Pengaruh Self-Esteem terhadap Psychological Well-Being Siswa SMA dengan Orang Tua Bercerai

  • Mutiara Tectonia Safitri Psikologi
  • Sulisworo Kusdiyati Psikologi
Keywords: Harga Diri, Kesejahteraan Psikologis, Divorce

Abstract

Abstract. The high divorce rate in Indonesia, especially in Bandung, has a negative impact on various parties. The negative impacts of divorce are not only experienced by married couples, but also experienced by children, especially teenagers. Several studies show that teenagers with divorced parents have low levels of psychological well-being. Meanwhile, psychological well-being is crucial, especially during high school, which will determine future success. One of the factors that influences psychological well-being is self-esteem. This research aims to find out how much influence self-esteem has on the psychological well-being of high school students with divorced parents in the city of Bandung. This research design uses a non-experimental quantitative causality method with a convenience sampling technique. The participants of this research are 171 high school students in the city of Bandung aged 15 to 18 years with divorced parents. The measuring instrument used is the Self-Liking/Self-Competence Scale-Revised (SLCS-R) from Tafarodi and Swann (2001) which was adapted by Siddik et al (2020) and Ryff's Scale of Psychological Well-Being (RPWB) from Ryff (1995) which was adapted by Rachmayani and Ramdhani (2014). Data processing was carried out using multiple regression analysis techniques. The regression equation value obtained was 0.0408, meaning that the contribution of the two dimensions of self-esteem to psychological well-being was 40.8%. The research results show that the research hypothesis is accepted, there is a significant influence between self-esteem and psychological well-being. This means that the higher the level of self-esteem, the higher the level of psychological well-being.

Abstrak. Tingginya angka perceraian di Indonesia terutama di kota Bandung, menimbulkan dampak yang negatif bagi berbagai pihak. Adapun dampak negatif perceraian tidak hanya dialami oleh pasangan suami istri, namun juga berdampak pada anak, khususnya pada remaja. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja dengan orang tua bercerai memiliki tingkat psychological well-being yang rendah. Sedangkan, psychological well-being merupakan hal yang krusial, terutama pada masa SMA yang akan menentukan keberhasilan di masa depan. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap psychological well-being adalah self-esteem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh self-esteem terhadap psychological well-being siswa SMA dengan orang tua bercerai di kota Bandung. Desain penelitian ini menggunakan metode kuantitatif kausalitas non-eksperimental dengan teknik sampling convenience sampling. Partisipan penelitian ini merupakan 171 siswa SMA di kota Bandung dengan rentang usia 15 hingga 18 tahun dengan orang tua bercerai. Alat ukur yang digunakan adalah Self-Liking/Self-Competence Scale-Revised (SLCS-R) dari Tafarodi dan Swann (2001) yang diadaptasi oleh Siddik et al (2020) dan Ryff`s Scale of Psychological Well-Being (RPWB) dari Ryff (1995) yang diadaptasi oleh Rachmayani dan Ramdhani (2014). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Nilai persamaan regresi yang didapatkan sebesar 0.0408, artinya besar kontribusi kedua dimensi self-esteem terhadap psychological well-being sebesar 40.8%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima, terdapat pengaruh yang signifikan antara self-esteem dan psychological well-being. Artinya semakin tinggi tingkat self-esteem maka semakin tinggi pula tingkat psychological well-being.

References

Santrock, J. W. (2012). Life span development : Perkembangan Masa Hidup Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Badan Pusat Statistik. (2022). Angka perceraian di Indonesia (2017 – 2021). https://www.bps.go.id/publication/2022/02/25/0a2afea4fab72a5d052cb315/statistik-indonesia-2022.html%20%20&%20%20https://www.bps.go.id/publication/2019/07/04/daac1ba18cae1e90706ee58a/statistik-indonesia-2019.html

Aminah, Andayani, & Karyanta. (2012). Proses penerimaan anak (remaja akhir) terhadap perceraian orangtua dan konsekuensi psikososial yang menyertainya. Jurnal Ilmiah Psikologi Candrajiwa, 1(2).

Dagun, S. M. (2013). Psikologi keluarga [Family psychology]. Rineka Cipta.

Untari, I., Putri, K. P. D., & Hafiduddin, M. (2018). Dampak perceraian orang tua terhadap kesehatan psikologis remaja. Profesi (Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian, 15(2), 106.

Rahim, F., & Fitriawati, H. (2019). Dampak perceraian terhadap kelangsungan pendidikan anak di Pangkung Buluh, Jembrana. An-Nahdlah, 5(2), 1-15.

Djintan, E. V. (2018). Psychological well being remaja dari orang tua yang bercerai. Disertasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

Ryff, C.D. (1989). Happiness is everything, or is it? explorations on the meaning of psychological well-being. Journal American Psychological Association, 57(6), 1069-1081. https://doi.org/10.1037/0022-3514.57.6.1069

Sharma, K. N., Karunanidhi, S., & Chitra, T. (2015). Determinants of psychological well-being among retirees. International Research Journal of Social Science, 4(3), 19-26.

Triwahyuningsih, Y. (2017). Kajian meta-analisis hubungan antara self esteem dan kesejahteraan psikologis. Buletin Psikologi, 25(1), 26-35. https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.9382

Rahmawati, N. R., Handarini, D. M., & Triyono, T. (2017). Relation of emotional intelligence, self-esteem, self-efficacy, and psychological well-being students of state senior high school. Jurnal Pendidikan Humaniora, 5(1), 40-46.

Rosenberg, M. (1965). Society and Adolescent Self-Image. Princeton NJ: Princeton University Press.

Coopersmith, S. (1981). The antecedents of self-esteem. Princeton: New Jersey.

Published
2024-02-01