcsps.v4i1.10142 Pengaruh Self-Esteem terhadap Psychological Well-Being Siswa SMA dengan Orang Tua Bercerai https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10150 <p><strong>Abstract.</strong> The high divorce rate in Indonesia, especially in Bandung, has a negative impact on various parties. The negative impacts of divorce are not only experienced by married couples, but also experienced by children, especially teenagers. Several studies show that teenagers with divorced parents have low levels of psychological well-being. Meanwhile, psychological well-being is crucial, especially during high school, which will determine future success. One of the factors that influences psychological well-being is self-esteem. This research aims to find out how much influence self-esteem has on the psychological well-being of high school students with divorced parents in the city of Bandung. This research design uses a non-experimental quantitative causality method with a convenience sampling technique. The participants of this research are 171 high school students in the city of Bandung aged 15 to 18 years with divorced parents. The measuring instrument used is the Self-Liking/Self-Competence Scale-Revised (SLCS-R) from Tafarodi and Swann (2001) which was adapted by Siddik et al (2020) and Ryff's Scale of Psychological Well-Being (RPWB) from Ryff (1995) which was adapted by Rachmayani and Ramdhani (2014). Data processing was carried out using multiple regression analysis techniques. The regression equation value obtained was 0.0408, meaning that the contribution of the two dimensions of self-esteem to psychological well-being was 40.8%. The research results show that the research hypothesis is accepted, there is a significant influence between self-esteem and psychological well-being. This means that the higher the level of self-esteem, the higher the level of psychological well-being.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Tingginya angka perceraian di Indonesia terutama di kota Bandung, menimbulkan dampak yang negatif bagi berbagai pihak. Adapun dampak negatif perceraian tidak hanya dialami oleh pasangan suami istri, namun juga berdampak pada anak, khususnya pada remaja. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja dengan orang tua bercerai memiliki tingkat <em>psychological well-being</em> yang rendah. Sedangkan, <em>psychological well-being</em> merupakan hal yang krusial, terutama pada masa SMA yang akan menentukan keberhasilan di masa depan. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap <em>psychological well-being</em> adalah <em>self-esteem</em>. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh <em>self-esteem</em> terhadap <em>psychological well-being</em> siswa SMA dengan orang tua bercerai di kota Bandung. Desain penelitian ini menggunakan metode kuantitatif kausalitas non-eksperimental dengan teknik sampling <em>convenience sampling</em>. Partisipan penelitian ini merupakan 171 siswa SMA di kota Bandung dengan rentang usia 15 hingga 18 tahun dengan orang tua bercerai. Alat ukur yang digunakan adalah <em>Self-Liking/Self-Competence Scale-Revised</em> (SLCS-R) dari Tafarodi dan Swann (2001) yang diadaptasi oleh Siddik et al (2020) dan <em>Ryff`s Scale of Psychological Well-Being</em> (RPWB) dari Ryff (1995) yang diadaptasi oleh Rachmayani dan Ramdhani (2014). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Nilai persamaan regresi yang didapatkan sebesar 0.0408, artinya besar kontribusi kedua dimensi <em>self-esteem</em> terhadap <em>psychological well-being</em> sebesar 40.8%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima, terdapat pengaruh yang signifikan antara <em>self-esteem</em> dan <em>psychological well-being.</em> Artinya semakin tinggi tingkat <em>self-esteem</em> maka semakin tinggi pula tingkat <em>psychological well-being</em>.</p> Mutiara Tectonia Safitri Sulisworo Kusdiyati Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 584 589 10.29313/bcsps.v4i1.10150 Academic Hardiness: Studi Literatur https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10158 <p><strong>Abstract.</strong> This article is a literature review aimed at delving into the concept of academic hardiness in the academic context and as a form of stress management. A profound understanding of this concept is essential to depict the role of academic hardiness in facing challenges within the academic environment. Through literature analysis, this article seeks to provide a comprehensive overview of the significance of academic hardiness in understanding and managing stress in the academic domain.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Artikel ini merupakan tinjauan literatur yang bertujuan untuk mendalami konsep academic hardiness dalam konteks akademis dan sebagai suatu bentuk manajemen stres. Pemahaman yang mendalam terhadap konsep ini menjadi kunci untuk menggambarkan peran academic hardiness dalam menghadapi tantangan di lingkungan akademis. Melalui analisis literatur, artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang arti penting academic hardiness dalam memahami dan mengelola stres di ranah akademis.</p> Daphna Ivanka Latisha Temi Damayanti Djamhoer Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-01 2024-02-01 4 1 590 596 10.29313/bcsps.v4i1.10158 Pengaruh Kecemburuan terhadap Perilaku Cyber Dating Abuse pada Mahasiswa di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10177 <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstract.</strong> Cyber Dating Abuse (CDA) behavior is a new form of violence in dating relationships. CDA is violent behavior carried out by a partner via digital media or the internet with the aim of hurting and controlling the partner. Many factors influence the occurrence of CDA, one of which is jealousy. The risk of CDA occurring is greatest at the student level. Therefore, the aim of this research is to find out and obtain data about jealousy that can predict the occurrence of CDA behavior that occurs among college students in the city of Bandung. Type of causality research with a quantitative approach. The data collection technique used was a questionnaire distributed to 111 college students in the city of Bandung. The measuring tools used in this research include the cyber dating abuse questionnaire (CDAQ) from Borrajo and <em>Multidimensional Jealousy Scale</em> (MJS)from Pfeiffer and Wong. The data obtained will be tested using simple linear regression analysis. From the data obtained by the researcher, it shows that the p-value in the t test is (Sig.) = 0.000 &lt; = 0.05, so the hypothesis (H0) is rejected, this shows that jealousy can predict CDA behavior among students in Bandung City with a significant influence. is positive, which means that the higher the level of jealousy, the higher the level of CDA, and vice versa.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstrak.</strong> Perilaku <em>Cyber Dating Abuse </em>(CDA) merupakan salah satu bentuk baru dari kekerasan dalam hubungan pacaran. CDA adalah perilaku kekerasan yang dilakukan oleh pasangan melalui media digital atau internet dengan tujuan menyakiti dan untuk mengontrol pasangan. Banyak faktor yang memengaruhi terjadinya CDA salah satunya adalah faktor kecemburuan. Oleh sebab itu, tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan mendapatkan data tentang kecemburuan dapat memprediksikan terjadinya perilaku CDA yang terjadi pada Mahasiswa di Kota Bandung. Jenis penelitian kausalitas dengan pendekatan kuantitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan kuesioner yang disebarkan pada 111 Mahasiswa di Kota Bandung. . Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini antara lain <em>cyber dating abuse questionnaire </em>(CDAQ) dari Borrajo dan <em>Multidimensional Jealousy </em>&nbsp;dari Pfeiffer dan Wong. Data yang diperoleh akan diuji menggunakan analisis regresi linear sederhana. Dari hasil data yang diperoleh oleh peneliti menunjukkan bahwa nilai p-value pada uji t sebesar (Sig.) = 0,000 &lt;&nbsp; = 0.05 maka hipotesis (H0) ditolak, hal ini menunjukkan bahwa kecemburuan dapat memprediksikan perilaku CDA pada mahasiswa di Kota Bandung dengan pengaruh yang bersifat positif, yang artinya semakin tinggi tingkat kecemburuan maka semakin tinggi tingkat CDA, dan sebaliknya.</p> Zahra Azalia Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-07 2024-02-07 4 1 597 603 10.29313/bcsps.v4i1.10177 Pengaruh Playful Work Design terhadap Work Engagement pada Karyawan Departemen Kitchen Hotel di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10186 <p><strong>Abstract. </strong>Playful Work Design is a concept that makes employees redesign their work to make it more fun and challenging, while work engagement is a motivational affective state characterized by vigor, dedication and absorption. This research aims to find out how much influence playful work design has on work engagement among hotel kitchen department employees in Bandung City. The total sample for this research was 108 employees of the hotel kitchen department in Bandung City. The research method used is the non-experimental causality method. This research uses a psychological scale with a playful work design scale (PWDS) measurement tool developed by Scharp &amp; Bakker (2020) and a work engagement measuring tool (UWES-17) from Schaufeli &amp; Bakker (2004) which was adapted by Prakoso, et al (2020). The research results show that 96.3% of hotel kitchen department employees have a high level of playful work design and 95.4% of hotel kitchen department employees have a high level of work engagement. Based on the results of multiple regression, it was found that playful work design had a positive effect on work engagement, namely 43.1%</p> <p><em><strong>Abstrak. </strong>Playful Work Design</em> merupakan konsep yang membuat karyawan mendesain ulang pekerjaan yang mereka lakukan menjadi lebih menyenangkan dan menantang, sedangkan <em>work engagement </em>adalah keadaan afektif motivasional yang ditandai dengan adanya <em>vigor, dedication </em>dan<em> absorption. </em>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh <em>playful work design </em>terhadap <em>work engagement</em> pada karyawan Departemen kitchen hotel di Kota Bandung. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 108 karyawan Departemen kitchen hotel di Kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kausalitas non eksperimental. Penelitian ini menggunakan skala psikologis dengan alat ukur <em>playful work design scale </em>(PWDS) yang dikembangkan oleh Scharp &amp; Bakker (2020) dan alat ukur <em>work engagement </em>(UWES-17) dari Schaufeli &amp; Bakker (2004) yang diadaptasi oleh Prakoso, et al (2020). Hasil penelitian menunjukan bahwa 96,3% karyawan Departemen kitchen hotel memiliki tingkat <em>playful work design </em>yang tinggi dan 95,4% karyawan Departemen kitchen hotel memiliki tingkat <em>work engagement </em>yang tinggi. Berdasarkan hasil regresi berganda ditemukan bahwa <em>playful work design </em>berpengaruh positif terhadap <em>work engagement </em>yaitu sebesar 43,1%</p> Deyandra Thaftazani Hendro Prakoso Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-07 2024-02-07 4 1 604 610 10.29313/bcsps.v4i1.10186 Pengaruh Islamic Work Ethic terhadap Counterproductive Work Behavior pada Guru Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10280 <p><strong>Abstract.</strong> Organizational progress and development in the education sector is often hampered by the problem of <em>counterproductive </em><em>work behavior</em> shown by teachers which is detrimental to the organization and to the personnel within it. <em>Counterproductive</em><em> work behavior</em> can be prevented by understanding a work ethic in every employee, a work ethic that is relevant to the majority of Indonesian people who are Muslim is the existence of an <em>Islamic work ethic</em>. Islamic boarding schools as religious-based educational institutions certainly have an <em>Islamic work ethic</em> that can reduce <em>counterproductive </em><em>work behavior</em>. The purpose of this research is to obtain empirical data regarding the influence of <em>Islamic work ethic</em> on <em>Counterproductive Work Behavior</em> in Teachers of Islamic Boarding Schools. This research was conducted using a non-experimental quantitative method with a causality design involving 164 Islamic boarding school teachers in Bandung Raya as respondents. The measuring instrument used to measure <em>Islamic work ethic</em> is the <em>Islamic work ethic</em> Scales compiled by Ali (1992) which was adapted into Indonesian by Firmansyah et al. (2020) which was again adapted by the author. The <em>Counterproductive Work Behavior</em> variable uses the <em>Counterproductive Work Behavior</em> Checklist (CWB-C) published by Spector et al. (2006) and adapted by Cucuani et al. (2020). The results of this study indicate that <em>Islamic work ethic</em> has a negative effect of 63.2% on <em>Counterproductive Work Behavior</em>.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Kemajuan dan perkembangan organisasi pada sektor pendidikan seringkali dihalangi oleh permasalahan adanya perilaku kontraproduktif yang ditunjukkan oleh guru yang merugikan organisasi dan personal di dalamnya. Perilaku kontraproduktif dapat dicegah dengan menanamkan etos kerja pada setiap karyawan, etos kerja yang relevan dengan mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama islam adalah dengan adanya etos kerja Islami. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan berbasis agama tentu memiliki etos kerja islami yang dapat mengurangi adanya perilaku kontraproduktif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris mengenai pengaruh <em>Islamic work ethic</em> terhadap <em>counterproductive work behavior</em> pada Guru Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif non-eksperimental dengan desain kausalitas yang melibatkan 164 guru pondok pesantren se bandung raya sebagai responden. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur <em>islamic work ethic</em> adalah <em>islamic work ethic</em> Scales yang disusun oleh Ali (1992) yang diadaptasi kedalam Bahasa Indonesia oleh Firmansyah et al. (2020) yang kembali diadaptasi oleh penulis. Untuk variable <em>counterproductive work behavior</em> menggunakan alat ukur <em>counterproductive work behavior</em> Checklist (CWB-C) yang dipublikasikan oleh Spector et al. (2006) dan diadaptasi oleh Cucuani et al. (2020). Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa <em>islamic work ethic</em> berpengaruh negatif sebesar 63,2% pada <em>counterproductive work behavior</em>.</p> Fikar Aulia Muhammad Lisa Widawati Ayu Tuty Utami Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-07 2024-02-07 4 1 611 618 10.29313/bcsps.v4i1.10280 Pengaruh Psychological Capital terhadap Work Engagement pada Barista di Kota Bekasi https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10301 <p><strong>Abstract.</strong> Effective and efficient results are displayed by employees who are able to encourage and submit all their abilities by being fully involved in their work (Bakker, 2011). Research by Bakker &amp; Demerouti (2008) shows that work engagement can be predicted by psychological capital as a personal resource that will lead to higher performance, due to the ability to adapt to various challenges. The aim of this research is to empirically test the influence of psychological capital on work engagement in the business and service sectors. The subjects of this research consisted of 107 baristas who had certificates and worked in informal coffee shops in Bekasi City. The sample was selected using a convenience sampling technique. This research uses quantitative methods and a causality research design that applies multiple regression techniques. The measurement scale uses the Psychological Capital Questionnaire (PCQ) instrument developed by Luthans et al. (2007), as well as the Utrecht Work Engagement Scale (UWES) from Schaufeli &amp; Bakker (2003). Research data proves that there is a significant influence of psychological capital on work engagement of 41.40% (R Square = 0.414). The psychological capital dimension that has the strongest influence on work engagement is self-resilience at 14.33%, while the self-efficiency dimension does not have a significant influence (2.74%).</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Hasil efektif dan efisien ditampilkan oleh karyawan yang mampu mendorong dan menyerahkan segala kemampuannya dengan terlibat (engaged) secara penuh terhadap pekerjaannya (Bakker, 2011). Penelitian Bakker &amp; Demerouti (2008) menunjukan bahwa work engagement dapat diprediksi oleh psychological capital sebagai personal resource akan mengarah pada kinerja yang lebih tinggi, dikarenakan kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan berbagai tantangan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji secara empiris pengaruh psychological capital pada work engagement dalam sektor bisnis dan layanan. Subyek penelitian ini terdiri dari 107 barista yang memiliki sertifikat dan bekerja di coffee shop informal di Kota Bekasi. Sampel dipilih dengan cara teknik convenience sampling. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif serta dengan desain penelitian kausalitas yang menerapkan teknik regresi berganda. Skala pengukuran dengan cara instrumen Psychological Capital Questionnaire (PCQ) yang dikembangkan oleh Luthans et al. (2007), serta Utrecht Work Engagement Scale (UWES) dari Schaufeli &amp; Bakker (2003). Data hasil penelitian membuktikan bahwa ada pengaruh signifikan psychological capital terhadap work engagement sebesar 41,40% (R Square = 0,414). Dimensi psychological capital yang memiliki pengaruh paling kuat pada work engagement adalah ketahanan diri (resilience) sebesar 14,33%, sementara dimensi self-efficacy tidak memiliki pengaruh yang signifikan (2.74%).</p> Raisha Nur Azizah Sita Rositawati Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-07 2024-02-07 4 1 619 627 10.29313/bcsps.v4i1.10301 Pengaruh Perceived Organizational Support terhadap Work Engagement pada Barista Starbucks di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10322 <p><strong>Abstract.</strong> The organization requires employees with high levels of energy in their work, dedication to their tasks, and enthusiasm that immerses them in their job activities (Bakker &amp; Leiter, 2010). This is reflected in employees who have work engagement. According to Schaufeli et al. (2002), work engagement refers to a positive affective-motivational state characterized by vigor, dedication, and absorption. Work engagement occurs when there are high job demands and job resources. Perceived organizational support is one of the job resources that encompasses three dimensions: fairness, supervisor support, and organizational rewards and job conditions. The objective of this study is to examine the extent of the influence of perceived organizational support and its dimensions on work engagement among 100 Starbucks baristas in Bandung. The measurement tools used in this study are the Utrecht Work Engagement Scale-17 (UWES-17) developed by Schaufeli et al. (2002) and the Survey of Perceived Organizational Support (SPOS) by Eisenberger et al. (1986), adapted by Avianti &amp; Hatta (2022). The results indicate a significant influence of perceived organizational support on work engagement at 28.5% (R Square = .285). The dimensions of organizational rewards and job conditions have a significant impact of 20.8%. On the other hand, the fairness dimension has the lowest&nbsp;impact&nbsp;at&nbsp;1.8%.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Organisasi membutuhkan karyawan yang mempunyai tingkat energi yang tinggi dalam bekerja, berdedikasi dengan pekerjaannya, dan antusias hingga terlarut pada aktivitas pekerjaannya (Bakker &amp; Leiter., 2010). Hal tersebut tercermin pada karyawan yang memiliki <em>work engagement</em><em>. </em>Menurut Schaueli et. al. (2002), <em>work engagement</em> mengacu pada keadaan afektif motivasional yang positif dicirikan dengan adanya <em>vigor,</em> <em>dedication</em>, dan<em> absorption</em>. <em>Work engagement</em> akan terjadi ketika ada <em>job demands</em> dan <em>job resources</em> yang tinggi. <em>Perceived organizational support</em> merupakan salah satu <em>job resources</em> yang mencakup tiga dimensi yaitu <em>fairness</em>, <em>supervisor support</em> serta <em>organizational rewards</em> dan <em>job condition</em>. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh <em>perceived organizational support</em> dan dimensinya terhadap <em>work engagement</em> pada 100 Barista Starbucks di Kota Bandung. Alat ukur yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu UWES-17 (<em>Utrecht Work Engagement Scale-17</em>) yang dikembangkan oleh Schaufeli et al. (2002). Selain itu, Survey <em>Perceived organizational support</em> (SPOS) oleh Eisenberger et. al. (1986) yang diadaptasi oleh Avianti &amp; Hatta (2022). Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh secara signifikan <em>perceived organizational support </em>terhadap <em>work engagement </em>sebesar 28.5% (<em>R Square </em>= .285). Dimensi <em>organizational rewards </em>dan <em>job conditions </em>berpengaruh signifikan dengan angka 20.8%. Sedangkan pengaruh terendah adalah dimensi <em>fairness </em>dengan angka 1.8%.</p> Razka Razkiandra Sita Rositawati Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-07 2024-02-07 4 1 628 634 10.29313/bcsps.v4i1.10322 Hubungan Antara Mental Toughness dan Competitive Anxiety pada Atlet Softball Tim Jawa Barat https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10347 <p><strong>Abstract.&nbsp;</strong>Sport is a factor that influences human health, where health plays an important role in supporting humans in carrying out activities. In Indonesia, the sport of softball is increasingly advanced and developing. Mentality contributes 78.6%, which is in the strong category, to achievement in sports. However, there are differences in results in previous studies, there are high, medium and low correlation results. The aim of this research is to determine the relationship between mental toughness and competitive anxiety in West Java softball team athletes participating in PRA PON XXI 2023. This research is a quantitative correlational research. The subjects of this research were 34 West Java softball team athletes who participated in PRA PON XXI 2023. The measuring tool used in the research was the Algani mental toughness scale referring to Gucciardi's theory with 1 item invalid and 19 items valid. Apart from that, Amir's competitive anxiety scale refers to Smith's Theory with 2 invalid items and 19 valid items. This research used the Spearman Rank correlation analysis technique and obtained a correlation result of -0.720, that there was a negative relationship between mental toughness and competitive anxiety in West Java softball team athletes. If the athlete's mental toughness attitude is high, the athlete's competitive anxiety behavior will be lower.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Olahraga merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana kesehatan berperan penting untuk mendukung manusia dalam melakukan kegiatan. Di Indonesia, olahraga softball semakin maju dan semakin berkembang. Mental memberikan sumbangan sebesar 78,6% yang termasuk kategori kuat terhadap prestasi dalam berolahraga. Namun, terdapat perbedaan hasil pada penelitian sebelumnya, terdapat hasil korelasi tinggi, sedang, dan rendah. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui hubungan antara <em>mental toughness </em>dan <em>competitive anxiety </em>pada atlet softball tim Jawa Barat yang berpartisipasi pada PRA PON XXI 2023. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah 34 atlet tim softball Jawa Barat yang berpartisipasi pada PRA PON XXI 2023. Alat ukur yang digunakan pada penelitian yaitu skala <em>mental toughness </em>Algani mengacu pada Teori Gucciardi dengan 1 aitem gugur dan 19 aitem valid. Selain itu, skala <em>competitive anxiety </em>Amir mengacu pada Teori Smith dengan 2 aitem gugur dan 19 aitem valid. Penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi Rank Spearman dan diperoleh hasil korelasi sebesar -0.720, bahwa terdapat hubungan negatif antara <em>mental toughness </em>dan <em>competitive anxiety </em>pada atlet softball tim Jawa Barat. Jika sikap <em>mental toughness </em>pada atlet tinggi, maka akan semakin rendah perilaku <em>competitive anxiety </em>pada atlet.</p> Dannysa Ramadhina Hedi Wahyudi Hedi Wahyudi Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-07 2024-02-07 4 1 635 643 10.29313/bcsps.v4i1.10347 Pengaruh Intervensi Aku Anak Hebat Berbasis Body Safety Training terhadap Kemampuan Mengenal “Good Person” sebagai Pelaku Potensial Kekerasan Seksual pada Anak https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10375 <p><strong>Abstract.</strong><span style="font-weight: 400;"> Recently, cases of child sexual abuse have been on the rise. In Indonesia, according to KemenPPPA, there is an increase, namely 9,588 cases per year 2022, where in 2021 there were 8,730 cases. Therefore, there is an intervention, </span><em><span style="font-weight: 400;">Aku Anak Hebat</span></em><span style="font-weight: 400;">, which has been adapted from Body Safety Training, which aims to teach children to recognize situations that have the potential for sexual violence, both inside and outside the home. This is in line with the fact that many perpetrators of sexual violence are people closest to the victim, such as parents, friends, neighbors. Thus, children need the ability to recognize that people they know well can become perpetrators of sexual violence. This study aims to determine the effect of the intervention </span><em><span style="font-weight: 400;">Aku Anak Hebat</span></em><span style="font-weight: 400;"> based on Body Safety Training on the ability to recognize "good person" as a potential perpetrator of sexual violence in children. This research is a One Group Pre-test Post-test pre-experiment research. The Pre-test and Post-test in this study used Children's Abilities to Recognize a "Good" Person as a Potential Perpetrator of Childhood Sexual Abuse by Kenny and Wurtele (2010). Meanwhile, the intervention used Sumaryanti's (2022) </span><em><span style="font-weight: 400;">Aku Anak Hebat</span></em><span style="font-weight: 400;"> flashcard module. Data analysis using independent sample t-test with statistical test results showed that the significance value in hypothesis testing was 0.007 and it can be concluded that the </span><em><span style="font-weight: 400;">Aku Anak Hebat</span></em><span style="font-weight: 400;"> intervention based on Body Safety Training has a significant effect on the ability to recognize "good person" as a perpetrator of sexual violence in children.</span></p> <p><strong>Abstrak.</strong><span style="font-weight: 400;"> Belakangan ini, kasus kekerasan seksual terhadap anak semakin meningkat. Di Indonesia, menurut KemenPPPA, terjadi peningkatan, yaitu 9.588 kasus per tahun 2022, di mana pada tahun 2021 terdapat 8.730 kasus. Oleh karena itu, terdapat intervensi Aku Anak Hebat yang diadaptasi dari </span><em><span style="font-weight: 400;">Body Safety Training</span></em><span style="font-weight: 400;"> yang bertujuan untuk mengajarkan anak mengenali situasi yang berpotensi terjadinya kekerasan seksual, baik di dalam maupun di luar rumah. Hal ini sejalan dengan fakta bahwa banyak pelaku kekerasan seksual adalah orang-orang terdekat korban, seperti orang tua, teman, tetangga. Dengan demikian, anak membutuhkan kemampuan untuk mengenali bahwa orang yang dikenalnya dengan baik dapat menjadi pelaku kekerasan seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi Aku Anak Hebat berbasis </span><em><span style="font-weight: 400;">Body Safety Training</span></em><span style="font-weight: 400;"> terhadap kemampuan mengenali </span><em><span style="font-weight: 400;">“good person”</span></em><span style="font-weight: 400;"> sebagai calon pelaku kekerasan seksual pada anak. Penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimen </span><em><span style="font-weight: 400;">One Group Pre-test Post-test</span></em><span style="font-weight: 400;">. </span><em><span style="font-weight: 400;">Pre-test</span></em><span style="font-weight: 400;"> dan </span><em><span style="font-weight: 400;">Post-test</span></em><span style="font-weight: 400;"> pada penelitian ini menggunakan alat ukur </span><em><span style="font-weight: 400;">Children's Abilities to Recognize a "Good" Person as a Potential Perpetrator of Childhood Sexual Abuse</span></em><span style="font-weight: 400;"> oleh Kenny dan Wurtele (2010). Sementara itu, intervensi menggunakan modul </span><em><span style="font-weight: 400;">flashcard</span></em><span style="font-weight: 400;"> Aku Anak Hebat milik Sumaryanti (2022). Analisis data menggunakan </span><em><span style="font-weight: 400;">independent sample t-test</span></em><span style="font-weight: 400;"> dengan hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai signifikansi pada uji hipotesis sebesar 0,007 dan dapat disimpulkan bahwa intervensi Aku Anak Hebat berbasis </span><em><span style="font-weight: 400;">Body Safety Training</span></em><span style="font-weight: 400;"> berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mengenali </span><em><span style="font-weight: 400;">“good person”</span></em><span style="font-weight: 400;"> sebagai pelaku kekerasan seksual pada anak.</span></p> Marshadina Salma Putri Indri Utami Sumaryanti Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-07 2024-02-07 4 1 644 652 10.29313/bcsps.v4i1.10375 Hubungan Tipe Kepribadian dengan Academic Burnout pada Mahasiswa Keperawatan di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10383 <p><strong>Abstract.</strong> Academic burnout is a condition where an individual feels emotional confusion, then there is a feeling and behavior of distancing themselves from academic tasks and also a feeling of lack of confidence in their abilities as a student. There are factors that contribute to academic burnout, one of which is personality. Personality is a distinctive characteristic of an individual that can differentiate one individual from another. This research aims to see the relationship between personality type and academic burnout. This research uses a quantitative approach with a correlational research design. The measuring instrument used to measure academic burnout is the Maslach Inventory-Student Survey (MBI-SS) compiled by Schaufeli et al (2002) and adapted by Fitri Arlinkasari and Sari Zakiah (2017) and to measure personality types the Big Five Inventory measuring instrument is used. (BFI) 28-item version which has been adapted by Neila Ramadhani (2012). The data analysis technique used is the Spearman's Rank correlation test with the results of the personality types extraversion, conscientiousness, neuroticsm having a relationship with academic burnout as seen from the significant value greater than 0.05.</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Abstrak.&nbsp; </strong><em>Academic burnout </em>adalah kondisi individu yang merasakan kelalaham emosional, lalu adanya perasaan juga perilaku menjauh dari tugas akademik dan juga adanya rasa tidak percaya diri akan kemampuan dirinya sebagai mahasiswa. Terdapat faktor yang berkontribusi pada <em>academic burnout, </em>salah satunya adalah kepribadian. Kepribadian merupakan karaktersitik khas dari seorang individu yang dapat membedakan individu satu dengan individu lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan antara tipe kepribadian dengan <em>academic burnout</em>. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian korelasional. Alat ukur yang digunakkan untuk mengukur <em>academic burnout </em>adalah Maslach Inventory-Student Survey (MBI-SS) yang disusun oleh Schaufeli et al (2002) dan diadaptasi oleh Fitri Arlinkasari dan Sari Zakiah (2017) dan untuk mengukur tipe kepribadian digunakan alat ukur Big Five Inventory (BFI) versi 28-item yang sudah diadptasi oleh Neila Ramadhani (2012). Teknik analisis data yang digunakkan adalah uji korelasi <em>Rank Spearman’s </em>&nbsp;dengan hasil tipe kepribadian <em>extraversion, conscientiousness, neuroticsm </em>memiliki hubungan dengan <em>academic burnout </em>terlihat dari nilai signifikan lebih besar dari 0.05.</p> Nabilah Nurfaidah Sulisworo Kusdiyati Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-07 2024-02-07 4 1 653 658 10.29313/bcsps.v4i1.10383 Pengaruh Self-esteem terhadap Celebrity Worship pada Mahasiswa Penggemar Boyband NCT https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10389 <p><strong>Abstract. </strong>The development of Korean culture in Indonesia was triggered by the contributions made by boy groups and girl groups that managed to steal the attention of the public. One example of a boy band that is currently popular is NCT. These idols influence their fans, inspiring a sense of love in fans, which in turn increases self-confidence and a positive view of oneself. This phenomenon contributes to a stronger bond between fans and their idols, even creating a parasocial relationship known as "celebrity worship". The purpose of this study is to identify whether self-esteem affects the phenomenon of celebrity worship among college students who are fans of boyband NCT between the ages of 19-24. The method used in this study is a quantitative approach, using the Celebrity Attitude Scale (CAS) measuring instrument which has been adapted into Indonesian by Ni Made Ayu Wulansari to measure the level of celebrity worship, as well as using Self-esteem Scales developed by Rosenberg which has been validity tested by Nelan Maroqi as a self-esteem measuring instrument. Data analysis was conducted through simple regression method. The results obtained are the effect of self-esteem value on celebrity worship variables is 44.6%. so it can be concluded that there is a significant influence between self-esteem on celebrity worship in NCT fan students.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Perkembangan budaya Korea di Indonesia dipicu oleh kontribusi yang dilakukan oleh <em>boygroup</em> dan <em>girlgroup</em> yang berhasil mencuri perhatian masyarakat. Salah satu contoh <em>boyband</em> yang tengah populer saat ini adalah NCT. Para idola ini mempengaruhi para penggemar mereka, menginspirasi rasa cinta dalam diri penggemar, yang pada akhirnya meningkatkan rasa percaya diri dan pandangan positif terhadap diri sendiri. Fenomena ini berkontribusi pada semakin kuatnya ikatan antara penggemar dan idola mereka, bahkan menciptakan hubungan parasosial yang dikenal sebagai "<em>celebrity worship</em>". Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi apakah <em>self-esteem</em> mempengaruhi fenomena <em>celebrity worship</em> di kalangan Mahasiswa Penggemar <em>boyband</em> NCT yang berusia antara 19-24 tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan alat ukur <em>Celebrity Attitude Scale (CAS) </em>yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Ni Made Ayu Wulansari untuk mengukur tingkat <em>celebrity worship</em>, serta menggunakan <em>Self-esteem Scales</em> yang dikembangkan oleh Rosenberg yang telah di uji validitas oleh Nelan Maroqi sebagai alat ukur self-esteem. Analisis data dilakukan melalui metode regresi sederhana. Hasil yang didapatkan yaitu pengaruh nilai <em>self-esteem </em>terhadap variabel <em>celebrity worship </em>adalah sebesar 44,6%. sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara <em>self-esteem </em>terhadap <em>celebrity worship</em> pada mahasiswa penggemar NCT.</p> Ayu Chodijahtul Kubro Siti Qodariah Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-07 2024-02-07 4 1 659 665 10.29313/bcsps.v4i1.10389 Hubungan Self Control dengan Prokrastinasi Akademik pada Siswa SMP X Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10549 <p><strong>Abstract.</strong> The high frequency in delaying and avoiding tasks, especially after the COVID-19 pandemic, was the impact of online distance learning during the Covid-19 pandemy. Steel mentions that one of the most inherent aspects of academic procrastination is the self-control aspect. The aim of this study is to find out how closely self control is linked to academic procrastination in high school students X Bandung. The research method used is quantitative research with correlational research design with 162 respondents. The scale used is a self-control scale that refers to the Averill theory (1983) resulting from a modified Muniroh scale (2013) to measure the level of self control in high school students X Bandung and the Procrastination Academic Scale for Student (PASS) developed by Solomon &amp; Rothblum (1984) which has been translated into Indonesian language for measuring academic procrestination behavior. The statistical data analysis technique used is the spearman rank correlation test. The resulting correlation value is -0.837 and the p value is = 0,000 (p&gt;0.05). The results show a significant link between self-control and academic procrastination.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Permasalahan yang sering ditemui pada pelajar maupun mahasiswa adalah menunda-nunda atau menghindari tugas yang diberikan oleh guru. Tingginya frekuensi dalam menunda-nunda dan menghindari tugas yang terjadi khususnya pasca pandemi covid-19 merupakan dampak dari pembelajaran jarak jauh secara daring selama pandemi covid-19. Steel menyebutkan bahwa salah satu aspek yang paling melekat dengan prokrastinasi akademik adalah aspek <em>self control</em>. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa erat hubungan <em>self control </em>dengan prokrastinasi akademik pada siswa SMP X Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian korelasional dengan responden sebanyak 162 siswa. Alat ukur yang digunakan adalah skala <em>self control </em>yang mengacu pada teori Averill (1983) hasil modifikasi skala Muniroh (2013) untuk untuk mengukur tingkatan <em>self control</em> pada siswa SMP X Bandung dan <em>Procrastination Academic Scale for Student </em>&nbsp;(PASS) yang dikembangkan oleh Solomon &amp; Rothblum (1984) yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia untuk mengukur perilaku prokrastinasi akademik. Teknik analisis data statistik yang digunakan adalah uji korelasi <em>rank spearman. </em>Nilai korelasi yang dihasilkan sebesar -0.837 dan nilai p = 0.000 (p&gt;0.05). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara <em>self control</em> dengan prokrastinasi akademik.</p> Farah Noor Fathimah Rahman Hedi Wahyudi Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-07 2024-02-07 4 1 666 673 10.29313/bcsps.v4i1.10549 Pengaruh Job Crafting terhadap Work Engagement pada Karyawan Desain Grafis di Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/10589 <p><strong><em>Abstract.</em></strong> Job crafting is an effort made actively by individuals to balance job demands and job resources. Through job crafting efforts, work engagement can increase resulting in good work productivity. This study aims to determine how much influence job crafting has on work engagement in graphic design employees. The research method used is quantitative with 128 graphic design employees in Bandung City. This study used the job crafting scale (JCS) measuring instrument from Tims et al., (2012) which was adapted by researchers and the utrecht work engagement scale (UWES) measuring instrument from Schaufeli &amp; Bakker which was adapted by Aryanti et al., (2020). The results found 99.2% of graphic design employees have high job crafting and 99.2% of graphic design employees have high work engagement. The effect of job crafting on work engagement in this study is 69.8%. The results of increasing social job resources have the highest significant effect on work engagement.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> <em>Job crafting</em> merupakan upaya yang dilakukan secara aktif oleh individu untuk menyeimbangkan <em>job demand</em> dan <em>job resources</em>. Melalui upaya <em>job crafting</em>, <em>work engagement</em> dapat meningkat sehingga menghasilkan produktivitas kerja yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh <em>job crafting</em> terhadap <em>work engagement</em> pada karyawan desain grafis. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan jumlah subjek 128 karyawan desain grafis di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan alat ukur <em>job crafting scale</em> (JCS) dari Tims et al., (2012) yang diadaptasi oleh peneliti dan alat ukur <em>utrecht work engagement</em> scale (UWES) dari Schaufeli &amp; Bakker yang diadaptasi oleh Aryanti et al.,(2020). Hasil penelitian ditemukan 99,2% karyawan desain grafis memiliki <em>job crafting</em> yang tinggi dan 99,2% karyawan desain grafis memiliki <em>work engagement</em> yang tinggi. Pengaruh <em>job crafting</em> terhadap <em>work engagement</em> pada penelitian ini sebesar 69,8%. Hasil <em>increasing social job resources</em> memiliki pengaruh signifikan paling tinggi terhadap <em>work engagemen</em>t.</p> Aura Puji Astuti Suhana Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-07 2024-02-07 4 1 674 680 10.29313/bcsps.v4i1.10589 Hubungan antara Kesepian dengan Nomophobia pada Mahasiswa Universitas Islam Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/11643 <p><strong>Abstract.</strong> Loneliness can happen to anyone. Loneliness is not just the absence of other people, more than that, individuals need the social relationships they desire. Individuals who experience loneliness will look for other escapes to reduce their feeling of loneliness. Using smartphones is a coping strategy used by most students to reduce their feelings of loneliness. However, excessive use of smartphones will trigger individuals to experience nomophobia (No-Mobile Phone Phobia). This research aims to find out how close the relationship is between Loneliness and Nomophobia in Bandung Islamic University Students. The sampling technique in this research is quota sampling with a research sample of 390 students. The research design used is quantitative correlational using statistical analysis of the Spearman rank test. The measuring instruments used are the UCLA Loneliness Scale Version 3 and NMP-Q (Nomophobia Questionnaire), each of which has been adapted into Indonesian. The results in this study show that there is a strong positive relationship between loneliness and Nomophobia, as shown by a correlation value of r = 0.544 and p &lt; 0.01.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Kesepian dapat terjadi kepada siapapun. Kesepian tidak hanya sekedar tidak ada orang lain lebih dari itu individu memerlukan hubungan sosial yang diinginkannya. Individu yang mengalami kesepian akan mencari pelarian lain untuk mengurangi rasa kesepiannya. Penggunaan smartphone merupakan strategi coping yang digunakan oleh kebanyakan mahasiswa untuk mengurangi rasa kesepiannya. Tetapi dengan menggunakan smartphone secra berlebihan ini akan memicu individu mengalami kecenderungan <em>nomophobia</em> (<em>No-Mobile Phone Phobia</em>). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara Kesepian dengan <em>Nomophobia</em> pada Mahasiswa Universitas Islam Bandung. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu quota sampling dengan sampel penelitian sebanyak 390 mahasiswa. Desain penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif korelasional dengan menggunakan analisis statistik uji rank spearman. Alat ukur yang digunakan yaitu <em>UCLA Loneliness Scale Version 3</em> dan NMP-Q (Nomophobia Questionnaire) yang masing masing telah diadaptasi kedalam Bahasa Indonesia. Hasil dalam penelitian ini menunjukan adanya hubungan kuat yang positif antara kesepian dengan <em>Nomophobia</em> ditunjukan dengan nilai korelasi sebesar r = 0.544 dan p &lt; 0.01.</p> Bunga Sesilya Gunawan Muhammad Ilmi Hatta Muhammad Ilmi Hatta Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-07 2024-02-07 4 1 681 687 10.29313/bcsps.v4i1.11643 Studi Kontribusi Workplace Spirituality terhadap Employee Well-Being pada Dosen Wanita https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/11911 <p><strong>Abstract</strong><strong>. </strong>Workplace spirituality is the understanding of individuals as spiritual beings whose who need nurturing at work, with purpose and meaning in their work, and having a feeling of connection with others or the community at work (Ashmos &amp; Duchon, 2000). Employee well-being is employee well-being related to employee feelings about satisfaction at work which can affect employee goals in showing the results achieved from their work (Page and Vella-Brodick, 2009). The purpose of the study was to examine how much workplace spirituality contributes to employee well-being in female lecturers at religious-based private universities in Bandung City. Using cross sectional study with multiple regression data analysis. The measuring instrument used is the Workplace Spirituality Scale by Ashmos &amp; Duchon (2000) which has been adapted into the Indonesian version by Mubarak et al., (2022), while employee well-being uses the Employee Well-Being Scale (EWBS) measuring instrument developed by Zheng et al. (2015) which has been adapted into the Indonesian version by Rahmi et al., (2021). The results showed 96.3% of female lecturers had high workplace spirituality and 86.1% of female lecturers had high employee well-being. In this study, workplace spirituality contributed 53.1% to employee well-being.</p> <p><strong>Abstrak</strong>. <em>Workplace spirituality</em>&nbsp;adalah Pemahaman individu sebagai makhluk spiritual yang jiwanya&nbsp;membutuhkan pemeliharaan di tempat kerja, dengan tujuan dan makna pada pekerjaannya, dan memiliki perasaan terhubung dengan orang lain atau komunitas di tempat kerja&nbsp;(Ashmos &amp; Duchon, 2000).&nbsp;<em>Employee well-being</em>&nbsp;adalah Kesejahteraan karyawan terkait perasaan karyawan mengenai kepuasaan saat bekerja yang dapat mempengaruhi tujuan karyawan dalam menunjukan hasil yang diraih dari pekerjaannya&nbsp;(Page dan Vella-Brodick, 2009). Tujuan penelitian untuk menguji seberapa besar kontribusi <em>workplace spirituality </em>terhadap <em>employee well-being </em>pada dosen wanita di perguruan tinggi swasta berbasis agama di Kota Bandung.&nbsp;Menggunakan metode kuantitatif kausalitas dengan analisis data regresi berganda. Alat ukur yang digunakan adalah <em>Workplace Spirituality Scale</em><em>&nbsp;</em>oleh Ashmos &amp; Duchon (2000) yang telah diadaptasi ke dalam versi Bahasa Indonesia oleh Mubarak <em>et al</em>., (2022), sedangkan <em>employee well-being </em>menggunakan alat ukur<em>&nbsp;Employee Well-Being Scale</em>&nbsp;(EWBS) yang dikembangkan oleh Zheng et al. (2015)&nbsp;yang telah diadaptasi ke dalam versi Bahasa Indonesia oleh Rahmi <em>et al.</em>, (2021). Hasil penelitian menunjukkan 96.3% dosen wanita memiliki <em>workplace spirituality </em>yang tinggi dan 86.1% dosen wanita memiliki <em>employee well-being</em>&nbsp;yang tinggi. Dalam penelitian ini <em>workplace spirituality </em>memberikan kontribusi sebesar 53,1% terhadap <em>employee well-being</em>.</p> Amalia Nur'aini Widyasari Ali Mubarak Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-07 2024-02-07 4 1 688 694 10.29313/bcsps.v4i1.11911 Hubungan Work Engagement terhadap Turnover Intention pada Karyawan PT. X https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/12381 <p><strong>Abstract. </strong>This study aims to determine the relationship of <em>work engagement </em>to <em>turnover intention </em>in PT X employees. The method used in this research is quantitative method and data analysis using <em>Pearson's Product Moment Correlation </em>to see the relationship between two variables. The population of this study is PT X employees totalling 1932 employees with a research sample of 332 determined by simple random sampling technique. The <em>work engagement </em>measurement tool uses the <em>Ultrech Work Engagement Scale </em>(UWES) developed and translated by Schaufeli (2004) and adapted by Aditya (2022). Meanwhile, the <em>turnover intention </em>measurement tool used is a <em>three-item turnover intention questionnaire </em>developed by Mobley et al. (1978) which has been adapted by Abid &amp; Butt (2017) and translated by Farhan Farisan (2022) [17]. The results of this study indicate that <em>work engagement </em>and <em>turnover intention </em>have a negative relationship with a correlation coefficient value of -0.543 or with a percentage of 54.3%. This means that the high <em>work engagement </em>of PT X employees can reduce the <em>turnover intention </em>of PT X employees. The results also show that the level of <em>work engagement </em>in PT X employees is classified in the high category (61.7%) and <em>turnover intention </em>is in the low category (53.6%). Meanwhile, the aspect of <em>work engagement </em>that has the strongest negative relationship with <em>turnover intention </em>is <em>absorption </em>(50.6%).</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan <em>work engagement </em>terhadap <em>turnover intention </em>pada karyawan PT. X. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif dan analisis data menggunakan <em>Product Moment Correlation Pearson </em>untuk melihat hubungan dua variable. Populasi penelitian ini yaitu karyawan kantor pusat PT. X yang berjumlah 1932 karyawan dengan sampel penelitian sebanyak 332 ditentukan dengan teknik <em>simple random sampling</em>. Alat ukur <em>work engagement </em>menggunakan <em>Ultrech Work Engagement Scale </em>(UWES) yang dikembangkan dan diterjemahkan oleh Schaufeli (2004) dan diadaptasi oleh Aditya (2022). Sementara itu, alat ukur <em>turnover intention </em>yang digunakan merupakan <em>three-item turnover intent questionnaire </em>yang dikembangkan oleh Mobley et al. (1978) yang telah diadaptasi oleh Abid &amp; Butt (2017) dan diterjemahkan oleh Farhan Farisan (2022) [17]. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa <em>work engagement </em>dan <em>turnover intention </em>memiliki hubungan yang negatif dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0.543 atau dengan presentase sebesar 54,3%. Artinya tingginya <em>work engagement </em>yang dimiliki karyawan PT. X dapat menurunkan <em>turnover intention </em>karyawan PT. X. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat <em>work engagement </em>pada karyawan PT. X tergolong dalam kategori tinggi (61,7%) dan <em>turnover intention </em>berada pada kategori rendah (53,6%). Sementara itu, aspek dari <em>work engagement </em>yang memiliki hubungan negatif paling kuat terhadap <em>turnover intention </em>adalah <em>absorption </em>(50,6%).</p> Ita Djuita Dinda Dwarawati Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-16 2024-02-16 4 1 695 701 10.29313/bcsps.v4i1.12381 Kesejahteraan Psikologis Wanita Lajang di indonesia https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/12459 <p><strong>Abstract.</strong> The number of singlehood increases every year in Indonesia. Stigma is an inherent part of singlehood. People often label singlehood as spinsters or unmarketable. This can affect the psychological well-being of singlehood. This study aims to explore articles on psychological well-being in single women in Indonesia using the scoping review method. The researcher searched for articles related to the research theme on Google Scholar, Scopus, Sagepub and SpringerLink. Articles with themes related to the psychological well-being of singlehood were obtained with publications in the time span of 2012 to 2023 in the form of Indonesian and English scientific articles. A total of 50 articles were identified from the searches in the four databases. After selection, the number of articles used in this study was 11. The results of several articles show that the stigma circulating in society affects the psychological well-being of singlehood. In addition, psychological well-being in single women is influenced by loneliness and perceived social support. Loneliness is felt in the form of anxiety and feeling uncomfortable with their single status. Loneliness and depression are also experienced by single women due to the negative stigma from society. In addition, factors that affect psychological well-being are good social relations, having productive activities, support from family and the surrounding environment.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Peningkatan angka melajang terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Stigma merupakan bagian yang melekat pada wanita lajang. Masyarakat sering kali menjuluki wanita lajang sebagai perawan tua ataupun tidak laku. Hal tersebut dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis wanita lajang. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi artikel mengenai kesejahteraan psikologis pada wanita lajang di Indonesia dengan menggunakan metode <em>scoping review</em>. Peneliti mencari artikel-artikel yang berkaitan dengan tema penelitian pada Google Scholar, Scopus, Sagepub dan SpringerLink. Artikel-artikel dengan tema terkait kesejahteraan psikologis wanita lajang didapatkan dengan publikasi dalam rentang waktu 2012 hingga 2023 berbentuk artikel ilmiah berbahasa Indonesia maupun Inggris. Total 50 artikel diidentifikasi dari penelusuran di empat database. Setelah melakukan seleksi, jumlah artikel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 11 artikel. Hasil dari beberapa artikel menunjukan bahwa stigma yang beredar di masyarakat mempengaruhi kesejahteraan psikologis wanita lajang. Selain itu kesejahteraan&nbsp;&nbsp; psikologis&nbsp; pada&nbsp; wanita&nbsp; lajang dipengaruhi oleh&nbsp; kesepian&nbsp; dan&nbsp; dukungan&nbsp; sosial&nbsp; yang&nbsp; dirasakan. Kesepian dirasakan dalam bentuk cemas dan merasa tidak nyaman dengan status lajangnya. Rasa kesepian dan tertekan juga dialami wanita lajang akibat adanya stigma negatif dari masyarakat. Selain itu faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis yaitu relasi sosial yang baik, memiliki kegiatan yang produktif, dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar.</p> Ailia Mulyani Yunita Sari Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-19 2024-02-19 4 1 702 710 10.29313/bcsps.v4i1.12459 Pengaruh Work Study Conflict terhadap Work Engagement pada Mahasiswa Pekerja Part Time di Coffee Shop Kota Bandung https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/12463 <p><strong>Abstract. </strong>Coffee shops are one of the business sectors that students choose to do part time. Students who work will have two different demands which can cause work study conflicts. Work study conflict is an experience when the demands and responsibilities of work interfere with a person's ability to handle the demands and responsibilities of education. Apart from demands on studies, students have demands for responsibility at work regarding their work performance. Work engagement is something positive that is related to behavior at work which includes thoughts about the relationship between workers or employees and their work, which is characterized by vigor, dedication, and absorption in work. This research aims to obtain empirical data regarding the influence of work-study conflict on work engagement among part-time students in Bandung city coffee shops with 100 part-time students in Bandung city coffee shops as respondents. This research was conducted using the Work-study conflict measuring instrument which refers to the theory of Markel &amp; Frone (1998) and using the UWES measuring instrument which consists of 17 items which is a development of the measuring instrument from Schaufeli et al., (2010). The sampling technique used is the convenience sampling technique. The method used is a quantitative causality method with simple linear regression analysis techniques. The results of this research show that the large contribution of the influence of work-study conflict (X) on work engagement (Y) among part-time students in coffee shops in the city of Bandung can be seen through the coefficient of determination of 8.80%, which means that work-study conflict has an insignificant effect on work engagement.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> <em>Coffee shop</em> meurpakkan salah satu sektor usaha yang dipillih mahasiswa untuk melakukan <em>part time</em>. Mahasiswa yang bekerja akan memiliki dua tuntutan berbeda yang dapat menimbulkan <em>work study conflict</em>. <em>Work study conflict</em> merupakan pengalaman ketika tuntutan dan tanggung jawab dalam pekerjaan mengganggu kemampuan seseorang dalam tuntutan dan tanggung jawab dalam pendidikan. Selain tuntutan pada studi, mahasiswa memiliki tuntutan tanggung jawab pada tempat bekerja bagaimana performa kinerja terhadap pekerjaannya. <em>Work engagement</em> adalah sesuatu yang bersifat positif yang berkaitan dengan perilaku dalam pekerjaan yang meliputi pikiran mengenai hubungan antara pekerja atau karyawan dengan pekerjaannya, yang ditandai <em>dengan vigor, dedication, absorption</em> dalam pekerjaan.&nbsp; Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empiris mengenai pengaruh <em>work study conflict </em>terhadap <em>work engagement</em> pada mahasiswa <em>part time</em> di <em>coffee shop</em> kota Bandung dengan responden sebanyak 100 orang mahasiswa part time di <em>coffee shop</em> kota Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur <em>work study conflict</em>&nbsp; yang mengacu pada teori&nbsp; Markel &amp; Frone (1998) dan menggunakan alat ukur UWES yang terdiri dari 17 item yang merupakan pengembangan alat ukur dari Schaufeli et al., (2010). Teknik sampling yang digunakan teknik <em>convenience sampling</em>. Metode yang digunakan metode kuantitatif kausalitas dengan teknik analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan besarnya kontribusi pengaruh <em>work study conflict</em> (X) terhadap <em>work engagement</em> (Y) pada mahasiswa <em>part time</em> di <em>coffee shop</em> kota Bandung dapat diketahui melalui koefisien determinasi 8,80% yang artinya <em>work study conflict</em> berpengaruh tidak signifikan terhadap <em>work engagement.</em></p> Citra Ayu Purnama Sari Temi Damayanti Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-19 2024-02-19 4 1 711 716 10.29313/bcsps.v4i1.12463 Pengaruh Co-Worker Support terhadap Work-Family Conflict pada Perawat Wanita https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/12475 <p><strong>Abstract. </strong>Studies have shown that working women are particularly at risk of experiencing work-family conflict. Various efforts can be made to reduce the impact of work-family conflict. One of them is with positive support from co-workers. This study aims to determine how much influence co-worker support has on work-family conflict in female inpatient nurses at Cibabat Hospital. The sample size of this study was 30 female nurses in the inpatient room of Cibabat Hospital who have children under 10 years old. The research method used is non-experimental causality using a quantitative approach and multiple regression data analysis. The measuring instrument used is Sarafino &amp; Smith's co-worker support scale which has been adapted by Puspita Wibawa E. P. While work-family conflict uses Carlson, Kacmar, &amp; William's work-family conflict scale which has been adapted by Kuntari. The results showed that 93.3% of female nurses had high co-worker support and 6.7% of female nurses had high work-family conflict. Based on the results of multiple regression analysis, it is found that co-worker support has a major effect on work- family conflict, which is 44.9%.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Berbagai studi telah menunjukan bahwa wanita yang bekerja sangat beresiko untuk mengalami <em>work-family conflict</em>. Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak <em>work-family conflict</em>. Salah satunya adalah dengan dukungan positif dari rekan kerjanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh <em>co-worker support </em>terhadap <em>work-family conflict </em>pada perawat wanita ruang rawat inap di RSUD Cibabat. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 30 perawat wanita ruang rawat inap RSUD Cibabat yang memiliki anak usia dibawah 10 tahun. Metode penelitian yang digunakan adalah kausalitas non- eksperimen dengan menggunakan pendekatan kuantitatif serta analisis data multiple regression. Alat ukur yang digunakan adalah <em>co-worker support scale </em>milik Sarafino &amp; Smith yang telah diadaptasi oleh Puspita Wibawa E. P. Sedangkan <em>work-family conflict </em>menggunakan alat ukur <em>work-family conflict scale </em>milik Carlson, Kacmar, &amp; William yang telah diadaptasi oleh Kuntari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 93.3% perawat wanita memiliki <em>co-worker support </em>tinggi dan 6,7% perawat wanita memiliki <em>work-family conflict </em>yang tinggi. Berdasarkan hasil analisis <em>multiple regression </em>didapatkan bahwa <em>co-worker support </em>berpengaruh besar terhadap <em>work- family conflict </em>yaitu sebesar 44,9%.</p> Rafi Muhammad Harits Yuli Aslamawati Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-19 2024-02-19 4 1 717 725 10.29313/bcsps.v4i1.12475 Studi Deskriptif Persepsi Guru, Orang Tua, dan Siswa Mengenai Perilaku Bullying di Sekolah Dasar https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/12476 <p><strong>Abstract</strong>. The current behavior of bullying remains a major problem for education in Indonesia. There are many factors that contribute to the occurrence of bullying behavior. Teachers and parents have varying ways of responding to and handling bullying behavior. As an observer, the way teachers and parents respond to and handle bullying behavior begins with their perception of bullying behavior. This study aims to find out the perceptions of teachers, parents, and students about bullying behavior. This research uses a qualitative approach with data collection using interview methods on 14 respondents, namely 5 teachers, 4 parents, and 5 students. The results showed that the perceptions of teachers and parents have similarities regarding the meaning of bullying behavior, the causes of bullying behavior, and the impact of bullying behavior, but they both do not yet understand the types of bullying behavior and how to handle bullying behavior effectively. On the other hand, students do not understand the meaning of bullying behavior and the types of bullying behavior. However, they are brave enough to report the perpetrator to the school. According to teachers and parents, the handling given is effective in reducing bullying behavior, while according to students, the handling is not enough to stop bullying behavior in schools. Differences in the perceptions of teachers, parents, and students can be influenced by individual differences and cultural influences.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Perilaku <em>bullying </em>saat ini masih menjadi permasalahan besar bagi pendidikan di Indonesia. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku <em>bullying</em>. Guru dan orang tua memiliki cara yang beragam dalam menanggapi dan menangani perilaku <em>bullying</em>. Sebagai pengamat, cara guru dan orang tua menanggapi dan menangani perilaku <em>bullying </em>diawali dari persepsi mereka mengenai perilaku <em>bullying</em>. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu persepsi guru, orang tua, dan siswa mengenai perilaku <em>bullying</em>. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data menggunakan metode wawancara terhadap 14 orang responden yaitu 5 orang guru, 4 orang tua, dan 5 orang siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru dan orang tua memiliki kesamaan mengenai pemaknaan perilaku <em>bullying</em>, penyebab terjadinya perilaku <em>bullying, </em>dan dampak perilaku <em>bullying</em>, tetapi keduanya belum memahami tipe-tipe perilaku <em>bullying</em> dan cara menangani perilaku <em>bullying </em>secara efektif. Disisi lain siswa tidak memahami makna dari perilaku <em>bullying</em> dan tipe-tipe perilaku <em>bullying. </em>Tetapi untuk penanganan siswa berani melaporkan pelaku pada pihak sekolah. Menurut guru dan orang tua bahwa penanganan yang diberikan cukup efektif mengurangi perilaku <em>bullying</em>, sedangkan menurut siswa bahwa penanganan yang dilakukan tidak menghentikan perilaku <em>bullying </em>di sekolah. Perbedaan persepsi guru, orang tua, dan siswa dapat dipengaruhi oleh perbedaan individu dan pengaruh budaya.</p> Haqoni Jannati Adnin Lilim Halimah Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-19 2024-02-19 4 1 726 731 10.29313/bcsps.v4i1.12476 The Relationship Between Social Support and Subjective Well Being in Early College Students at Bandung Islamic University https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSPS/article/view/12478 <p><strong>Abstract.</strong>&nbsp;Early college students are faced with changes such as moving to a higher education structure, a new learning system, and interaction with a wider environment. Early college students are also in the transition from late adolescence to early adulthood. The changes that occur in these students cause various feelings ranging from happy, sad to lonely, this can be a threat to students because subjective well being helps them to perform well. Subjective well being is related to social support, where with social support students are expected to have good subjective well being.&nbsp;The problems in this study are:&nbsp;(1) How’s the description of subjective well being in early level students at faculty of psychology UNISBA? (2) How’s the description of social support in early level students at faculty of psychology UNISBA? (3) How’s the level of relationship between social support and subjective well being in early level students at UNISBA?. The research design uses a quantitative method approach with a correlational type.The population in this study were early semester active students at the faculty of psychology UNISBA with 70 active students in 2<sup>nd</sup>&nbsp;semester as the sample, with simple random sampling technique. Data collection techniques used were questionnaires and observations. Data analysis technique used is simple regression analysis technique. The results of this study are: there is a positive relationship between social support and subjective well being. There are 31% of students have a high level of social support and subjective well being.</p> <p><strong>Abstrak.</strong>&nbsp;Mahasiswa tingkat awal dihadapkan pada perubahan seperti perpindahan ke struktur pendidikan yang lebih tinggi, sistem pendidikan yang baru, hingga interaksi lingkungan yang lebih luas. Mahasiswa tingkat awal juga berada pada masa transisi dari remaja akhir menuju dewasa awal. Adanya perubahan pada mahasiswa ini bisa menimbulkan berbagai perasaan dari mulai bahagia, sedih hingga kesepian. Hal ini dapat menjadi ancaman bagi s<em>ubjective well being</em><em>&nbsp;</em>mahasiswa karena&nbsp;s<em>ubjective well being</em><em>&nbsp;</em>membantu untuk berprestasi dengan baik. <em>Subjective well being</em>&nbsp;berkaitan dengan dukungan sosial.&nbsp;Adanya dukungan sosial &nbsp;mahasiswa diharapkan memiliki <em>subjective well being</em>&nbsp;yang baik. Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana gambaran <em>subjective well being</em>&nbsp;pada mahasiswa tingkat awal di fakultas psikologi UNISBA?&nbsp;(2)Bagaimana gambaran dukungan sosial pada mahasiswa tingkat awal di fakultas psikologi UNISBA? (3)Bagaimana tingkat hubungan antara dukungan sosial&nbsp;dengan s<em>ubjective well being</em>&nbsp;pada mahasiswa tingkat awal di UNISBA?. Desain penelitian menggunakan pendekatan metode kuantitatif dengan jenis korelasional. Populasi&nbsp;penelitian merupakan mahasiswa aktif&nbsp;fakultas psikologi&nbsp;semester awal di&nbsp;UNISBA&nbsp;dengan 70 orang mahasiswa aktif semester 2 sebagai sampelnya, menggunakan teknik sampel <em>simple random sampling</em>. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner&nbsp;dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah&nbsp;analisis regresi sederhana. Hasil dari penelitian ini adalah:&nbsp;terdapat hubungan&nbsp;positif&nbsp;antara <em>social support</em>&nbsp;dengan <em>subjective well being</em>. Sebanyak 31% mahasiswa memiliki tingkat <em>social support</em>&nbsp;dan tingkat <em>subjective well being</em>&nbsp;yang&nbsp;tinggi.</p> Nadiefa Kamilah Agus Budiman Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Psychology Science 2024-02-19 2024-02-19 4 1 732 739 10.29313/bcsps.v4i1.12478