Konstruksi Makna Nikah Muda pada Pasangan Nikah Muda di Jawa Barat
Abstract
Abstract.In Islam, it is obligatory to marry when you are physically and mentally able,
but if you are not able to carry out marriage, it is recommended to replace the restraint
of lust, namely by fasting. Young marriage is a phenomenon that is familiar in
Indonesia, especially in Indonesia. West Java is one of the biggest contributors to the
number of young marriages in Indonesia, especially Sukabumi which has the highest
number of young marriages in West Java. Data shows that young marriages are one
of the biggest contributors to the divorce rate in Indonesia, but not all young marriages
end in divorce. There are many factors that cause young marriage, namely religion,
economy, customs and culture. This study discusses how the meaning of marrying
young is reconstructed by the perpetrators of young marriages themselves. The study
used by researchers is a phenomenological study to find out the meaning, motives and
experiences of young marriage actors. Data collection techniques were carried out by
means of observation, interviews, and literature study. Researchers used the Purposive
Sampling Technique because it matched what the researchers needed, namely sources
whose criteria had been determined and in accordance with the phenomenon under
study, namely young marriage. In this study, the negative meaning of young marriage
in general terms can be reconstructed by students who marry young in Sukabumi City.
Keywords: Meaning construction, Phenomenological Studies, The meaning of young
marriage
Abstrak. Dalam agama islam wajib hukumnya untuk melakukan pernikahan bila sudah
mampu baik lahir maupun batin, akan tetapi bila belum mampu melaksanakan
pernikahan maka dianjurkan untuk mengganti penahan gejolak nafsu yaitu dengan cara
berpuasa.Pernikahan muda merupakan sebuah fenomena yang sudah tidak asing lagi
di Indonesia yang khususnya di Jawa Barat yang menjadi salah satu penyumbang angka
terbesar pernikahan muda di Indonesia, khususnya Sukabumi yang memiliki angka
pernikahan muda tertinggi di Jawa Barat. Data menunjukan bahwa pernikahan muda
menjadi salah satu penyumbang angka terbesar perceraian di Indonesia, akan tetapi
tidak semua pernikahan muda berakhir dengan perceraian Adapun yang masih bertahan
sampai sekarang. Ada banyak faktor penyebab pernikahan muda yaitu agama,
ekonomi, adat dan budaya. Penelitian ini membahas bagaimana makna menikah muda
yang dikonstruksi ulang oleh pelaku pernikahan muda itu sendiri. Studi yang digunakan
peneliti ialah studi fenomenologi guna mengetahui makna, motif dan pengalaman dari
pelaku pernikahan muda. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi,
wawancara, dan studi kepustakaan. Peneliti menggunakan Teknik Purposive Sampling
karena cocok dengan yang peneliti butuhkan yaitu narasumber yang sudah ditentukan
kriterianya dan sesuai dengan fenomena yang diteliti yaitu menikah muda. Dalam
penelitian ini makna menikah muda yang negatif di kacamata umum bisa
direkonstruksi ulang oleh mahasiswa yang menikah muda di Kota Sukabumi.
Kata kunci: Konstruksi Makna, Studi Fenomenologi, Makna Pernikahan Muda