https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/issue/feed Bandung Conference Series: Medical Science 2024-03-27T15:24:43+08:00 Unang Arifin uptpublikasi@unisba.ac.id Open Journal Systems <p>BCSMS merupakan wadah publikasi hasil-hasil penelitian dan pengabdian masyarakat dalam bidang Ilmu kesehatan masyarakat yang telah dipresentasikan pada Seminar Nasional UNISBA yang diselenggarakan tahunan oleh UPT Publikasi Ilmiah Universitas Islam Bandung. <strong><a title="BCSMS" href="https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/" target="_blank" rel="noopener">BCSMS</a>&nbsp;</strong>ini dipublikasikan pertamanya 2021 dengan eISSN <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/20220215411124923" target="_blank" rel="noopener">2828-2205</a> yang diterbitkan oleh <a title="UPT Publikasi" href="https://portal-publikasi.unisba.ac.id/" target="_blank" rel="noopener">UPT Publikasi Ilmiah</a>,&nbsp;<a title="unisba" href="https://www.unisba.ac.id/" target="_blank" rel="noopener">Universitas Islam Bandung</a>. Semua artikel diperiksa plagiasinya dengan perangkat lunak anti plagiarisme. Jurnal ini ter-<em>indeks</em>&nbsp;di&nbsp;<a title="GS" href="https://scholar.google.com/citations?user=mhqRpYwAAAAJ" target="_blank" rel="noopener">Google Scholar</a>,&nbsp;<a title="Id Garuda" href="https://garuda.kemdikbud.go.id/journal/view/26812" target="_blank" rel="noopener">Garuda</a>,&nbsp;<a title="doi" href="https://search.crossref.org/?q=unisba&amp;from_ui=yes" target="_blank" rel="noopener">Crossref</a>, dan&nbsp;<a title="DOAJ" href="https://doaj.org/search/journals?ref=quick-search&amp;source=%7B%22query%22%3A%7B%22filtered%22%3A%7B%22filter%22%3A%7B%22bool%22%3A%7B%22must%22%3A%5B%7B%22terms%22%3A%7B%22bibjson.publisher.name.exact%22%3A%5B%22Universitas%20Islam%20Bandung%22%5D%7D%7D%5D%7D%7D%2C%22query%22%3A%7B%22query_string%22%3A%7B%22query%22%3A%22universitas%20islam%20bandung%22%2C%22default_operator%22%3A%22AND%22%2C%22default_field%22%3A%22bibjson.publisher.name%22%7D%7D%7D%7D%7D" target="_blank" rel="noopener">DOAJ</a>. &nbsp;Terbit setiap <strong>Maret</strong> dan <strong>September.</strong></p> https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10211 Gambaran Kualitas Sarapan dan Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 1 SDN Setramanah Subang 2024-03-19T09:42:16+08:00 Sri Gustiani srigustiani27@gmail.com Arief Budi Yulianti budi.yulifk@gmail.com Tryando Bhatara tryando.bhatara@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Based on Basic Health Research in 2010, 45% of children had low quality breakfast. Breakfast is not just eating, it is important to pay attention to the quality and nutritional content contained in it. Breakfast is said to be of quality if the food consumed meets 15-30% of daily nutritional needs. Correspondence between the amount of carbohydrates, protein and fat in the body is very important, especially for children's growth and concentration at school. The aim of this research was to find out how the quality of breakfast and learning concentration of grade 1 students at SDN Setramanah Subang was described. This research uses a descriptive design. The sample was determined using total sampling with a total of 56 respondents. Research tools to measure breakfast quality and study concentration were obtained through interviews and questionnaires which had been tested for validity and reliability. The research results showed that the majority of respondents had breakfast quality in the just breakfast category and the least in the no breakfast category, while the learning concentration level of the majority of grade 1 students at SDN Setrmanah was in the age appropriate category (&gt; 20 minutes).</p> <p class="PROSIDING-ABSTRAK"><strong>Abstrak.</strong> Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 terdapat 45% anak sarapan dengan kualitas yang rendah. Sarapan bukan hanya makan saja tetapi kualitas dan kandungan nutrisi yang terdapat di dalamnya perlu diperhatikan. Sarapan dikatakan berkualitas apabila makanan yang dikonsumsi telah memenuhi 15-30% kebutuhan gizi perharinya. Kesesuaian antara jumlah karbohidrat, protein, dan lemak dalam tubuh sangat penting terutama bagi pertumbuhan dan konsentrasi anak di sekolah. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran kualitas sarapan dan konsentrasi belajar siswa kelas 1 SDN Setramanah Subang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Penentuan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah 56 responden. Alat penelitian untuk mengukur kualitas sarapan dan konsentrasi belajar diperoleh melalui wawancara dan kuesioner yang sudah di uji validatas dan reliabilitasnya. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki kualitas sarapan dalam kategori sekedar sarapan dan yang paling sedikit terdapat dalam kategori tidak sarapan sedangkan tingkat konsentrasi belajar mayoritas siswa kelas 1 SDN Setrmanah masuk dalam kategori sudah sesuai usia (&gt; 20 menit).</p> 2024-02-02T21:43:10+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10318 Gambaran Usia, Jenis Kelamin, dan Jenis Pekerjaan dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Perawat Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang Periode Mei – November 2023 2024-03-19T09:42:15+08:00 Ayunita Meita Dewi Rasiwan ayunitafarhan84@gmail.com M. Ahmad Djojodugito mahmaddjojosugito@gmail.com Tryando Bhatara tryando.bhatara@gmail.com <p><strong>Abstract. </strong>Inpatient nurses have activities as lifting, sitting, and bending. Complaints can occur in the area of the hands, elbow, neck, waist and shoulders. In reality, there are many health problems than can cause workers to lack knowledge about work hazard in workers environment, including hospitals. To see and overview of age, gender, and type of work for inpatient nurses at the Karawang Regional General Hospital for the period May – November 2023. By sorting the inclusion criteria, namely nurses who have worked for more than 1 year, nurses who actively work in the inpatient installation of Karawang Regional Hospital, and fill out a complete questionnaire. Exclusion criteria were nurses who had musculoskeletal trauma, had heavy exercise habits and nurses who worked with high vibration equipment. The result of this research were the gender characteristics of 67 female nurses (78%) and 19 male nurses (22%). Characteristics of nurses based on age 27 – 35 years 47 people (55%), age 36 – 45 years 28 people (33%), and 46 – 55 years 11 people (12%). Characteristics of the type of work is injecting 53 people (61%), pushing patient 11 people (13%), changing dressings 12 people (14%), changing IV fluid 4 people (5%), lifting patient 2 people (2%), and installing infusion 4 people (5%).</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Perawat rawat inap memiliki kegiatan seperti, mengangkat, duduk, dan bungkuk. Keluhan dapat terjadi pada area tangan, siku, leher, pinggang, dan bahu. Kenyataannya banyak terjadi gangguan pada kesehatan yang dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan pekerja tentang bahaya kerja yang berada di lingkungan pekerja, termasuk rumah sakit. Untuk melihat gambaran usia, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan pada Perawat Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang Periode Mei – November 2023. Dengan memilah kriteria inklusi yaitu perawat yang bekerja lebih dari 1 tahun, perawat yang aktif bekerja di instalasi rawat inap RSUD Karawang, dan mengisi kuesioner lengkap. Kriteria ekslusi yaitu perawat yang memiliki trauma musculoskeletal, memiliki kebiasaan olahraga berat dan perawat yang bekerja dengan alat getaran yang tinggi. Hasil penelitian ini adalah karakteristik jenis kelamin perawat perempuan 67 orang (78%), dan perawat laki – laki 19 orang (22%). Karakteristik perawat berdasarkan usia 27 – 35 tahun 47 orang (55%), usia 36 – 45 tahun 28 orang (33%), dan 46 – 55 orang 11 orang (12%). Karakteristik jenis pekerjaan menyuntik 53 orang (61%), mendorong pasien 11 orang (13%), ganti balut 12 orang (14%), ganti cairan infus 4 orang (5%), mengangkat pasien 2 orang (2%), dan pasang infus 4 orang (5%).</p> 2024-02-11T03:04:13+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10328 Hubungan Postur Kerja dan Durasi Kerja terhadap Keluhan Neck Pain pada Pekerja di Kantor Diskominfo Sumedang Tahun 2023 2024-03-19T09:42:15+08:00 Rifanny Pramesti rifannypr@gmail.com M. Ahmad Djojosugito mahmaddjojosugito@gmail.com Febriana Kurniasari febrifebrianaa@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Prolonged work with non-ergonomic work postures by computer-using workers, can cause Musculoskeletal strain. One of the MSDs associated with this condition is neck pain complaints caused by non-ergonomic work postures in a long duration, this can cause muscle tension. This study aims to determine the relationship between Work Posture and Work Duration on Neck Pain Complaints in Workers at the Diskominfo Office of Sumedang Regency in 2023. This study is a quantitative study with a cross-sectional approach. Respondents of this study were workers who worked in front of a computer for at least 4 hours a day as many as 60 people who met the inclusion and exclusion criteria. Primary data was collected using the ROSA and NDI questionnaires. The results of the study conducted a correlation test between the two variables using the Spearman's rho correlation (p) method, namely work posture with neck pain complaints obtained results (p = 0.000; r = 0.627) which means there is a significant relationship between the two variables and for work duration variables with neck pain complaints (p = 0.021; r = 0.297) which means there is a relationship between the two variables. Data obtained by researchers, 7 out of 60 respondents have work postures with a high risk index at risk of high neck pain index and 38 out of 60 respondents have a work duration of 6-8 hours. The results of the study indicate that there is a relationship between work posture and work duration with neck pain index.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Pekerjaan yang lama dengan postur kerja yang tidak ergonomis oleh pekerja pengguna komputer, dapat menyebabkan ketegangan <em>Musculoskeletal</em>. Salah satu MSDs terkait dengan kondisi ini adalah keluhan <em>neck pain</em> yang disebabkan oleh postur kerja yang tidak ergonomis dalam durasi yang lama, hal ini dapat menyebabkan ketegangan otot. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Postur Kerja dan Durasi Kerja terhadap Keluhan <em>Neck Pain</em> pada Pekerja di Kantor Diskominfo Kab. Sumedang Tahun 2023. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan <em>cross-sectional</em>. Responden dari penelitian ini adalah para pekerja yang bekerja di depan komputer minimal 4 jam sehari sebanyak 60 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data primer dikumpulkan menggunakan kuesioner ROSA dan NDI. Hasil penelitian dilakukan uji korelasi antara kedua variabel menggunakan metode <em>Spearman’s rho correlation</em> (p) yaitu postur kerja dengan keluhan <em>neck pain</em> didapatkan hasil (p = 0.000; r = 0.627) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel dan untuk variabel durasi kerja dengan keluhan <em>neck pain</em> (p = 0.021; r = 0.297) yang artinya terdapat hubungan antara kedua variable. Data yang didapatkan peneliti, 7 dari 60 responden memiliki postur kerja dengan <em>index</em> risiko tinggi berisiko <em>neck pain</em> index tinggi dan 38 dari 60 responden memiliki durasi kerja 6-8 jam. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara postur kerja dan durasi kerja dengan keluhan <em>neck pain</em> pada pekerja di Kantor Diskominfo Kab. Sumedang Tahun 2023.</p> 2024-02-11T04:41:44+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10329 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi pada Mahasiswi Unisba 2024-03-19T09:42:15+08:00 Reisya Nur Adisty reisyaadisti.11@gmail.com Arief Budi Yulianti ab.yulianti@unisba.ac.id Annisa Rahmah Furqaani annisa.rahmah@unisba.ac.id <p><strong>Abstract. </strong>Asian countries have a higher prevalence of premenstrual syndrome compared to western countries. The prevalence rate of premenstrual syndrome in Indonesia according to research conducted in 2020 reached 85% of the female population of reproductive age. One factor in the increase in premenstrual syndrome symptoms is decreased physical activity. This study aims to analyze the relationship between physical activity and the incidence of premenstrual syndrome in female students at Bandung Islamic University. The design used was cross-sectional with 199 respondents. The type of research used was analytical observational. The data collected was primary data using the American Family Physician questionnaire for PMS and using the International Physical Activity Questionnaire for physical activity. The results of the study were carried out after the chi-square test was carried out to find the relationship between physical activity and the incidence of premenstrual syndrome. Based on statistical test results, a probability value of 0.000 &lt; 0.05 was obtained, this means that there is a relationship between physical activity and the incidence of premenstrual syndrome in active undergraduate students at Bandung Islamic University who have experienced menstruation. Lack of physical activity will cause endorphin deficiency in the body which can result in premenstrual syndrome. However, physical activity in the form of exercise can stimulate the release of endorphins and create a feeling of calm when premenstrual syndrome occurs.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Negara asia mempunyai prevalensi terjadinya sindrom pramenstruasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara barat. Tingkat prevalensi sindrom pramenstruasi di Indonesia menurut penelitian yang dilakukan pada tahun 2020 mencapai 85% dari populasi wanita usia reproduksi. Salah satu faktor terjadinya peningkatan gejala sindrom pramenstruasi adalah aktivitas fisik yang menurun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan kejadian sindrom pramenstruasi pada mahasiswi Universitas Islam Bandung. Desain yang digunakan adalah potong-lintang dengan responden 199. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik. Data yang dikumpulkan merupakan data primer menggunakan kuesioner American family Physician untuk pms dan menggunakan international physical activity questionnaire untuk aktivitas fisik. Hasil penelitian setelah dilakukan uji chi-square untuk mencari hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian sindrom pramenstruasi. Berdasarkan hasil uji secara statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000 &lt; 0,05, hal ini berarti terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian sindrom pramenstruasi pada mahasiswi aktif program sarjana di Universitas Islam Bandung yang telah mengalami menstruasi. Kurangnya aktivitas fisik akan menyebabkan defisiensi endorfin dalam tubuh yang dapat mengakibatkan sindrom premenstruasi. Namun dengan aktivitas fisik berupa olahraga dapat merangsang hormon endorfin keluar dan menimbulkan perasaan tenang saat sindrom premenstruasi terjadi.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10332 Perbandingan Efek Antibakteri Ekstrak Air Kopi Arabika dengan Ekstrak Air Teh Hijau pada Kultur Bakteri Methicillin-resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) ATTC 33951 2024-03-19T09:42:15+08:00 Muhammad Gibran Al Madani mgibranalmadani@gmail.com Hendro Sudjono Yuwono hsyabc47@gmail.com Ismet Muchtar Nur Ismet.mnur@gmial.com <p><strong>Abstract.</strong> Arabica coffee and green tea are known as plants that contain active antibacterial compounds such as alkaloids, tannins, phenolic compounds, flavonoids, triterpenoids, and glycosides. Methicillin-resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) is a common bacteria that emerges due to methicillin resistance, posing a significant infection problem in both hospitals and the general population. This study aims to analyze the comparative antibacterial strength of Arabica coffee water extract and green tea water extract against MRSA bacteria. This research is a pure in vitro experiment using the Disk Diffusion method on MRSA ATCC 33951 bacterial cultures conducted at the Microbiology Laboratory of the Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran, Bandung. The arabica coffee water extract and green tea water extract used were at concentrations of 50% and 100%, while vancomycin was used as the positive control in this study. The inhibition zones were measured in millimeters. Statistical analysis was performed using the Kruskal-Wallis test at a 95% confidence level. The research results showed that the Arabica coffee water extract at concentrations of 50% and 100% had average inhibition zones of 9,75 mm and 14,25 mm, while the green tea water extract at concentrations of 50% and 100% had average inhibition zones of 22,25 mm and 26 mm. Vancomycin as the positive control had an average inhibition zone of 21,75 mm. The green tea water extract had a larger inhibition zone compared to the Arabica coffee water extract with p = 0,000 (p &lt; 0,05). In conclusion, the green tea water extract has a stronger antibacterial effect compared to the arabica coffee water extract.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Kopi arabika dan teh hijau dikenal sebagai tanaman&nbsp; yang memiliki kandungan zat aktif yang bersifat antibakteri seperti alkaloid, tanin, senyawa fenolik, flavonoid, triterpenoid, dan glikosida,. Bakteri yang sering muncul akibat resistensi methicillin adalah Methicillin-resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) yang menjadi masalah infeksi di rumah sakit dan masyarakat umum. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis&nbsp; perbandingan kekuatan antibakteri ekstrak air kopi arabika dan ekstrak air teh hijau terhadap bakteri MRSA. Penelitian ini merupakan eksperimen murni in vitro dengan metode Disk Diffusion pada biakan bakteri MRSA ATCC 33951 yang dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung. Ekstrak air kopi arabika dan teh hijau yang digunakan adalah konsentrasi 50% dan 100%, sedangkan kontrol positif pada penelitian ini menggunan vankomisin.&nbsp; Zona hambat diukur dalam satuan millimeter. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak air kopi arabika konsentrasi 50% dan 100% memiliki daya zona hambat rata-rata sebesar 9,75 mm dan 14,25 mm, sedangkan ekstrak air teh hijau pada konsentrasi 50% dan 100% memiliki zona hambat rata-rata sebesar 22,25 mm dan 26 mm. Vankomisin sebagai kontrol positif memiliki zona hambat rata-rata sebesar 21,75 mm. Ekstrak air teh hijau memiliki zona hambat yang lebih besar dari ekstrak air kopi arabika dengan p = 0,000 (p &lt; 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak air teh hijau lebih memiliki efek antibakteri yang lebih kuat dibandingkan dengan ekstrak air kopi arabika.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10333 Hubungan Usia terhadap Derajat Keparahan Hipertensi di Puskesmas Imbanagara Ciamis Tahun 2023 2024-03-19T09:42:14+08:00 Angga Angrayama aangrayama@gmail.com Arief Budi Yulianti budi.yulifk@gmail.com RB. Soeherman Herdiningrat bambangsoerherman@yahoo.com <p><strong>Abstract.</strong> Hypertension is a non-communicable disease that continues to increase both in Indonesia and the world. Hypertension is defined as an increase in systolic pressure of more than 140 mmHg and/or diastolic pressure of more than 90 mmHg. The causes of hypertension can be caused by factors that non-modifiable such as genetics, age, gender, and factors modifiable such as lack of physical activity, obesity, smoking, excessive salt consumption, and stress. Age is a non-modifiable risk factor for hypertension because it is related to the senescence process which causes the elasticity of blood vessels to decrease. This study aims to analyze the relationship between age and the severity of hypertension in hypertensive patients at the Imbinagara Ciamis Health Center, West Java in 2023. This research is researchcross sectional which was carried out at the Imbanegara Ciamis Health Center on 90 patients. Data was collected using a questionnaire in the form of characteristics of age, gender, educational history, employment, sources of information, compliance with antihypertensive medication consumption and blood pressure. Data were analyzed using univariate and bivariate tests and statistical tests were carried out ChiSquare. Results: this study found that the characteristics of hypertensive patients were female, a history of primary school education with the highest occupation being a housewife and the most information was obtained from health workers. Most respondents experienced grade II hypertension, 50 patients (55.5%). with the majority of patients aged 40-55 years, UjiChiSquare shows a p value of 0.00 (&lt;0.05). There is a significant relationship between age and the severity of hypertension in hypertensive patients at the Imbinagara Ciamis Health Center, West Java in 2023.</p> <p><strong>Abstrak</strong>. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang terus mengalami peningkatan baik di Indonesia maupun di Dunia. Hipertensi didefinisikan kenaikan tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Penyebab hipertensi dapat disebabkan oleh faktor yang tidak dapat dirubah seperti genetik, usia, jenis kelamin, dan faktor yang dapat dirubah seperti kurangnya aktivitas fisik, obesitas, merokok, konsumsi garam berlebih, dan stress. Usia menjadi salah satu faktor risiko hipertensi yang tidak dapat dirubah karena berhubungan dengan proses penuaan yang menyababkan elastisitas pembuluh darah mengalami penurunan. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara usia dengan derajat keparahan hipertensi pada pasien hipertensi di Puskesmas Imbanagara Ciamis Jawa Barat tahun 2023. Penelitian ini merupakan penelitian <em>cross sectional</em> yang dilakukan di Puskesmas Imbanegara Ciamis pada 90 pasien. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner berupa karakteristik usia, jenis kelamin, Riwayat pendidikan, pekerjaan, sumber informasi, kepatuhan konsumsi obat antihipertensi dan tekanan darah. Data dianalisis dengan uji univariat dan bivariat dan dilakukan uji statistik <em>ChiSquare</em>. Penelitian ini didapatkan karakteristik pasien hipertensi berjenis kelamin perempuan, Riwayat pendidikan terakhir SD dengan pekerjaan terbanyak ibu rumah tangga dan informasi terbanyak didapat dari tenaga kesehatan. Responden paling banyak mengalami hipertensi grade II sebanyak 50 pasien (55,5%). dengan mayoritas pasien berada di usia 40-55 tahun, Uji <em>ChiSquare </em>menunjukan nilai p sebesar 0.00 (&lt;0.05). Terdapat hubungan yang sginifikan antara usia dengan derajat keparahan hipertensi pada pasien hipertensi di Puskesmas Imbanagara Ciamis Jawa Barat tahun 2023.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10334 Pengaruh Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Penjahit di Tasikmalaya 2024-03-19T09:42:14+08:00 Zira Afrizeina Kurnia zirazeina678@gmail.com Alya Tursina alya.fkunisba@gmail.com Rizki Perdana rizkifkunisba@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> The Global Burden of Disease (GBD) shows that around 1,71 billion people experienced musculoskeletal disorders in 2019. Diseases caused by work in West Java province continue to increase. Many musculoskeletal disorders arise due to physical factors and poor ergonomics, such as lower back pain. This study aims to analyze the effect of sitting position on complaints of lower back pain among tailors in Tasikmalaya. This research is a cross sectional study conducted at CV Buana Ar-Rahni Tasikmalaya. The research sample came from data taken from interview data in the form of the Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire and body posture assessments of workers were seen using the ovako working sheet assessment on 55 female seamstresses at CV Buana Ar-Rahni. Interview and observation data include age characteristics, educational history, length of work, duration of sewing, complaints of back pain, and ergonomic sitting position. Data were analyzed using bivariate tests and ChiSquare and Lemeshow statistical tests were carried out. Characteristics of all respondents experiencing lower back pain. There were 25 respondents (45,4%) who suffered from mild disabilities. The results of the analysis of the relationship between sitting position and complaints of lower back pain obtained a p value of 0,02 (&lt; 0,05) which shows that there is a significant relationship between sitting position while working and complaints of pain in the lower back among tailors at CV Buana Ar-Rahni. Lower back pain and musculoskeletal pain that occur can be prevented by good sitting positions and ergonomics that are usually used by workers.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Global Burden of Disease (GBD) menunjukan ada sekitar 1,71 miliar orang yang mengalami gangguan muskuloskeletal pada tahun 2019. Penyakit yang disebabkan pekerjaan di provinsi Jawa Barat terus mengalami kenaikan. Mayoritas gangguan muskuloskeletal muncul disebabkan faktor fisik dan posisi ergonomi yang kurang baik seperti nyeri punggung bawah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah pada penjahit di Tasikmalaya. Penelitian ini merupakan penelitian <em>cross sectional</em> yang dilakukan di CV Buana Ar-Rahni Tasikmalaya. Sampel penelitian berasal dari data yang diambil dari data wawancara berupa kuisioner <em>Oswestry Low Back Pain Disability Quistionare </em>dan penilaian postur tubuh pada pekerja dilihat menggunakan <em>ovako working sheet assessment</em> pada 55 penjahit perempuan di CV Buana Ar-Rahni. Data wawancara dan observasi berupa karakteristik usia, riwayat pendidikan, lama kerja, durasi menjahit, keluhan nyeri punggung, dan posisi duduk ergonomis. Data dianalisis dengan uji bivariat serta dilakukan uji statistik <em>chi-square </em>dan<em> lemeshow</em>. Karakteristik seluruh responden mengalami nyeri punggung bawah. Pekerja yang mengalami disabilitas ringan berjumlah 25 responden (45,4%). Hasil analisis hubungan antara posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah didapatkan nilai p sebesar 0,02 (&lt; 0,05) yang menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara posisi duduk saat bekerja dan keluhan nyeri pada bagian punggung bawah pada penjahit di CV Buana Ar-Rahni. Nyeri punggung bawah dan nyeri muskuloskeletal yang terjadi dapat dicegah oleh posisi duduk yang baik dan ergonomi yang dibiasakan oleh pekerja.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10352 Hubungan Intensitas Membaca Al-Qur'an dengan Stres Akademik pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unisba yang Sedang Mengerjakan Skripsi Tahun 2023 2024-03-19T09:42:14+08:00 Iva Nurfadilah ivanurfadilah514@gmail.com Caecielia Makaginsar caecielia@gmail.com Ariko Rahmat Putra arikorp@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Final year medical students face more academic demands than students in other majors because at the same time as working on their thesis, medical students are also faced with a large academic workload and exams. Considering that there are so many impacts caused by academic stress, a method is needed to overcome it. One way to reduce stress through a religious approach is to increase the intensity of reading Al-Qur’an. The aim of this research is to analyze the description and relationship between the intensity of reading the Al-Qur'an and academic stress among Unisba Medical Faculty students who are working on their thesis in 2023. The sample in this research consisted of 163 respondents using a total sampling technique. The research was conducted with an analytic descriptive type design using a cross-sectional method. The data analysis techniques used in this research are univariate analysis and bivariate analysis using the chi square test. The research results showed that the majority of respondents 87,7% with the intensity of reading the Al-Qur'an were in the moderate category, while almost all respondents with academic stress levels were in the moderate category. The results of statistical tests using the chi square test at a confidence level of 95% show that the prob. (0,000) &lt; α (0,05), indicating that there is a significant relationship between the intensity of reading the Al-Qur'an and academic stress in Unisba Medical Faculty students who are working on their final project in 2023.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Mahasiswa tingkat akhir kedokteran mendapat tuntutan akademik yang lebih dibanding mahasiswa jurusan lain karena bersamaan dengan pengerjaan skripsi, mahasiswa kedokteran juga dihadapkan pada beban tugas akademik yang banyak serta ujian-ujian. Mengingat begitu banyak dampak yang diakibatkan oleh stres akademik, maka diperlukan suatu metode untuk mengatasinya. Salah satu cara menurunkan stres melalui pendekatan agama adalah dengan meningkatkan intensitas membaca Al-Qur’an.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis gambaran dan hubungan intensitas membaca Al-Qur’an dengan stres akademik pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unisba yang sedang mengerjakan skripsi pada tahun 2023. Sampel pada penelitian ini berjumlah 163 responden menggunakan teknik total sampling. Penelitian dilakukan dengan desain jenis descriptive analytic melalui metode cross-sectional. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan chi square test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden 87,7% dengan intensitas membaca Al-Qur’an berkategori sedang, sedangkan tingkat stres akademik hampir keseluruhan responden dengan stres akademik terkategori sedang. Hasil uji statistik menggunakan <em>chi square test</em> pada derajat kepercayaan 95% diketahui bahwa nilai prob. (0,000) &lt; α (0,05), menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara intensitas membaca Al-Qur’an dengan stres akademik pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unisba yang sedang mengerjakan skripsi tahun 2023.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10372 Karakteristik dan Faktor Risiko Pasien Kanker Paru di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2022 2024-03-19T09:42:14+08:00 Novianty Kusumawardani noviantykwardani@gmail.com Widhy Yudistira widhyyudsitira@gmail.com Ike Rahmawaty Alie ikewaty21@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> The disease with the third highest incidence in Indonesia that is not contagious is lung cancer, according to the Global Burden of Cancer (GLOBOCAN 2020), the number of new cases of lung cancer in Indonesia ranks 3rd. The province in Indonesia, namely West Java, has a high prevalence of lung cancer sufferers, while the Al-Ihsan Regional Hospital which is located in West Java Province is a cancer center which is a referral center for all residents of West Java. This study aims to determine the characteristics and risk factors of lung cancer patients ranging from demographic characteristics to histopathological characteristics. This research uses a cross-sectional-descriptive method, with research time from July-September 2023. The sample for this research is medical record data from lung cancer patients at Al-Ihsan Hospital, West Java Province who meet the inclusion criteria using total sampling. The results of this study showed that there were 156 people, but only 64 people met the inclusion criteria. This study discusses histopathological characteristics related to demographic data in patients seeking treatment at Al- Ihsan Hospital, West Java Province. From this research, it was concluded that the highest age group, namely 56–65 years, was dominated by men. Apart from that, the characteristics of lung cancer patients based on where they live are mostly located in Bandung Regency with the largest number of jobs, namely laborers.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Penyakit dengan insiden tertinggi ketiga di Indonesia yang tidak menular adalah kanker paru, menurut <em>Global Burden of Cancer </em>(GLOBOCAN 2020), jumlah kasus baru kanker paru di Indonesia menempati urutan ke-3. Provinsi di Indonesia yaitu&nbsp; Jawa Barat mempunyai prevalensi tinggi pada penderita kanker paru, adapun RSUD Al-Ihsan yang terletak di Provinsi Jawa Barat sebagai<em> Cancer centre </em>yang menjadi pusat rujukan bagi seluruh warga Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan faktor risiko pada pasien kanker paru mulai dari karakteristik demografi sampai karakteristik histopatologi. Penelitian ini menggunakan metode <em>cross-sectional-descriptive</em>, dengan waktu penelitian dari bulan Juli-September tahun 2023. Salmpel penelitialn ini aldallalh daltal rekalm medis palsien kalnker palru di RSUD All-Ihsaln Provinsi Jalwal Balralt yalng memenuhi kriterial inklusi dengan menggunakan <em>total sampling.</em> Hasil penelitian ini, didapatkan 156 orang penderita kanker paru, namun hanya 64 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi. Penelitian ini mendiskusikan tentang karakteristik histopatologi berkaitan dengan data demografi pada pasien yang berobat di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat. Dari penelitian ini, disimpulkan bahwa kelompok usia tertinggi, yaitu 56–65 tahun didominasi laki-laki. Selain itu, karakteristik pasien kanker paru berdasarkan tempat tinggal yang paling banyak terletak di Kabupaten Bandung dengan pekerjaan terbanyak yaitu buruh.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10393 Hubungan Pengetahuan Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene terhadap Perilaku Pedagang Makanan Kaki Lima di Sekitar Kampus Unisba Tamansari Kota Bandung 2024-03-19T09:42:13+08:00 Aisha Berliana Nugraha aishaberliana26@gmail.com Titik Respati titik.respati@gmail.com Purnomo poerkesja@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Unclean and unhealthy habits lead to the emergence of various diseases in society, one of which is food hygiene and health. Food health includes aspects of hygiene and sanitation. Poor hygiene and sanitation practices and the impact of unhealthy habits can lead to foodborne disease. The study aimed to determine the relationship between the knowledge of environmental sanitation and personal hygiene and the behavior of street food vendors around the Unisba Tamansari campus in Bandung City. The sample size is 30 respondents. This technique uses total sampling. This study used an analytic observational method with a cross-sectional approach and data analysis using Chi-square. To conduct direct interviews, a questionnaire sheet was used to assess food handlers' behavior when handling food, food handlers' personal hygiene knowledge, and food handlers' environmental sanitation knowledge. This research was conducted around the Unisba Tamansari campus. This research was conducted in June–November 2023. The results showed that most of those with good environmental sanitation knowledge consisted of 24 traders (80%); 17 traders had personal hygiene knowledge which was 56,7%, and 26 respondents had good behavior, which was 86,7%. In conclusion, there is a relationship between the knowledge of environmental sanitation and personal hygiene and the behavior of street food vendors around the Unisba Tamansari Campus in Bandung City.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Kebiasaan yang tidak bersih dan tidak sehat menyebabkan munculnya bermacam-macam penyakit di masyarakat, salah satunya kebersihan dan kesehatan dari makanan. Kesehatan makanan meliputi aspek <em>hygiene</em> dan sanitasi. Penerapan <em>hygiene</em> dan sanitasi yang kurang baik dan dampak kebiasaan tidak sehat bisa menyebabkan terjadinya penyakit bawaan pangan (<em>food borne disease</em>). Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengetahuan sanitasi lingkungan dan <em>personal hygiene</em> terhadap perilaku pedagang makanan kaki lima di sekitar Kampus Unisba Tamansari Kota Bandung. Jumlah sampel 30 responden. Teknik ini menggunakan <em>total sampling</em>. Penelitian ini menggunakan analitik observasional dengan pendekatan <em>cross sectional</em> dan analisis data menggunakan <em>chi-square</em>. Untuk melakukan wawancara langsung menggunakan lembar kuisioner untuk menilai perilaku pedagang makanan ketika menangani makanan, pengetahuan <em>personal hygiene</em> pedagang makanan dan pengetahuan sanitasi lingkungan penjamah makanan. Tempat penelitian ini dilakukan di sekitar Kampus Unisba Tamansari. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November 2023. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar yang memiliki pengetahuan sanitasi lingkungan yang baik terdiri 24 pedagang (80%), 17 pedagang memiliki pengetahuan <em>personal hygiene</em>, yaitu sebesar 56,7%, dan 26 responden memiliki perilaku yang baik, yaitu sebesar 86,7%. Simpulan, terdapat hubungan antara pengetahuan sanitasi lingkungan dan <em>personal hygiene</em> terhadap perilaku pedagang makanan kaki lima di sekitar Kampus Unisba Tamansari Kota Bandung.</p> <p class="PROSIDING-ABSTRAK"><span lang="EN-US">&nbsp;</span></p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10450 Hubungan Gula Darah Puasa dengan Kepatuhan Prolanis 2024-03-19T09:42:13+08:00 Mahendra Wisnu Wijaya mahendrawsnw@gmail.com Arief Budi Yulianti ab.yulianti@unisba.ac.id Rio Dananjaya rio.dananjaya@unisba.ac.id <p><strong>Abstract.</strong> Diabetes mellitus is a chronic metabolic disorder characterized by increased glucose levels in the blood. The Indonesian government created a Chronic Disease Management Program or Prolanis. This research uses secondary data in the form of Prolanis attendance lists and lab results. This research uses an analytical observational method with a cross sectional research design. The samples taken were type 2 DM patients who were registered as Prolanis members at the Sekejati Health Center in Bandung City and 58 samples were obtained. The results of this study showed that the majority of patients were compliant in following Prolanis at the Sekejati Health Center in Bandung City (87,20%) but the majority of patients who took Prolanis had uncontrolled fasting blood sugar (74,10%). The results of the analysis test using Fisher exact obtained a p value = 0,323, which means there is no relationship between compliance with Prolanis and blood sugar control in type 2 DM patients who took Prolanis at the Sekejati Community Health Center, Bandung City.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Diabetes melitus adalah penyakit gangguan metabolisme yang kronik dengan tanda peningatan kadar glukosa di dalam darah. Pemerintah Indonesia membuat suatu Program Pengelolaan Penyakit Kronis atau Prolanis. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa daftar hadir Prolanis dan hasil lab. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain penelitian <em>cross sectional</em>. Sampel yang diambil adalah pasien DM tipe 2 yang terdaftar sebagai anggota Prolanis di Puskesmas Sekejati Kota Bandung dan didapatkan sebanyak 58 sampel. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar pasien patuh dalam mengikuti Prolanis di Puskesmas Sekejati Kota Bandung (87,20%) namun sebagian besar pasien yang mengikuti Prolanis memiliki gula darah puasa yang tidak terkendali (74,10%). Hasil uji analisis dengan menggunakan <em>Fisher exact</em> didapatkan nilai p=0,323 yang artinya tidak terdapat hubungan antara kepatuhan mengikuti Prolanis dengan keterkendalian gula darah pada pasien DM tipe 2 yang mengikuti Prolanis di Puskesmas Sekejati Kota Bandung.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10454 Scoping Review: Analisis Vasektomi sebagai Faktor Risiko Disfungsi Seksual pada Pria 2024-03-19T09:42:13+08:00 Andini Salsabila Puteri andiensalsabila30@gmail.com Eka Nurhayati eka.nurhayati@unisba.ac.id Bambang Setiohadji bsetiohadji@gmail.com <p><strong>Abstract. </strong>Vasectomy is a male sterilization procedure to prevent pregnancy by cutting the vas deferens therefore it will block sperm from reaching the semen that is ejaculated from the penis. People rarely choose vasectomy as a contraceptive method of choice because of concerns that vasectomy can cause sexual dysfunction. This research aims to analyze vasectomy as a factor of sexual dysfunction in men. This research used a scoping review study to identify and analyze articles through database sources such as ScienceDirect, PubMed, and Taylor and Francis, specific journals such as European Urology, Urology, The European Journal of Contraception &amp; Reproductive Health Care, and The Journal of Sexual Medicine, and Grey Literature published in 1994-2023. This research used The PRISMA diagram method and resulted in seven articles that met the inclusion and eligibility criteria. Based on the results from the analysis of seven articles, two articles concluded that there was an increase in sexual function after vasectomy because there was no anxiety about the pregnancy after sexual intercourse, one article concluded that there was a decrease in sexual function in men who were forced to have vasectomy by their partner’s and resulted in an increase in work of sympathetic nerve that can interfere the sexual function, and four articles concluded that there was no effect of vasectomy on sexual function.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Vasektomi merupakan prosedur sterilisasi pada pria dengan tujuan untuk mencegah kehamilan yang dilakukan dengan mengikat dan memotong saluran <em>vas deferens </em>agar sperma tidak dapat bercampur dan keluar bersama semen. Masyarakat masih jarang memilih vasektomi sebagai metode kontrasepsi pilihan disebabkan karena kekhawatiran bahwa vasektomi dapat menyebabkan disfungsi seksual. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis vasektomi sebagai faktor risiko disfungsi seksual pada pria. Penelitian menggunakan studi <em>scoping review</em> untuk mengidentifikasi dan menganalisis artikel melalui sumber <em>database</em> seperti <em>ScienceDirect, PubMed, </em>dan <em>Taylor and Francis, </em>jurnal spesifik seperti<em> European Urology, Urology, The European Journal of Contraception &amp; Reproductive Health Care</em>, dan <em>The Journal of Sexual Medicine, </em>serta <em>Grey Literature </em>yang diterbitkan pada tahun 1994-2023<em>.</em> Metode diagram PRISMA digunakan dalam penelitian ini dan menghasilkan tujuh artikel yang memenuhi kriteria inklusi dan kelayakan. Berdasarkan hasil analisis dari tujuh artikel, dua artikel menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan fungsi seksual pascavasektomi karena tidak adanya kecemasan akan hamilnya pasangan apabila melakukan hubungan seksual, satu artikel menyimpulkan bahwa terdapat penurunan fungsi seksual pada pria yang terpaksa melakukan vasektomi karena tuntutan pasangan dan berakibat pada peningkatan kerja saraf simpatis yang dapat mengganggu fungsi seksual, dan empat artikel menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh vasektomi terhadap fungsi seksual.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10465 Hubungan Antara Status Gizi dan Stunting pada Usia 0-4 Tahun di Puskesmas Petir Kabupaten Serang Tahun 2023 2024-03-19T09:42:13+08:00 Adhika Afriadi adhikaafriadi45@gmail.com Dicky Santosa dickysantosa@gmail.com Lisa Adhia Garina lisa.adhia@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Stunting is a disruption in children's growth and development that often occurs in the world until 2025, including Indonesia. The incidence of stunting is influenced by many factors, especially the nutritional status of children. The aim of this study was to analyze the relationship between nutritional status and stunting at ages 0–4 years. This research is an analytical observational study with a cross sectional approach. Research samples that met the research criteria were taken using purposive sampling totaling 269. Statistical analysis used SPSS version 29.0 with the bivariate Chi square test. Most of the stunted children were male, 153 children (56,9%), 173 children aged 0-24 months (66,5%), normal nutritional status 181 children (67,3%), and stunting stratification was short (stunting) 185 children (68,8%). There is a relationship between nutritional status and the incidence of stunting (p= 0,024). Nutritional status and stunting have a significant relationship, with the largest distribution of both stunted and severely stunted occurring in the normal nutrition group and more frequently occurring in men compared to women. Monitoring body weight and length or height is important to do regularly to detect malnutrition and risk of stunting.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Stunting menjadi gangguan tumbuh kembang anak yang banyak terjadi didunia hingga tahun 2025, termasuk Indonesia. Kejadian stunting dipengaruhi oleh banyak faktor terutama adalah status gizi pada anak. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara status gizi dengan stunting pada usia 0–4 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian yang memenuhi kriteria penelitian diambil menggunakan purposive sampling berjumlah 269. Analisis statistik menggunakan SPSS versi 29.0 dengan uji bivariat Chi square. Sebagian besar anak stunting berjenis kelamin laki-laki sebanyak 153 anak (56,9%), usia 0-24 bulan 173 anak (66,5%), status gizi normal 181 anak (67,3%), dan stratifikasi stunting adalah pendek ( stunting) 185 anak (68,8%). Terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian stunting (p = 0,024). Status gizi dan stunting mempunyai hubungan yang signifikan, dengan distribusi terbesar baik stunting maupun stunting berat terjadi pada kelompok gizi normal dan banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Pemantauan berat badan dan panjang atau tinggi badan penting dilakukan secara rutin untuk mendeteksi malnutrisi dan risiko stunting.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10475 Hubungan Antara Karakteristik Pasien dengan Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis (TB) Paru di UPTD Puskesmas Caringin Tahun 2020 – 2022 2024-03-19T09:42:12+08:00 Ahmad Ihsan Nurgiansyah ahmadihsan251@gmail.com Heni Muflihah henimuflihah@unisba.ac.id Retno Ekowati retnoekowati@unisba.ac.id <p><strong>Abstract. </strong>This literature study gathered previous studies to show the relationship between patient characteristics and the successfull of pulmonary TB treatment. The results of this study show a relationship between adult age characteristics and the successfull of pulmonary TB treatment. Previous studies have revealed a mechanism between adult characteristics and successfull treatment of pulmonary TB. That is, the elderly are more often subjected to unsuccessfull treatment due to decreased immunity that cannot fight infections effectively and medical complications. There needs to be assistance in the elderly to increase the successfull of TB treatment.</p> <p><strong>Abstrak</strong><strong>. </strong>Studi literatur ini mengumpulkan berbagai studi sebelumnya untuk menunjukan mengenai hubungan antara karakteristik pasien dengan keberhasilan pengobatan TB paru. hasil studi ini menunjukkan adanya hubungan antara karakteristik usia dewasa dengan keberhasilan pengobatan TB paru. Penelitian-penelitian sebelumnya mengungkapkan mekanisme antara karakteristik usia dewasa dengan keberhasilan pengobatan TB paru. Artinya, usia lansia lebih sering mengalami pengobatan tidak berhasil karena kekebalan tubuh menurun yang tidak dapat melawan infeksi secara efektif dan komplikasi medis. Perlu adanya pendampingan pada usia lansia untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan TB.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10481 Gambaran Burnout pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2022-2023 2024-03-19T09:42:12+08:00 Levie Rachmah Zannati levierzannati@gmail.com Eka Nurhayati eka.nurhayati@unisba.ac.id Tryando Bhatara tryando.bhatara@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Burnout is a long-term response to chronic emotional and interpersonal stress. Burnout had three dimensions including exhaustion, cynicism, and decreased academic performance. Several study in Indonesia shown that medical students experience burnout more than 50% which could cause decrease their performance index.&nbsp; Research about burnout is still rarely conducted to medical students in West Java. The purpose of this research is to determine the description of burnout in first to third year student Faculty of Medicine at Bandung Islamic University for the 2022/2023 academic year. The research was descriptive study with using simple random sampling for 113 respondents from each grade. The data shows that the highest number of burnout are female among all respondents and the highest prevalence of burnout is in the moderate burnout category at 89.2% for first year, 95% for second year, and 88.9% for third year students. This happens because daily life is complex, there is a lot of competition, more time study, frequent tensions in the lecture environment, and lack of free time and rest.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> <em>Burnout </em>merupakan respons jangka panjang terhadap stres emosional dan interpersonal yang kronis. <em>Burnout</em> memiliki tiga dimensi diantaranya <em>exhaustion, sinisme</em>, dan penurunan pencapaian prestasi akademik. Penelitian di Indonesia mencatat bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran mengalami <em>burnout</em> lebih dari 50% yang dapat menyebabkan penurunan indeks prestasi. Penelitian tentang <em>Burnout</em> masih jarang dilakukan pada mahasiswa kedokteran di Jawa Barat. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui gambaran <em>burnout</em> pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung tahun akademik 2022/2023. Penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan <em>simple random sampling</em> yaitu peneliti mengambil 113 responden secara acak dari masing-masing angkatan. Data yang diperoleh menunjukkan jumlah <em>burnout</em> terbanyak pada perempuan dari seluruh total responden dan prevalensi <em>burnout</em> tertinggi pada kategori <em>burnout</em> sedang sebanyak 89,2% untuk mahasiswa tingkat satu, 95% pada mahasiswa tingkat dua dan 88,9% pada mahasiswa tingkat tiga. Hal tersebut terjadi karena kehidupan sehari – hari yang komplek, banyaknya persaingan, waktu pembelajaran lebih banyak, sering mengalami ketegangan di lingkungan perkuliahan, serta kurangnya waktu luang dan istirahat.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10491 Usia Ibu, Paritas, dan Interval Kehamilan Sebagai Risiko Terjadinya Persalinan Preterm pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia di RSUD Al-Ihsan Bandung Tahun 2021 2024-03-19T09:42:12+08:00 Aricka Pratiwi Koesdinar arickakoesdinar@gmail.com Jusuf Effendi jusufse@yahoo.com Ajeng Kartika Sari akuajengkartika@gmail.com <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstract.</strong> Preeclampsia is the most common cause of death in pregnant women with a mortality rate of 58.1% of the total 585,000 maternal deaths each year. Preeclampsia can occur due to several factors such as the pregnant woman's age, parity, obesity and diabetes. Pregnant women aged &lt; 20 years or &gt; 35 years, with increasing numbers of parities and pregnancy intervals &lt; 6 months are at risk of experiencing preeclampsia. This study aims to analyze the relationship between maternal age, parity, and pregnancy interval with the occurrence of preterm labor in preeclampsia sufferers at Al-Ihsan Regional Hospital. This research is a cross sectional study conducted at Al-Ihsan Regional Hospital. The research sample came from secondary medical record data in the form of age characteristics, pregnancy interval, parity and delivery. Data were analyzed using univariate and bivariate tests and carried out the ChiSquare statistical test. Characteristics of pregnant women who experienced preterm, the majority were aged &lt; 35 years (80%), pregnancy interval ≥ 2 years (63.9%), parity 2-≥5 (70%) and the majority experienced term delivery (79.2%) The results of the analysis of the relationship between maternal age, parity, and pregnancy interval with the occurrence of preterm labor in preeclampsia sufferers showed p values of 0,21, 0,61, 0,67 (&gt; 0.05) which indicated that there was no significant relationship between maternal age, parity, and pregnancy interval with the occurrence of preterm labor in preeclampsia sufferers at Al-Ihsan Regional Hospital. Early diagnosis and appropriate treatment can prevent preterm labor in preeclampsia patients.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstrak.</strong> Preeklampsia merupakan penyebab tersering kematian pada ibu hamil dengan angka kematian 58,1% dari total 585.000 kematian ibu setiap tahunnya. Preeklampsia dapat terjadi karna beberapa faktor seperti usia ibu hamil, paritas, obesitas, dan diabetes. Ibu hamil yang berusia &lt; 20 tahun atau &gt; 35 tahun, jumlah paritas yang semakin banyak dan interval kehamilan yang &lt;6 bulan berisiko mengalami preeklampsi. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara usia ibu, paritas, dan interval kehamilan dengan terjadinya persalinan preterm pada penderita preeklampsia di RSUD Al-Ihsan. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang dilakukan di RSUD Al-Ihsan. Sampel penelitian berasal dari data sekunder rekam medik berupa karakteristik usia, interval kehamilan, paritas, dan persalinan Data dianalisis dengan uji univariat dan bivariat serta dilakukan uji statistik ChiSquare. Karakteristik responden ibu hamil yang mengalami preterm mayoritas berusia &lt; 35 tahun (80%), interval kehamilan ≥ 2 tahun (63,9%), jumlah paritas 2-≥5 (70%) dan mayoritas mengalami persalinan aterm (79,2%) Hasil analisis hubungan antara usia ibu, paritas, dan interval kehamilan dengan terjadinya persalinan preterm pada penderita preeklampsia didapatkan nilai p sebesar 0,21, 0,61, 0,67 (&gt; 0.05) yang menunjukan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu, paritas, dan interval kehamilan dengan terjadinya persalinan preterm pada penderita preeklampsia di RSUD Al-Ihsan. Diagnosis dini dan tatalaksana yang tepat dapat mencegah terjadinya persalinan preterm pada pasien preeklampsia.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10506 Hubungan Kecenderungan Adiksi Smartphone dengan Nyeri Pergelangan Tangan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unisba Tingkat 4 Tahun 2023/2024 2024-03-19T09:42:12+08:00 Zaki Tashdiq Imani tashdiqz@gmail.com Miranti Kania Dewi mkaniadewi@gmail.com Yani Triyani ytriyani87@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Smartphones have become an integral part of our lives, influencing communication dynamics and impacting personal well-being, potentially leading to smartphone addiction. This compulsive and intense smartphone usage poses risks, including musculoskeletal disorders such as wrist pain. This study aims to explore the correlation between smartphone addiction and wrist pain among students of the Faculty of Medicine, Islamic University of Bandung. This study is conducted using a quantitative analytic observational method with a cross-sectional design. The research subjects were medical students who met the inclusion criteria with a total sample of 82 students. Data were collected using the Smartphone Addiction Scale Short Version (SAS-SV) to assess the tendency of smartphone addiction and QuickDASH to measure wrist pain. The results showed majority of the respondents had low smartphone addiction tendencies (56%) and did not experience wrist pain (44%). Notably, 29.3% of students with low smartphone addiction tendencies did not experience wrist pain, while 15.9% of those with high smartphone addiction tendencies reported moderate wrist pain. The study concludes that there is a relationship between the tendency of smartphone addiction and wrist pain in students of the Faculty of Medicine, Islamic University of Bandung (p &lt; 0,05).</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Smartphone merupakan bagian yang integral dalam kehidupan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir, mengubah cara orang berkomunikasi dan cara orang tersebut menjalani hidupnya. Hal tersebut secara tidak langsung dapat menyebabkan risiko terjadinya ketergantungan/adiksi terhadap smartphone. Adiksi smartphone didefinisikan sebagai penggunaan smartphone dengan intensitas tinggi. Penggunaan smartphone dengan intensitas tinggi lebih lanjut dapat menyebabkan gangguan fungsional dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah gangguan musculoskeletal seperti nyeri pergelangan tangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecenderungan adiksi smartphone dengan nyeri pergelangan tangan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. Dengan menggunakan metoda observasional analitik kuantitatif dan desain cross sectional, penelitian ini meneliti 82 mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner Smartphone Addiction Scale Short Version (SAS-SV) untuk menilai kecenderungan adiksi smartphone dan QuickDASH untuk mengukur skala nyeri pada pergelangan tangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki kecenderungan adiksi smartphone yang rendah (56%) dan tidak mengalami (44%). Sebagian besar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung dengan kecenderungan adiksi smartphone yang rendah tidak mengalami nyeri pada pergelangan tangannya yaitu sebanyak 24 orang (29,3%) sedangkan sebagian besar mahasiswa dengan kecenderungan adiksi smartphone tinggi mengalami nyeri sedang pada pergelangan tangannya yaitu sebanyak 13 orang (15,9%). Kesimpulan penelitian ini adalah ditemukan adanya hubungan antara kecenderungan adiksi smartphone dengan nyeri pergelangan tangan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung (p &lt; 0,05).</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10515 Perbedaan Tanda dan Gejala antara Infeksi Dengue Primer dengan Sekunder 2024-03-19T09:42:11+08:00 Salsabila Adinda Rahman salsabiladindar2913@gmail.com Wida Purbaningsih widapurbaningsih@gmail.com Listya Hanum Siswanti listya@unisba.ac.id <p class="PROSIDING-ABSTRAK"><strong><span lang="IN">Abstract.</span></strong><span lang="IN"> Dengue fever infection is caused by the dengue virus flavivirus (DENV). The dengue fever virus can cause primary infection and secondary infection. Primary infection is the first infection by DENV, while secondary infection is the second infection by DENV which can be determined based on serological examination (IgM and IgG). A literature study was conducted to find out the differences in signs and symptoms between primary and secondary dengue fever infections. Researchers used analytical observational methods with a quantitative approach. The population of this study was 1262 dengue fever infection patients in the inpatient unit at Al-Islam Hospital Bandung City in 2022 and 104 data were taken using a simple random sampling technique. Research sampling used secondary data from medical record data. From the research that has been carried out, it was found that patients with secondary infections had more manifestations of bleeding and hepatomegaly than primary infections. The results show that primary dengue infection is milder than secondary infection. In most cases, primary infection shows symptomatic or mild dengue fever, while secondary infection with a different serotype increases the risk of severe dengue fever (Dengue Hemorrhagic Fever, Dengue Shock Syndrome).</span></p> <p class="PROSIDING-ABSTRAK"><strong><span lang="EN-US">Abstrak.</span></strong> <span lang="IN">Infeksi dengue disebabkan oleh flavivirus dengue virus (DENV). Virus dengue bisa menyebabkan infeksi primer dan infeksi sekunder. Infeksi primer adalah infeksi pertama kali oleh DENV</span><span lang="EN-US">, sedangkan i</span><span lang="IN">nfeksi sekunder adalah infeksi kedua oleh DENV </span><span lang="EN-US">yang dapat ditentukan </span><span lang="IN">berdasarkan pemeriksaan serologis (IgM dan IgG). </span><span lang="EN-US">Studi literatur dilaksanakan untuk mencari tentang perbedaan tanda dan gejala antara infeksi dengue primer dengan sekunder. </span><span lang="IN">Peneliti menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan kuantitatif.</span> <span lang="IN">Populasi penelitian ini adalah </span><span lang="EN-US">p</span><span lang="IN">asien infeksi dengue unit rawat inap di RS Al-Islam Kota Bandung tahun 2022 yang berjumlah 1262</span> <span lang="IN">dan diambil </span><span lang="EN-US">104 data </span><span lang="IN">dengan </span><span lang="EN-US">teknik sampel acak sederhana</span><span lang="IN">.</span> <span lang="EN-US">Pengambilan sampel penelitian menggunakan data sekunder dari data rekam medis.</span> <span lang="EN-US">Dari studi yang telah dilakukan, didapatkan pada pasien infeksi sekunder dengan manifestasi pendarahan dan hepatomegali lebih banyak dibanding infeksi primer. Hasil menunjukkan bahwa infeksi dengue primer lebih ringan dibanding infeksi sekunder. </span><span lang="EN-US">Pada kebanyakan kasus,</span><span lang="IN"> infeksi primer menunjukan </span><span lang="EN-US">simptomatik</span><span lang="IN"> atau </span><span lang="EN-US">demam dengue</span><span lang="IN"> ringan, sedangkan infeksi sekunder dengan serotipe yang berbeda meningkatkan risiko penyakit dengue berat (</span><span lang="EN-US">Demam Berdarah Dengue</span><span lang="IN">, </span><span lang="EN-US">Sindrom Syok Dengue</span><span lang="IN">).</span></p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10520 Gambaran Tingkat Kecemasan pada Korban Pasca Bencana Tanah Longsor Berulang di Desa Sawangan Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah 2024-03-19T09:42:11+08:00 Febriana Faridatu Amalia febrianafmamalia@gmail.com Siska Nia Irasanti siska_drg@rocketmail.com Ariko Rahmat Putra arikorp@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Anxiety is a type of mental disorder that often occurs. Landslide disasters can be a stressor and have an influence on the level of anxiety in the victims. Banjarnegara Regency is one of the districts in Central Java that often experiences landslides. This research was conducted with the aim of determining the level of anxiety experienced by victims of repeated disasters in Sawangan Village. This research is a descriptive study with a cross sectional approach. The sampling technique was consecutive sampling and involved 115 research subjects who were victims of repeated landslides in RW 02 Sawangan Village. Data collection was carried out by asking questions and answers to research subjects and using the Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). The research results showed anxiety with the majority having a severe level of anxiety, 37 people (37%). Subjects experienced the most anxiety in late adulthood (36-45 years), were female, had low education, did not work, and had a low income, namely less than the same as RP. 2,500,000.00 and lived in Sawangan Village for more than 2 years. Victims of repeated landslides are vulnerable to experiencing anxiety due to repeated stressors.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Kecemasan merupakan salah satu jenis gangguan mental yang sering terjadi. Bencana tanah longsor dapat menjadi stresor dan mempunyai pengaruh terhadap tingkat kecemasan pada korban bencana. Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang sering mengalami bencana longsor. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan yang dialami oleh korban bencana berulang di Desa Sawangan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan <em>cross sectional</em>. Teknik pengambilan sampel secara <em>consecutive</em> <em>sampling</em> dan melibatkan 115 subjek penelitian korban bencana longsor berulang di RW 02 Desa Sawangan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara tanya jawab kepada subjek penelitian dan menggunakan kuesioner <em>Hamilton Anxiety Rating</em> <em>Scale</em> (HARS). Hasil penelitian menunjukkan kecemasan dengan mayoritas memiliki tingkat kecemasan berat yaitu 37 orang (37%). Subjek paling banyak mengalami kecemasan pada usia dewasa akhir (36-45 tahun), berjenis kelamin perempuan, berpendidikan rendah, tidak bekerja, dan berpenghasilan rendah yaitu kurang dari sama dengan Rp. 2.500.000,00 dan tinggal di Desa Sawangan selama lebih dari 2 tahun. Korban bencana tanah longsor yang berulang rentan mengalami kecemasan akibat stresor yang berulang.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10526 Kejadian Transmisi Vertikal Covid-19 Berdasarkan Jenis Persalinan 2024-03-19T09:42:11+08:00 Shinta Mourinda Rachmani shintamoura@gmail.com Maya Tejasari Mayatejasar4981@gmail.com Winni Maharani Mauliani Winni.md@gmail.com <p><strong>Abstract. </strong>The incidence of COVID-19 has been increasing since its emergence at the end of 2019 in the city of Wuhan, China, eventually developing into a pandemic. Pregnant women are a susceptible group to COVID-19. Pregnant women diagnosed with COVID-19 can transmit the virus to their unborn babies through vertical transmission, which can occur through three mechanisms: antepartum, intrapartum, and postpartum. This study aims to investigate the comparison of vertical transmission of COVID-19 between groups of mothers delivering spontaneously and through cesarean section at Al Ihsan Regional General Hospital in West Java Province. The observational study employs a population-based study design with medical record with a total of 122 pregnant women diagnosed with COVID-19 who gave birth at Al Ihsan Regional General Hospital in West Java Province. Data analysis is conducted using the Chi-Square test. The results indicate that there is no significant difference in vertical transmission of COVID-19 between the group of mothers delivering spontaneously and through cesarean section (p-value&gt; 0.05). The low incidence of vertical transmission in six babies born spontaneously and seven babies born through cesarean section suggests that the placenta acts as a barrier effectively, and the low number of ACE receptors in reproductive organs causes vertical transmission not to occur always.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Angka kejadian COVID-19 semakin meningkat sejak kemunculannya pada akhir 2019 di kota Wuhan, China, dan akhirnya berkembang menjadi pandemik. Ibu hamil merupakan kelompok yang rentan terhadap COVID-19. Ibu hamil yang didiagnosis COVID-19 dapat menularkan virus tersebut kepada bayi yang dikandungnya melalui transmisi vertikal, yang dapat terjadi melalui tiga mekanisme: antepartum, intrapartum, dan postpartum. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki perbandingan transmisi vertikal COVID-19 antara kelompok ibu yang melahirkan secara spontan dan melalui operasi caesarea di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat tahun 2020-2021. Penelitian observasional ini menggunakan desain studi berbasis populasi data diambil dari rekam medis dengan total 122 ibu hamil yang didiagnosis COVID-19 yang melahirkan di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat. Analisis data dilakukan dengan uji <em>Chi-Square.</em> Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam transmisi vertikal COVID-19 antara kelompok ibu yang melahirkan secara spontan dan melalui operasi caesarea (<em>p-value</em> &gt; 0,05). Rendahnya kejadian transmisi vertikal pada enam bayi yang lahir secara spontan dan tujuh bayi yang lahir melalui operasi caesarea menunjukkan bahwa plasenta berfungsi sebagai penghalang dengan efektif, dan jumlah reseptor ACE yang rendah pada organ reproduksi menyebabkan transmisi vertikal tidak selalu terjadi.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10539 Studi Literatur: Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Pinggang terhadap Akne Vulgaris 2024-03-19T09:42:11+08:00 Adinda Nur Wulandari Dwi Putri adinda.dwiputri64@gmail.com Mirasari Putri mirasari.putri@unisba.ac.id Mia Yasmina miayasminaandarini@unisba.ac.id <p class="PROSIDING-ABSTRAK"><strong><span lang="IN">Abstract.</span></strong><span lang="IN"> A literature study was carried out to find and compile appropriate data regarding the role of body mass index and waist circumference on acne vulgaris. The method applied was to combine previous research to determine the role of body mass index on acne vulgaris. From the studies that have been conducted, it was found that there is a role of body mass index in acne vulgaris. Another result obtained is the role of waist support in acne vulgaris. From this it can be concluded that body mass index and waist circumference contribute to the occurrence of acne vulgaris with the contribution of fat which can synthesize androgen hormones. Androgen hormones can influence acne formation by increasing follicular epidermal hyperproliferation.</span></p> <p class="PROSIDING-ABSTRAK"><strong><span lang="EN-US">Abstrak.</span></strong> <span lang="IN">Studi literatur dilaksanakan untuk mencari dan menyatukan data yang sesuai tentang peranan indeks massa tubuh dan lingkar pinggang terhadap akne vulgaris. Metode yang diaplikasikan adalah dengan menggabungkan penelitian sebelumnya untuk mendapatkan peranan indeks massa tubuh terhadap akne vulgaris. Dari studi yang telah dilakukan, didapatkan adanya peran indeks massa tubuh terhadap akne vulgaris. Hasil lain yang didapaktan adalah adanya peran lin</span><span lang="EN-US">g</span><span lang="IN">kar pinggang terhadap akne vulgaris. Dari hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa indeks massa tubuh dan lingkar pinggang mempunyai andi</span><span lang="EN-US">l</span><span lang="IN"> terhadap kejaidan akne vulgaris dengan kontribusi lemak yang dapat mensintesis hormon androgen. Hormon androgen dapat memengaruhi pembentukan akne dengan meningkatkan hiperproliferasi epidermis folikel.</span></p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10545 Hubungan Antara Karakteristik Pasien dan Keberhasilan Pengobatan pada Pasien TB Paru dengan DM Tipe 2 di RSP Dr. H. A. Rotinsulu 2024-03-19T09:42:11+08:00 Tegar Aria Yuda tariayuda@gmail.com Heni Muflihah henimuflihah@unisba.ac.id Miranti Kania Dewi mkaniadewi@gmail.com <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstract.</strong> Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis (MTB). One factor that complicates treatment is the presence of comorbidities in pulmonary TB patients, including diabetes mellitus (DM). TB patients with diabetes mellitus comorbidities (TB-DM) are known to often experience treatment failure. This study aims to analyze the relationship between patient characteristics and treatment success in DM-TB patients. This study was a cross-sectional study. The study subjects were type 2 DM-TB patients at RSP Dr. H.A. Rotinsulu for the period 2022-2023. The data used is in the form of secondary data taken from the medical record of DM-TB patients at RSP Dr.H.A. Rotinsulu. The study sample was taken using purposive sampling totaling 130 people. Characteristics include age, gender, and ownership of the National Health Insurance (JKN). The final result of treatment after 6 months cured or complete is categorized as successful. The relationship of patient characteristics with treatment success was analyzed using the chi-square test. The results showed that most of the type 2 TB-DM patients at RSP Dr. H.A Rotinsulu were adults (19-60 years) as many as 84 people (71.8%), male as many as 72 people (61.5%), had JKN as many as 100 people (85.5%), and succeeded in treatment as many as 70 people (59.9%). There was a significant association between age and treatment success (p &lt; 0.05), but no significant association between sex and JKN ownership and treatment success (p &gt; 0.05). The conclusion of this study is that adulthood is associated with the success of DM-TB treatment. Productive age tends to have high motivation and healing spirit that can increase the success of treatment.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstrak.</strong> Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri <em>Mycobacterium tuberculosis </em>(MTB). Salah satu faktor yang menyulitkan pengobatan adalah adanya penyakit penyerta pada pasien TB paru, diantaranya diabetes mellitus (DM). Pasien TB dengan penyakit penyerta diabetes mellitus (TB-DM) diketahui sering mengalami kegagalan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik pasien dengan keberhasilan pengobatan pada pasien TB-DM. Penelitian ini merupakan studi <em>cross sectional</em>. Subjek penelitian adalah pasien TB-DM tipe 2 di RSP Dr. H.A. Rotinsulu periode 2022-2023. Data yang digunakan berupa data sekunder yang diambil dari rekam medik pasien TB-DM di RSP Dr.H.A. Rotinsulu<strong>.</strong>Sampel penelitian diambil menggunakan <em>purposive sampling </em>berjumlah 130 orang. Karakteristik meliputi usia, jenis kelamin, dan&nbsp; kepemilikan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Hasil akhir pengobatan setelah 6 bulan sembuh atau lengkap dikategorikan berhasil. Hubungan karakteristik pasien dengan keberhasilan pengobatan dianalisis menggunakan <em>chi-square test.</em> Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pasien TB-DM tipe 2 di RSP Dr. H.A Rotinsulu berusia dewasa (19 – 60 tahun) sebanyak 84 orang (71.8%), berjenis kelamin laki-laki sebanyak 72 orang (61.5%), memiliki JKN sebanyak 100 orang (85.5%), dan berhasil dalam pengobatan sebanyak 70 orang (59.9%). Terdapat hubungan bermakna antara usia dan keberhasilan pengobatan (p &lt; 0,05), namun tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin dan kepemilikan JKN dengan keberhasilan pengobatan (p &gt; 0,05). Simpulan penelitian ini adalah usia dewasa berhubungan dengan keberhasilan pengobatan TB-DM. Usia produktif cenderung memiliki motivasi dan semangat penyembuhan yang tinggi yang dapat meningkatkan keberhasilan pengobatan.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10555 Analisis Vasektomi Sebagai Faktor Risiko Kejadian Kanker Prostat 2024-03-19T09:42:10+08:00 Audia Hajera Bachtiar 110100120183@unisba.ac.id Ajeng Kartika Sari akuajengkartika@gmail.com Eka Nurhayati eka.nurhayati@unisba.ac.id <p><strong>Abstract.</strong> Vasectomy or vas ligation is a method of contraception in men by cutting and tying the right and left of vas deferens with the aim of preventing spermatozoa from coming out during ejaculation. Vasectomy cannot be separated from long-term health risks, one of which is that men who undergo vasectomies have a 15% higher risk of developing prostate cancer overall. Prostate cancer is a type of cancer that develops from gland cells that produce prostate fluid combined with semen. The aim of this study is to provide information to readers regarding the relationship between vasectomy as a risk factor for prostate cancer. This research uses a scoping review study to identify and report several articles through Pubmed, ScienceDirect, SpringerLink, Taylor and Francis. The PRISMA diagram method was used in this research and resulted in nineteen articles that met the inclusion and eligibilty criteria. Based on results of the analysis, there are ten articles that can conclude that vasectomy could increase the risk of prostate cancer and nine articles concluded that vasectomy could not increase the risk of prostate cancer.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Vasektomi atau <em>vas ligation</em> merupakan salah satu metode kontrasepsi pada pria dengan prosedur pemotongan dan pengikatan pada <em>vas deferens</em> kanan dan kiri dengan tujuan untuk mencegah <em>spermatozoa </em>keluar saat ejakulasi. Vasektomi tidak lepas dari dampak risiko kesehatan yang panjang, salah satunya yaitu pria yang menjalani vasektomi memiliki risiko 15% lebih tinggi terkena kanker prostat secara keseluruhan. Kanker prostat merupakan jenis kanker yang berkembang dari sel kelenjar yang menghasilkan cairan prostat yang tergabung dengan semen. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai hubungan vasektomi sebagai faktor risiko kejadian kanker prostat. Penelitian ini menggunakan studi scoping review untuk mengidentifikasi dan melaporkan beberapa artikel melalui sumber <em>PubMed, ScienceDirect, SpringerLink,</em> dan<em> Taylor and Francis.</em> Metode diagram PRISMA digunakan dalam penelitian ini dan menghasilkan sembilan belas artikel yang memenuhi kriteria inklusi dan kelayakan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari uraian artikel penelitian yang ditinjau, sepuluh artikel menyimpulkan bahwa vasektomi dapat meningkatkan risiko kejadian kanker prostat dan sembilan artikel menyimpulkan bahwa vasektomi tidak dapat meningkatkan risiko kejadian kanker prostat.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10560 Gambaran Antara Usia Ibu dan Gravida dengan Kejadian Preeklamsia Berat di Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2022 2024-03-19T09:42:10+08:00 Alda Olivia Magdalena aldaoliviamagdalena@gmail.com Hidayat Widjajanegara hidayat.w@stikesdhb.ac.id Indri Budiarti indribudiarti@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Severe preeclampsia is defined as preeclampsia associated with severe complications in the mother and fetus that can cause an emergency situation. The criterion for severe preeclampsia is a blood pressure of 160/110mmHg. Severe preeclampsia is the cause of 30%-40% of maternal deaths in Indonesia. The study aimed to analyze the description of maternal age and gravida status with the occurrence of severe preeclampsia at Al-Ihsan Bandung Regional General Hospital. The study used observational analytic with cross-sectional method. The subjects in this study were pregnant women with severe preeclampsia who were hospitalized at Al-Ihsan Hospital throughout 2022. The sample size amounted to a sample of 270 pregnant women with severe preeclampsia. The sampling technique used purposive sampling that met the inclusion and exclusion criteria by taking medical records in the Obstetrics and Genocology section at Al-Ihsan Regional General Hospital. Data were analyzed by Chi Square Test with a degree of significance of 0.05%. The results of the study from a total of 270 samples analyzed, 150 people (56%) were severe preeclampsia. Maternal age &gt; 35 years with PEB as many as 101 people (77%). Multigravida with PEB amounted to 122 people (81%).</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Preeklamsia berat didefinisikan sebagai preeklamsia yang berhubungan dengan komplikasi berat pada ibu dan janin yang dapat menimbulkan keadaan yang gawat darurat. Kriteria pada preeklamsia berat adalah tekanan darah 160/110mmHg. Preeklamsia berat adalah penyebab dari 30%-40% kematian maternal di Indonesia. Penelitian bertujuan untuk menganalisis gambaran usia ibu dan status gravida dengan kejadiaan preeklamsia berat di Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Bandung. Penelitian menggunakan analitik observasional dengan metode <em>cross-sectional.</em> Subjek pada penelitian ini adalah ibu hamil dengan preeklamsia berat yang berada di rawat inap RSUD Al-Ihsan sepanjang tahun 2022. Besar sampel berjumlah sampel 270 ibu hamil dengan kejadiaan preeklamsia berat. Teknik pengambilan sampel menggunakan <em>purposive sampling </em>yang memenuhi kriteria inklusi serta ekslusi dengan mengambil catatan rekam medik pada bagian Obstetri dan Genokologi di Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan. Data dianalisis oleh Uji <em>Chi Square </em>dengan derajat kemaknaan sebesar 0,05%<em>.</em> Hasil penelitian dari total 270 sampel yang dianalisis, 150 orang (56%) preeklamsia berat. Usia Ibu &gt; 35 tahun dengan PEB sebanyak 101 orang (77%). Multigravida dengan PEB berjumlah 122 orang (81%) .​</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10562 Gambaran Pengetahuan tentang Antioksidan dan Penggunaannya untuk Akne Vulgaris pada Mahasiswa Kedokteran Universitas Islam Bandung 2024-03-19T09:42:10+08:00 Nabila Zulfa Alfina nabilazulfaalfi@gmail.com Santun Bhekti Rahimah santunbr94@gmail.com Endang Suherlan endang.suherlan@unisba.ac.id <p><strong>Abstrak. </strong>Akne vulgaris adalah salah satu jenis kelainan kulit yang tatalaksananya dapat menggunakan antioksidan. Pengetahuan tentang antioksidan dapat mempengaruhi penggunaan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang antioksidan dan penggunaannya untuk akne vulgaris. Penelitian menggunakan metode observasional analitik <em>cross-</em>sectional pada mahasiswa tingkat 3 angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung dengan total sampel 116 responden. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner melalui <em>google form</em> tentang pengetahuan dan penggunaan antioksidan untuk akne vulgaris yang kemudian hasilnya dianalisis dengan uji univariat. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Tingkat 3 Angkatan 2020 berpengetahuan baik (70,9%) dan tidak pernah menggunakan antioksidan (45,3%).</p> <p><strong>Abstract: </strong>Acne vulgaris is a type of skin disorder that can be treated with antioxidants. Knowledge about antioxidants may affect the use of antioxidants. This study aims to determine the knowledge of antioxidants and their use for acne vulgaris. The study used a cross-sectional analytic observational method on 3rd year students of the 2020 batch of the Faculty of Medicine, Islamic University of Bandung with a total sample of 116 respondents. Data collection was carried out by filling out a questionnaire via google form about knowledge and use of antioxidants for acne vulgaris, then the results were analyzed with the univariat test. The results showed that most of the 3rd year students of the Faculty of Medicine of the Islamic University of Bandung had good knowledge (70,9%) and never used antioxidants (45,3%).</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10577 Uji Daya Hambat Ekstrak Air Biji Kopi Arabika pada Kultur Bakteri MRSA 2024-03-19T09:42:10+08:00 Daisy Grace Agustina pancakeflip61@gmail.com Hendro Sudjono Yuwono hsyabc47@gmail.com Eka Hendryanny eka_hendryanny@yahoo.com <p><strong>Abstract.</strong> The emergence of Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) strains has led to the need for alternative treatments to natural products such as coffee. Arabica coffee contains chlorogenic acid and caffeic acid which play an antibacterial role against MRSA. Arabica coffee water extract also has antibacterial properties against S.aureus. This experimental research tested the inhibitory power of Arabica coffee bean water extract against MRSA bacteria. The method used was Kirby-Bauer disk diffusion with Arabica coffee bean water extract treatment groups of 100% and 50% concentration, vancomycin positive control and distilled water negative control. The research was carried out in the Microbiology Lab of FK Unpad from March to October 2023. The results of the antibacterial test showed that there was an inhibition zone in the Arabica coffee bean water extract with a concentration of 100% and 50% in the MRSA bacterial culture. The results of the inhibition zone diameter test for each concentration will be analyzed and explained descriptively. This can be concluded that there is an inhibitory effect of Arabica coffee bean water extract at concentrations of 100% and 50% on MRSA bacterial cultures.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Munculnya strain resisten <em>Methicillin-Resistant Staphylococcus aureu</em>s (MRSA) menyebabkan dibutuhkannya pengobatan alternatif produk alam seperti kopi. Kopi Arabika mengandung asam klorogenat dan asam kafeat yang berperan antibakteri terhadap MRSA. Ekstrak air kopi Arabika juga memiliki antibakteri terhadap <em>S.aureus</em>. Penelitian eksperimental ini menguji daya hambat ekstrak air biji kopi Arabika terhadap bakteri MRSA Metode yang digunakan adalah disk diffusion Kirby-Bauer dengan kelompok perlakuan ekstrak air biji kopi Arabika konsentrasi 100% dan 50%, kontrol positif vankomisin dan kontrol negatif aquades. Penelitian dilakukan di Lab Mikrobiologi FK Unpad bulan Maret hingga Oktober 2023. Hasil uji antibakteri menunjukkan adanya zona inhibisi pada ekstrak air biji kopi Arabika konsentrasi 100% dan 50% pada kultur bakteri MRSA. Hasil uji daya hambat diameter zona hambat dari masing-masing konsentrasi akan dianalisis dan dijelaskan secara deskriptif. Hal ini dapat disimpulkan terdapat daya hambat ekstrak air biji kopi Arabika pada konsentrasi 100% dan 50% pada kultur bakteri MRSA.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10584 Karakteristik Status Gizi Pasien Anak Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) Sebelum dan Sesudah Kemoterapi di RSUD Al-Ihsan Bandung 2024-03-19T09:42:10+08:00 Putri Aulya Mustafa Yasin putriaulya707@gmail.com Agung Firmansyah Sumantri dragung@unisba.co.id Abdul Hadi Hassan abdulhaduhassan02@gmail.com <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstract.</strong> Leukemia is a malignant disease of abnormal white blood cells in the bone marrow. One of the treatments for leukemia patients is chemotherapy which can affect nutritional status. Nutritional status is a person's health status which is related to energy intake in the form of food in a person's country. This study aims to determine the characteristics of nutritional status in pediatric acute lymphoblastic leukemia (ALL) patients before and after chemotherapy. The sample selection technique used a total sampling technique from the entire population of ALL pediatric patients at Al-Ihsan Hospital, Bandung Regency. This research uses an analytical observational method with a cross-sectional approach. The data used is secondary data taken from pediatric patients with LLA in the form of medical record data at Al-Ihsan Regional Hospital, Bandung. The research results showed that the majority of patients before chemotherapy had normal nutritional status, 34 subjects (52.3%), and the majority of patients after chemotherapy had normal nutritional status, 40 subjects (61.5%). Child patients with ALL before chemotherapy had normal nutritional status as many as 34 people (52.3%), overweight nutritional status as many as 3 people (4.6%), and with underweight nutritional status as many as 28 people (43.1%). with ALL after chemotherapy had normal nutritional status as many as 40 people (61.5%), overweight nutritional status as many as 3 people (4.6%), and with underweight nutritional status as many as 22 people (33.8%) These results were caused by errors one factor is chemotherapy drugs which are corticosteroids. The use of corticosteroid drugs can increase appetite which can be a factor in improving the patient's nutritional status during chemotherapy treatment.</p> <p class="SPeSIASains2020-ISINUMBERING"><strong><span lang="EN-US">Abstrak. </span></strong><span lang="EN-US">Leukemia merupakan penyakit keganasan pada sel darah putih abnormal di sumsum tulang, salah satu pengobatan pada pasien leukemia salah satunya adalah kemoterapi yang dapat berpengaruh terhadap status gizi. </span><span lang="SV">Status gizi merupakan status kesehatan seseorang yang berkaitan dengan asupan energi berupa makanan di negara seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk </span><span lang="EN-US">mengetahui karakteristik status gizi pada pasien anak leukemia limfoblastik akut </span><span lang="SV">(LLA)</span><span lang="EN-US"> sebelum dan sesudah melakukan kemoterapi</span><span lang="SV">. Teknik pemilihan sampel menggunakan teknik total sampling dari seluruh populasi pada pasien anak LLA di Rumah Sakit Al-Ihsan Kabupaten Bandung. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan potong lintang. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diambil pada pasien anak LLA berupa data rekam medik di RSUD Al-Ihsan Bandung<em>.</em> Hasil penelitian menunjukkan data mayoritas pasien sebelum kemoterapi memiliki status gizi normal 34 subjek (52.3%), dan mayoritas pasien setelah dilakukan kemoterapi memiliki status gizi normal 40 subjek (61.5%).&nbsp; </span><span lang="EN-US">Pasien anak dengan LLA sebelum kemoterapi memiliki status gizi normal sebanyak 34 orang (52,3%), status gizi <em>overweight</em>sebanyak 3 orang (4,6%), serta dengan status gizi <em>underweight </em>sebanyak 28 orang (43,1%).Pasien anak dengan LLA sesudah kemoterapi memiliki status gizi normal sebanyak 40 orang (61,5%), status gizi <em>overweight </em>sebanyak 3 orang (4,6%), serta dengan status gizi <em>underweight </em>sebanyak 22 orang (33,8%)</span><span lang="SV"> Hasil ini disebabkan karena salah satu faktor berupa obat kemoterapi yang merupakan golongan kortikosteroid. Penggunaan obat kortikosteroid dapat meningkatkan nafsu makan yang dapat menjadi faktor meningkatnya status gizi pasien saat pengobatan kemoterapi.</span></p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10616 Hubungan Frekuensi Konsumsi Junk Food dengan Tingkat Kecemasan pada Mahasiswa Tingkat 2 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung 2024-03-19T09:42:09+08:00 M. Rizki Budiman mrizkibudimann@gmail.com Herri S. Sastramihardja herpst099@yahoo.com Yuke Andriane yuke.andriane@unisba.ac.id <p><strong>Abstract. </strong>Anxiety is defined as the body's response to fear, which manifests as disturbances in feelings, thoughts, attitudes, and physiological changes. One of the factors that causes anxiety is consuming foods high in fat and sugar that are contained in junk food or fast food which is food that is easy to consume. This study aims to analyze relationship between &nbsp;frequency of junk food consumption and anxiety level in level 2 students at the Unisba Faculty of Medicine. This research is cross sectional study with sample size of 33 second year students of FK Unisba who met the inclusion criteria. Data was collected using the Food Frequency Questionnaire (FFQ) and Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A). Data were analyzed using the Spearman statistical test. The research results showed that mostly respondents consumed junk food with a frequency of 1-3 times a month. It was also found that the entire research sample had anxiety with more than half of the respondents having mild levels of anxiety and 3 had severe anxiety. The Spearman test shows p value of 0,048 (&lt; 0,05) and R value of 0,347. There is significant relationship between frequency of junk food consumption and level of anxiety with weak correlation strength.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Kecemasan didefinisikan sebagai respon tubuh terhadap rasa takut, yang bermanifestasi sebagai gangguan perasaan, pemikiran, sikap, dan perubahan fisiologis. Salah satu faktor penyebab munculnya kecemasan adalah konsumsi makanan tinggi lemak dan gula yang terkandung dalam <em>junk food </em>atau makanan cepat saji yang merupakan makanan yang mudah dikonsumsi dan dibuat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara frekuensi konsumsi <em>junk food </em>dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa tingkat 2 Fakultas kedokteran Unisba. Penelitian ini merupakan penelitian <em>cross sectional </em>dengan jumlah sample sebanyak 33 orang mahasiswa tingkat 2 FK Unisba yang memenuhi kriteria inklusi. Data dikumpulkan menggunakan kuisioner <em>Food Frequency Questionnaire (FFQ) </em>dan <em>Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A). </em>Data dianalisis dengan uji statistik <em>spearman</em>. Hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang mengonsumsi <em>junk food </em>dengan frekuensi 1-3 kali perbulan sebanyak 12, 1 kali perminggu sebanyak 3, 2-4 kali perminggu sebanyak 11, 1 kali perhari sebanyak 2, 2-3 kali perhari sebanyak 2, 4 kali perhari sebanyak 3. Seluruh sample penelitian memiliki kecemasan dengan lebih dari setengah jumlah responden memiliki tingkat kecemasan ringan dan kecemasan berat 3 responden. Uji <em>spearman </em>menunjukkan nilai p sebesar 0,048 (&lt;0,05) dan nilai R 0,347. Terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi konsumsi <em>junk food</em> dengan tingkat kecemasan dengan kekuatan korelasi lemah.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10631 Gambaran Frekuensi Minum Kopi dan Tingkat Kebugaran pada Mahasiswa Laki-Laki Tingkat 1 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Tahun Ajaran 2022/2023 2024-03-19T09:42:09+08:00 Talia Nurlita Sari talianurss@gmail.com Ike Rahmawaty Alie ikewaty21@gmail.com Umar Islami umarislami@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> The level of physical activity in Indonesia is still low at 33.5%. The low level of physical activity in Indonesia can result in low fitness figures in Indonesia. Factors that can influence fitness levels are lung function, physical activity, and consumption of caffeinated drinks such as coffee. Indonesian people's coffee consumption figures increased from 2016 to 2019 with an average growth of 5.31%. Coffee is widely consumed because of its caffeine content which can fight drowsiness, prevent fatigue and improve fitness. The aim of this research was to determine the frequency of drinking coffee and the fitness level of 1st year male students at the Faculty of Medicine, Bandung Islamic University 2022/2023. The sample selection technique for this research used purposive sampling, with 60 research subjects. Fitness measurements in this study were carried out by measuring the VO2 Max value indirectly through the Harvard Step Test. This research uses a descriptive observational method with a cross sectional research design. The results of the analysis show that 1st year male students at the Faculty of Medicine, Bandung Islamic University 2022/2023 consume the most coffee with a light frequency of 35% and a very low fitness level of 38%.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Tingkat aktivitas fisik di Indonesia masih rendah dengan persentase 33, 5%. Rendahnya tingkat aktivitas fisik di Indonesia dapat mengakibatkan angka kebugaran di Indonesia juga rendah. Faktor yang dapat memengaruhi tingkat kebugaran adalah fungsi paru, aktivitas fisik, serta konsumsi minuman berkafein seperti kopi. Angka konsumsi kopi masyarakat Indonesia meningkat dari tahun 2016 ke 2019 dengan pertumbuhan rata-rata 5,31%. Kopi banyak dikonsumsi karena kandungan kafein yang dapat melawan kantuk, mencegah lelah, serta meningkatkan kebugaran. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran frekuensi minum kopi dan tingkat kebugaran mahasiswa laki-laki tingkat 1 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung tahun ajaran 2022/2023. Teknik pemilihan sampel penelitian ini menggunakan <em>purposive sampling</em>, dengan 60 orang subjek penelitian. Pengukuran kebugaran pada penelitian ini dilakukan dengan mengukur nilai VO2 Max secara tidak langsung melalui <em>Harvard Step Test</em>. Penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif dengan rancangan penelitian <em>cross sectional</em>. Hasil analisis menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki tingkat 1 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung tahun ajaran 2022/2023 paling banyak mengonsumsi kopi dengan frekuensi ringan 35% dan tingkat kebugaran kurang sekali 38%.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10638 Gambaran Hemodialisis dan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis di RSUD Majalaya Kabupaten Bandung Periode Januari–Juli Tahun 2023 2024-03-19T09:42:09+08:00 Syifa Nufikaputri Chuswanto syifaputrich@gmail.com Yuli Susanti yulisusanthiarmandha@gmail.com Nurul Romadhona nromadhonadr@gmail.com <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstract.</strong> Patients who undergo hemodialysis will experience a decrease in quality of life and cause patients to be forced to change their living habits. Patients who have only been undergoing hemodialysis for a long time will feel unable to accept and adapt to the changes that occur in their lives. This study aims to determine the relationship between the length and frequency of hemodialysis therapy and the quality of life in chronic kidney failure patients at the Majalaya Hospital, Bandung Regency for the period January–July 2023. This study used a cross sectional method with a sampling technique in the form of simple consecutive sampling with a sample size of 57 person. The research results showed that the duration of hemodialysis therapy was predominantly ≥ 1 year, namely 37 people (64.9%). Frequency of hemodialysis therapy 2 times/week, namely 50 people (87.7%) in Chronic kidney failure patients. Quality of life is dominant in the poor category, namely 33 people (57.9%). This is because the more frequently a patient undergoes hemodialysis, the more complications the patient will have which can reduce the patient's quality of life.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstrak.</strong> Pasien yang menjalankan hemodialisis akan mengalami penurunan kualitas hidup dan menyebabkan pasien terpaksa mengubah kebiasaan hidupnya. Pasien yang baru lama menjalani hemodialisis akan merasa belum bisa untuk menerima dan beradaptasi atas perubahan yang terjadi pada hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran antara lama dan frekuensi terapi hemodialisis dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronis di RSUD Majalaya Kabupaten Bandung periode Januari–Juli 2023. Penelitian ini menggunakan metode <em>cross sectional </em>dengan teknik pengambilan sampel berupa <em>simple consecutive sampling</em> dengan jumlah sampel sebanyak 57 orang. Hasil penelitian pada lama terapi hemodialisis dominan ≥ 1 tahun, yaitu 37 orang (64,9%). Frekuensi terapi hemodialisis 2 kali/minggu, yaitu 50 orang (87,7%) pada Kualitas hidup pasien Gagal ginjal Kronis dominan pada kategori buruk, yaitu 33 orang (57,9%) . Hal tersebut karena semakin sering pasien melakukan hemodialisis maka pada pasien akan muncul beberapa komplikasi yang dapat menurunkan kualitas hidup pasien.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10639 Gambaran Karakteristik Kanker Payudara 2024-03-19T09:42:09+08:00 Eneng Mira nengmira03@gmail.com Maya Tejasari mayatejasar4981@gmail.com Listya Hanum Siswanti listya@unisba.ac.id <p><strong>Abstract</strong>. The most common malignant disease in women is breast cancer. In the world the number of breast cancer sufferers has reached 2.3 million. The occurrence of breast cancer can be caused by several risks, including age, parity status, history of breastfeeding and use of hormonal contraception. This study aims to determine the characteristics of breast cancer patients. This research used a retrospective descriptive method which took place at Al-Ihsan Regional Hospital with 182 research subjects. Data was obtained from secondary data from medical records in the form of age characteristics, breastfeeding history, parity status and use of hormonal contraceptives. The results of the research show that the majority of breast cancer patients at Al-Ihsan Regional Hospital in 2022 are in the 46-55 year age group, namely 70 people (38.4%), 161 people have a history of breastfeeding (88.4%), parity status is mostly 2 –3 children totaling 132 people (72.5%) and using hormonal contraception as many as 155 people (85.2%). This is related to the high levels of the hormones estrogen and progesterone which influence the risk of breast cancer, thus inhibiting the tumor suppressor genes BRCA1 and BRCA2 which causes breast gland cell proliferation to increase.</p> <p><strong>​</strong><strong>Abstrak.</strong> Penyakit keganasan terbanyak pada wanita adalah kanker payudara. Di dunia jumlah penderita kanker payudara mencapai angka 2,3 juta. Terjadinya kanker payudara dapat disebakan oleh beberapa risiko, diantaranya adalah usia, status paritas, riwayat menyusui dan penggunaan kontrasepsi hormonal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien kanker payudara.&nbsp; Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif yang bertempat di RSUD Al-Ihsan dengan Subjek penelitian sebanyak 182 orang. Data diperoleh dari data sekunder rekam medis berupa karakteristik usia, riwayat menyusui, status paritas dan penggunaan kontrsepsi hormonal. Hasil penelitian menunjukan mayoritas pasien kanker payudara di RSUD Al-Ihsan tahun 2022 pada kelompok usia 46-55 tahun yaitu sebanyak 70 orang (38,4%), riwayat menyusui sebanyak 161 orang (88,4%), status paritas sebagian besar mempunyai 2–3 anak sebanyak 132 orang (72,5%) dan memakai kontrasepsi hormonal sebanyak 155 orang (85,2%).&nbsp; Hal tersebut berkaitan dengan tingginya hormon estrogen dan progesteron yang berpengaruh terhadap risiko terjadinya kanker payudara, sehingga meng-inhibisi tumor supresor gen BRCA1 dan BRCA2 yang menyebakan proliferasi sel kelenjar payudara meningkat.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10641 Analisis Perbandingan Sitomorfometrik Apusan Bukal pada Perokok dan Non Perokok 2024-03-19T09:42:08+08:00 Nadhira Siti Fauziah ndh259@gmail.com Yuktiana Kharisma yuktiana@gmail.com Abdul Hadi Hassan abdulhadihassan02@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Cigarettes contain harmful substances, mainly nicotine, tar and carbon monoxide (CO) which are also carc5inogenic.&nbsp; Chemical substances in cigarettes can cause cellular changes in the oral mucosa if exposure is repeated and occurs continuously, the high prevalence of smoking causes an increased risk of diseases such as heart problems, oral cancer, nasopharyngeal cancer, and lung cancer.&nbsp; The incidence of oral cancer in smokers can be prevented by identifying cellular changes in the oral mucosa, one of which is quantitative microscopic observation, namely cytomorphometrics. Cytomorphometrics is a technique to identify and measure cell specifications including nucleus diameter, cytoplasmic diameter, and nucleus-cytoplasmic ratio. The purpose of this study was to compare the cytomorphometrics of buccal mucosal smears between smokers and non-smokers. This study used an analytic observational method through a cross-sectional approach, involving 42 subjects who were smokers and non-smokers. Epithelial smears were made from buccal swabs and stained using papanicola staining with the intention of knowing the cytomorphometric comparison of buccal mucosal smears between smokers and non-smokers in the Bandung Islamic University (UNISBA) environment. The results showed that there was a significant cytomorphometric comparison of buccal mucosa smears in smokers and non-smokers, where the average diameter of epithelial cell nuclei was higher in active smokers compared to the average of non-smokers. On the other hand, the mean cytoplasmic diameter was lower in active smokers compared to non-smokers, and for the nucleus/cytoplasm ratio the probability value was 0.000 (p &lt; 0.05), respectively, indicating a significant difference in nucleus size and N/S ratio between smokers and non-smokers, which was higher in smokers.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Rokok mengandung zat-zat berbahaya utamanya adalah nikotin, tar dan karbon monoksida (CO) yang juga bersifat karsinogenik. Zat kimia pada rokok dapat menyebabkan perubahan seluler pada mukosa mulut jika paparan berulang dan terjadi terus menerus, tingginya prevalensi merokok menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya penyakit seperti gangguan jantung, kanker mulut, kanker nasofaring, dan kanker paru. Kejadian kanker mulut pada perokok dapat dicegah dengan mengidentifikasi perubahan seluler pada mukosa mulut salah satunya dengan pengamatan mikroskopis kuantitatif yaitu sitomorfometrik. Sitomorfometrik adalah teknik untuk mengidentifikasi dan mengukur spesifikasi sel meliputi diameter nukleus, diameter sitoplasma, dan rasio nukleus-sitoplasma. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan sitomorfometrik apusan mukosa bukal antara perokok dan non-perokok. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik melalui pendekatan cross-sectional, dengan melibatkan 42 subjek yang merupakan perokok dan non-perokok. Apusan epitel dibuat dari usap bukal dan diwarnai menggunakan pewarnaan papanicola dengan maksud untuk mengetahui perbandingan sitomorfometrik apusan mukosa bukal antara perokok dan non-perokok di lingkungan Universitas Islam Bandung (UNISBA). Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbandingan sitomorfometrik apusan mukosa bukal yang signifikan pada perokok dan non-perokok, dimana rata-rata diameter nukleus sel epitel lebih tinggi pada perokok aktif dibandingkan dengan rata-rata non-perokok. Di sisi lain, rata-rata diameter sitoplasma lebih rendah pada perokok aktif dibandingkan dengan non-perokok, dan untuk rasio perbandingan nukleus/sitoplasma&nbsp; nilai probabilitas masing-masing adalah 0,000 (p &lt; 0,05), menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam ukuran inti dan rasio N/S antara perokok dan non-perokok, yaitu lebih tinggi pada perokok.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10656 Indeks Massa Tubuh Berhubungan dengan Keseimbangan Dinamis Anak SD Mathla'ul Khoeriyah Tamansari Bandung Tahun 2023 2024-03-19T09:42:08+08:00 Silvi Rosmawati silvirosmawati5@gmail.com Cice Tresnasari ctresnasari.fk@gmail.com Siti Annisa Devi Trusda siti.anisa@unisba.ac.id <p><strong>Abstract.</strong> A child needs balance to do things like run, kick, go up and down stairs, and more. Environment, stimulation, hormonal influences, and nutrition and nutrition are some of the factors that influence child development. During a child's development, healthy food intake is very important. Children's nutritional status is a very important component in children's motor development. If children receive an unbalanced food intake, they are at risk of experiencing unbalanced nutritional disorders, which will affect the child's balance. The aim of this research is to find out whether there is a relationship between BMI and dynamic balance in children at Mathla'ul Khoeriyah Elementary School Tamansari Bandung in 2023. This research is a quantitative analytical observational study with a cross-sectional design. Sampling is carried out by technique <em>simple random sampling</em>. The population in this study were children at Mathla'ul Khoeriyah Elementary School for the 2022-2023 academic year. The total sample was 188 people aged 6- 12 years old. Univariate analysis studied Body Mass Index was measured using <em>Z-Score</em> BMI/U and Balance are measured using <em>Pediatric Balance Scale</em>. In the results of bivariate analysis using <em>Chi-square</em> earned value<em>p-value</em> 0.001. Based on the results of data analysis, it can be concluded that there is a relationship between body mass index (BMI) and dynamic balance in children at Mathla'ul Khoeriyah Elementary School, Bandung.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Seorang anak membutuhkan keseimbangan untuk melakukan hal-hal seperti berlari, menendang, naik turun tangga, dan lainnya. Lingkungan, stimulasi, pengaruh hormon, dan nutrisi dan gizi adalah beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak. Selama perkembangan anak, asupan makanan yang sehat sangat penting. Status gizi anak merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam perkembangan motorik anak. Jika anak mendapatkan asupan makanan yang tidak seimbang, mereka berisiko mengalami gangguan gizi tidak seimbang, yang akan mempengaruhi keseimbangan anak.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara IMT dan keseimbangan dinamis pada anak-anak di SD Mathla'ul Khoeriyah Tamansari Bandung pada tahun 2023. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif analitik observasional dengan desain <em>cross-sectional</em>. Pengambilan sampel dilakukan dengan Teknik <em>simple random sampling</em>. Populasi pada penelitian ini adalah anak di SD Mathla’ul Khoeriyah tahun akademik 2022-2023. Jumlah sampel sebanyak 188 orang yang berusia 6 ­– 12 tahun. Analisis univariat yang diteliti Indeks Massa Tubuh diukur menggunakan <em>Z-Score</em> IMT/U dan Keseimbangan di ukur menggunakan <em>Pediatric Balance Scale</em>. Pada hasil analisis bivariat menggunakan <em>Chi-square</em> diperoleh nilai <em>p-value</em> 0,001. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan keseimbangan dinamis pada anak SD Mathla’ul Khoeriyah Bandung.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10687 Gambaran Konsumsi Kalium dengan Derajat Depresi 2024-03-19T09:42:08+08:00 Marvella Arsan Santhias marvellarsan@gmail.com Mirasari Putri mirasari.putri@unisba.ac.id Eva Rianti Indrasari evaindrasariMD@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> This literature study gathered various previous studies to show the relationship between potassium consumption and depression levels. The results of this study showed a relationship between potassium consumption and depression levels. Depression is a feeling or mood&nbsp; disorder characterized by psychological symptoms in the form of sadness, hopelessness and biological disorders in the form of sleep disorders, loss of pleasure, loss of appetite. There are several factors that can affect the level of depression. Based on previous studies, it is explained that potassium is one of the precursors that play an important role in mood&nbsp; regulation related to depressive symptoms. Low consumption of potassium can cause decreased neurotransmitter function for pain regulation, motivation, memory, and can trigger depressive events.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Studi literatur ini mengumpulkan berbagai studi sebelumnya untuk menunjukan mengenai hubungan antara konsumsi kalium dengan tingkat depresi. Hasil studi ini menunjukkan terdapat hubungan antara konsumsi kalium tingkat depresi. Depresi merupakan gangguan perasaan atau mood yang ditandai dengan gejala psikologis berupa kesedihan, putus asa dan gangguan biologis berupa gangguan tidur, kehilangan kesenangan, kehilangan nafsu makan. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat depresi. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya dijelaskan bahwa kalium merupakan salah satu preskursor yang berperan penting dalam regulasi mood yang berkaitan dengan gejala-gejala depresi. Rendahnya konsumsi kalium dapat menyebabkan menurunnya fungsi neurotransmitter untuk pengaturan nyeri, motivasi, memori, dan dapat memicu kejadian depresi.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10688 Karakteristik Kuantitas Konten Seluler Apus Mukosa Bukal Antara Perokok dan Non Perokok 2024-03-19T09:42:08+08:00 Azlia Salsabila Rahadian Putri azliasalsabilaaz@gmail.com Yuktiana Kharisma yuktiana@gmail.com Meike Rachmawati meikerachmawati@unisba.ac.id <p><strong><span lang="IN">Abstract.</span></strong><span lang="IN"> Cigarettes are a health problem that is the main focus in Indonesia, Indonesia is still in 3rd place with the highest number of smokers in the world. The habit of consuming cigarettes can cause serious problems such as stroke, cancer and coronary heart disease. Long-term exposure to dangerous compounds in cigarettes such as tar, nicotine, bensopyrene can cause dysplasia that occurs in the mucosal epithelium of the oral cavity. This study aims to see differences in the quantity of cellular content of buccal mucosal smears between smokers and non-smokers. This research uses an analytical observational method through an approachcross sectional which was carried out on 20 people in the work environment of Bandung Islamic University. Data were obtained from the results of buccal mucosal swabs stained with dyepap smear(Pap) and observed under a light microscope. Data were analyzed using univariate and bivariate tests and tests were carried outT Independent andmann whitney. This research found that the characteristics of non-smokers were an average age of 46 years, a bachelor's degree, married with a middle income. Characteristics of smokers, the average age is 38 years, high school education, married with low income, Ujit independent get no difference in cell numbers between smokers and non-smokers, testmann whitney shows that there is a difference in the number of lymphocyte cells between the two populations with a P value of 0.009 (&lt;0.05). Smoking does not cause changes in the quantity of cellular content of the buccal mucosa, but smoking can cause chronic inflammation and lead to mutations and malignancy in buccal mucosal cells.</span></p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstrak</strong>. Rokok merupakan masalah kesehatan yang menjadi fokus utama di Indonesia, Indonesia masih menempati posisi ke 3 dengan angka perokok tertinggi di dunia. Kebiasaan mengkonsumsi rokok dapat menyebabkan masalah serius seperti stroke, kanker, dan penyakit jantung koroner. Paparan jangka panjang terhadap senyawa berbahaya dalam rokok seperti tar, nikotin, bensopiren dapat menimbulkan displasia yang terjadi pada epitel mukosa rongga mulut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kuantitas konten selular apus mukosa bukal antara perokok dan non perokok. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik melalui pendekatan <em>cross sectional</em> yang dilakukan pada 20 orang di lingkungan kerja Universitas Islam Bandung. Data diperoleh dari hasil swab mukosa bukal yang diwarnai oleh pewarna <em>papanicolaou </em>(Pap) dan diamati dibawah mikroskop cahaya. Data dianalisis dengan uji univariat dan bivariat dan dilakukan uji <em>T Independent</em> dan <em>mann whitney</em>. Penelitian ini didapatkan karakteristik non perokok berusia rata rata 46 tahun, berpendidikan S1, sudah menikah dengan penghasilan menengah. Karakteristik perokok rata-rata berusia 38 tahun, berpendidikan SMA, sudah menikah dengan pendapatan rendah, Uji <em>t independent</em> mendapatkan tidak adanya perbedaan jumlah sel antara perokok dan non perokok, uji <em>mann whitney</em> menunjukan adanya perbedaan jumlah sel linfosit antara kedua populasi dengan nilai P sebesar 0.009 (&lt;0.05). Merokok tidak menyebabkan perubahan kuantitas konten selular mukosa bukal, namun merokok dapat menyebabkan inflamasi kronis dan mengarah ke mutasi dan berujung keganasan pada sel mukosa bukal.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10693 Perbedaan Skor Domain Health Promoting Lifestyle Antar Kategori Persentase Lemak Tubuh 2024-03-19T09:42:07+08:00 Ahmad Rizki Akbar Dwiputra akbardwi9902@gmail.com Rizki Suganda Prawiradilaga rizkysuganda@gmail.com Samsudin Surialaga samsudin_dr@yahoo.co.id <p><strong>Abstract.</strong> Body fat percentage (%BF) is a primary concern in the context of health and lifestyle. Excessive body fat can lead to serious health issues and contribute to the risk of chronic diseases, while the pressure to achieve an 'ideal' body can negatively impact an individual's psychological aspects. This study aims to observe differences in the health promoting lifestyle profile-2 (HPLP-II) domains across %BF categories among students of the Faculty of Medicine. This research employed an observational analytic quantitative method with a cross-sectional approach. The study involved 96 active medical faculty students willing to measure their %BF and complete the questionnaire as inclusion criteria. Exclusion criteria included incomplete questionnaire responses and a history of congenital diseases. Sampling was done using purposive sampling technique. Body fat percentage was measured using bioimpedance analysis and categorized into low, normal, overweight, and obesity. The health-promoting lifestyle profile domains were assessed using the HPLP-II questionnaire, which includes Health Responsibility (HR), Physical Activity (PA), Nutrition (N), Spiritual Growth (SG), Interpersonal Relationship (IR), and Stress Management (SM) domains. The results were analyzed using one-way ANOVA. The study found no significant differences across %BF categories in all HPLP domains: HR (p=0.964), PA (p=0.532), N (p=0.616), SG (p=0.547), IR (p=0.547), and SM (p=0.376). The lack of significant differences in this study may be due to other factors influencing %BF, such as genetics, metabolism, and culture.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Persentase lemak tubuh (%LT) menjadi perhatian utama dalam konteks kesehatan dan gaya hidup. Lemak tubuh yang berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan serius dan berkontribusi pada risiko penyakit kronis, sementara tekanan untuk mencapai tubuh "ideal" dapat berdampak negatif pada aspek psikologis individu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan domain health promoting lifestyle profile-2 (HPLP-II) antar kategori %LT pada mahasiswa Fakultas Kedokteran. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian ini berjumlah 96 orang yang merupakan mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran, bersedia melakukan pengukuran %LT, dan bersedia mengisi kuesioner sebagai kriteria inklusi. Kriteria eksklusi penelitian ini meliputi kuesioner tidak diisi dengan lengkap dan memiliki riwayat penyakit kongenital. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Persentase lemak tubuh diukur dengan metode bioimpedance analysis dan dikategorikan menjadi rendah, normal, overweight, dan obesitas. Domain profil gaya hidup promosi kesehatan dinilai dengan menggunakan kuesioner HPLP-II yang mencakup domain Health Responsibility (HR), Physical Activity (PA), Nutrition (N), Spiritual Growth (SG), Interpersonal Relationship (IR), dan Stress Management (SM). Hasil dari penelitian dianalisis dengan menggunakan one-way ANOVA. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antar kategori %LT pada semua domain HPLP: HR (p=0,964), PA (p=0,532), N (p=0,616), SG (p=0,547), IR (p=0,547), dan SM (p=0,376). Perbedaan yang tidak signifikan pada penelitian ini mungkin terjadi karena banyak faktor lain yang mempengaruhi %LT seperti genetik, metabolisme, dan budaya.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10697 Hubungan Faktor Risiko Stroke dan Hipertensi terhadap Kejadian Demensia Vaskular 2024-03-19T09:42:06+08:00 Muhammad Ayatullah Rafsanjani Sutrisno rafsanjani2323@gmail.com Alya Tursina alya.fkunisba@gmail.com Mochammad Faisal Afif Mochyadin aa_fyf@yahoo.co.id <p><strong>Abstract.</strong> WHO states that 55 million people suffering from dementia due to the increasing number of elderly people. In Bandung, 35.3% of elderly people suffering from dementia. In a journal published by the AHA it is stated that 7-40% of stroke incidents which can result in vascular dementia. Meanwhile, in another study, it was explained around 39.1% of dementia patients suffered from hypertension. The subjects in this study were 328 data from medical records of dementia patients at Al-Ihsan Hospital in 2020-2022 which were taken using the total sampling method. This research was analytical observational cross sectional using the chi-square method. The research data processing was carried out using univariate and bivariate analysis. This research shows that vascular dementia cases account for 67.4% of all dementia cases, most widely gender was male (61.5%) and the most age was 60-64 years (23.5%). Regarding the relationship between stroke and the incidence of vascular dementia, the result was p=0.205 and odds ratio=1,352. Meanwhile, the relationship between hypertension and the incidence of vascular dementia was found to be p=0.022 and odds ratio=0,461.It was concluded there was no relationship between stroke risk factors and the incidence of vascular dementia and there was a relationship between hypertension risk factors and the incidence of vascular dementia. Modifiable risk factors, namely stroke and hypertension, only contribute to some of the risk factors for vascular dementia. Other risk factors such as education, lifestyle, duration of disease and others are needed to get better results.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> WHO menyebutkan terdapat 55 juta orang menderita demensia disebabkan oleh peningkatan jumlah lansia. Di Indonesia, terjadi peningkatan jumlah lansia yang signifikan. Di kota Bandung terdapat 35,3% lansia yang menderita demensia. Selain usia, jenis kelamin, dan faktor risiko vaskular menjadi aspek karakteristik pasien yang dapat meningkatkan angka kejadian demensia. Pada jurnal yang diterbitkan oleh AHA menyebutkan terdapat 7-40% kejadian stroke yang dapat berakibat pada kejadian demensia vaskular. Sedangkan pada penelitian lain dijelaskan bahwa sekitar 39,1% pasien demensia menderita hipertensi. Subjek pada penelitian ini berjumlah 328 data rekam medis pasien demensia di RSUD Al-Ihsan tahun 2020-2022 yang diambil menggunakan metode total sampel. Penelitian ini berbentuk observasional analitik cross sectional dengan menggunakan metode chi-square. Pengolahan data penelitian dilakukan analisis univariat dan bivariat. Penelitian ini menunjukan pada kasus demensia vaskular mencapai 67,4% dari seluruh kejadian demensia. Dari data tersebut, jenis kelamin terbanyak pada pria (61,5%) dan usia terbanyak pada 60-64 tahun (23,5%). Pada hubungan faktor risiko stroke terhadap kejadian demensia vaskular didapatkan hasil p=0,205 dan odds ratio=1,352. Sedangkan, hubungan faktor risiko hipertensi terhadap kejadian demensia vaskular didapatkan hasil p=0,022 dan odds ratio=0,461. Disimpulkan tidak terdapat hubungan faktor risiko stroke terhadap kejadian demensia vaskular dan terdapat hubungan faktor risiko hipertensi terhadap kejadian demensia vaskular. Faktor risiko modifiable yaitu stroke dan hipertensi hanya menyumbang sebagian faktor risiko demensia vaskular. Faktor risiko lain seperti pendidikan, gaya hidup, durasi penyakit dan lainnya dibutuhkan untuk mendapat hasil yang lebih maksimal.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10699 Hubungan Stres Kerja dan Kepuasan Kerja dengan Tingkat Ketidakhadiran (absenteissm) pada Karyawan di Instalasi Farmasi RSUD Syamsudin SH Kota Sukabumi 2024-03-19T09:42:06+08:00 Fani Fitriani fanifitri28@gmail.com Siska Nia Irasanti siska_drg@rocketmail.com Budiman budiman.ikm.fkunisba@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> &nbsp;&nbsp;Workplace stress occurs when the demands and pressures of a job exceed an individual's abilities and knowledge. It becomes a problem and can be caused by factors such as the type of job, individual vulnerabilities, and poor organizational work systems. Lack of job satisfaction can also be a major trigger for workplace stress. . At RSUD Syamsudin SH, a referral hospital in the city of Sukabumi, there is a high risk of workplace stress. The number of patient visits that continues to increase every year can have serious impacts, both physically and mentally, and on organizational performance.. Therefore, there is a need for attention and actions to address workplace stress in the environment of RSUD Syamsudin SH in order to minimize its negative impacts. This study aims to determine the relationship between job stress and job satisfaction with the level of absenteeism in Pharmacy Installation Employees at Syamsudin SH Hospital. The research method used was analytic observational with cross sectional research design. Total sampling technique amounted to 97 employees. In this study, the independent variable is job stress and job satisfaction and the dependent variable is absenteeism. Data analysis using one way anova. Research on 97 employees showed that most experienced moderate levels of work stress (53.60%), moderate job satisfaction (42.30%) and the highest number of absences reached 42 days. The statistical test results showed that there was a significant relationship between work stress and absenteeism (p-value=0.000&lt;0.05) and there was no significant relationship between job satisfaction and absenteeism (p-value=0.491&gt;0.05).</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Stress kerja terjadi ketika tuntutan dan tekanan pekerjaan melebihi kemampuan dan pengetahuan seseorang. Ini menjadi masalah dan dapat disebabkan oleh faktor seperti jenis pekerjaan, kerentanan individu, dan sistem kerja organisasi yang buruk. Kurangnya kepuasan kerja juga dapat menjadi pemicu utama stress kerja. RSUD Syamsudin SH, rumah sakit rujukan di Kota Sukabumi risiko tinggi terhadap stress kerja dapat terjadi. Jumlah kunjungan pasien yang terus meningkat tiap tahunnya dapat menyebabkan dampak serius, baik secara fisik, mental, maupun terhadap kinerja organisasi. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian dan tindakan untuk mengatasi stress kerja di lingkungan RSUD Syamsudin SH agar dapat meminimalkan dampak negatifnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan stress kerja dan kepuasan kerja dengan tingkat ketidakhadiran. Metode penelitian yang digunakan yaitu observasional analitik dengan rancangan penelitian <em>cross sectional</em>. Teknik pengambilan sampel total sampling berjumlah 97 karyawan. Variabel bebasnya stress kerja dan kepuasan kerja dan variabel terikatnya ketidakhadiran. Analisa data menggunakan oneway anova. &nbsp;Penelitian terhadap 97 karyawan menunjukkan sebagian besar mengalami tingkat stress kerja sedang (53.60%), kepuasan kerja sedang (42.30%) dan jumlah ketidakhadiran terbanyak mencapai 42 hari. Hasil uji statistik diperoleh adanya hubungan yang signifikan antara stres kerja dan ketidakhadiran (p-value=0.000&lt;0.05) dan tidak ada hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dan ketidakhadiran (p-value=0.491&gt;0.05). Stres kerja berhubungan dengan ketidakhadiran dan kepuasan kerja tidak berhubungan dengan ketidakhadiran.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10722 Gambaran Karakteristik Etiologi dan Penyakit Penyerta Pasien End-Stage Renal Disease yang Menjalani Hemodialisis di RS Al-Islam pada Tahun 2018–2022 2024-03-19T09:42:05+08:00 Ilhan Rakha Aryawardana hansthelastman@gmail.com Yani Triyani ytriyani87@gmail.com Sara Puspita sarapuspita@unisba.ac.id <p><strong>Abstract.</strong> In the last few decades there has been an increase in cases of chronic kidney disease (CKD). An increase in CKD cases can result in an increase in cases of end-stage renal disease (ESRD) which can be indicated by an increase in hemodialysis procedures every year. According to data from the Indonesian Renal Registry (IRR) in 2018, the number of new patients undergoing hemodialysis in West Java increased from the previous year by 50% (from 7,444 to 14,771 patients), based on this data, an analysis of the etiology and comorbidities of ESRD patients in 2018–2022 is needed. The aim of this study is to distributively describe the etiology and comorbidities of ESRD cases at Al-Islam Hospital in 2018–2022. The method used in this research is descriptive quantitative with a retrospective approach using the case series method. Samples were taken from medical records of new hemodialysis patients in 2018–2022 and there were 769 ESRD patients. The results of this study showed that there was an increase in ESRD patients by 20.4% during 2018–2022 with the main etiologies being hypertensive kidney disease (61.9%), diabetic nephropathy (19.5%), other causes (6.5%), primary glomerulopathy (4.6%), and lupus nephropathy (3.5%), while the main comorbidities were hypertension (57.0%), diabetes mellitus (16.3%), cardiovascular disease (6.5%), cerebrovascular disease (2.7%), and tuberculosis (2.2%). Conclusion, the most common etiologies during 2018–2022 were hypertensive kidney disease and diabetic nephropathy, while the most common comorbidities were hypertension and diabetes mellitus. From the results of this research, it is hoped that it can become a reference for establishing ESRD prevention programs and for conducting other research to deepen other characteristics using other methods.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Dalam beberapa dekade terakhir terjadi peningkatan kasus chronic kidney disease (CKD). Peningkatan kasus CKD dapat mengakibatkan peningkatan kasus end-stage renal disease (ESRD) yang dapat diindikasikan dengan peningkatan tindakan hemodialisis setiap tahun. Menurut data Indonesia Renal Registry (IRR) tahun 2018 jumlah pasien baru yang menjalani hemodialisis di Jawa Barat meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 50% (dari 7.444 menjadi 14.771 pasien), berdasarkan data tersebut diperlukan analisis etiologi dan penyakit penyerta pasien ESRD pada tahun 2018–2022. Tujuan penelitian ini ialah menggambarkan secara distributif etiologi dan penyakit penyerta kasus ESRD di Rumah Sakit Al-Islam pada tahun 2018–2022. Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan retrospektif menggunakan metode case series. Sampel diambil dari rekam medis pasien baru hemodialisis pada tahun 2018–2022 dan didapatkan pasien ESRD sebanyak 769 pasien. Hasil penelitian terjadi peningkatan pasien ESRD sebesar 20,4% selama tahun 2018–2022 dengan etiologi utama penyakit ginjal hipertensif (61,9%), nefropati diabetik (19,5%), penyebab lainnya (6,5%), glomerulopati primer (4,6%), dan nefropati lupus (3,5%), sementara untuk penyakit penyerta utama hipertensi (57,0%), diabetes melitus (16,3%), penyakit kardiovaskular (6,5%), penyakit serebrovaskular (2,7%), dan penyakit tuberkulosis (2,2%). Simpulan, etiologi yang paling banyak terjadi selama tahun 2018–2022 adalah penyakit ginjal hipertensif dan nefropati diabetik, sementara penyakit penyerta yang paling banyak diderita adalah hipertensi dan diabetes melitus. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan untuk pembentukan program prevensi ESRD dan penelitian untuk memperdalam karakteristik lainnya menggunakan metode lain.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10723 Perbandingan Karakteristik Pasien dan Pola Pengobatan Multi Drugs Resistance Tuberculosis di Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu Sebelum dan Saat Pandemi 2024-03-19T09:42:05+08:00 Ridwansyah Fajari Zaenudin ridwansyahfajari@gmail.com Santun Bhekti Rahimah santun@unisba.ac.id Endang Suherlan endang.suherlan@unisba.ac.id <p><strong>Abstract.</strong> Globally, Tuberculosis (TB) is a highly prevalent infectious disease. In 2020, the number of TB patients rose to 10.1 million, experiencing a subsequent 4.5% increase to 10.6 million in 2021. Meanwhile, the estimated global cases of Multi-Drug-Resistant Tuberculosis (MDR-TB) in 2021 amounted to around 450,000, indicating a 3.1% uptick from the preceding year's 437,000 cases in 2020. This research aims to discern changes in patient characteristics and MDR-TB treatment patterns at Dr. H.A. Rotinsulu Pulmonary Hospital before and during the Covid-19 pandemic. Employing a cross-sectional approach utilizing 88 medical records (44 pre-pandemic and 44 during), the study investigates patient attributes (gender, region, age) and treatment modalities (drug types, combinations). Univariate and bivariate tests, including the Chi-Square statistical test, reveal no significant differences in gender, region, age (P sequentially 1, 0.82, 0.67), and drug types, combinations (P sequentially 0.28, 0.35) pre-pandemic and during the pandemic. In conclusion, there is no observable changes in patient characteristics and treatment patterns exist before or during the pandemic. While no significant alterations manifest at the pandemic's initiation, the progression of the pandemic may unveil changes, particularly with a larger sample size and broader coverage, given the absence of modifications in the National Medical Service Guidelines.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang prevalensinya masih tinggi di dunia, pada tahun 2020 pasien penderita Tuberkulosis berjumlah 10,1 juta orang dan meningkat 4,5% pada tahun berikutnya menjadi 10,6 juta orang. Sedangkan untuk jumlah kasus Multi Drugs Resistance (MDR-TB) di dunia pada tahun 2021 diperkirakan sekitar 450.000 kasus, jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 3,1 % yang awalnya kasus berjumlah 437.000 kasus pada tahun 2020. Tujuan penelitian ini yaitu untuk uengetahui apakah ada perubahan pada karakteristik pasien dan pola pengobatan MDR-TB di RS Paru Dr.H.A Rotinsulu sebelum dan saat pandemi. Penelitian ini menggunakan pendekatan secara cross-sectional yang diambil melalui rekam medik. Data-data yang diambil berupa karakteristik pasien yaitu jenis kelamin, asal wilayah dan usia pasien dan pola pengobatan yaitu jenis obat dan jumlah kombinasi obat yang kemudian hasilnya dianalisis dengan uji univariat dan bivariat dengan uji statistik Chi-Square. Jumlah data rekam medis yang dipakai berjumlah 88 yaitu 44 rekam medis sebelum pandemi dan 44 rekam medis saat pandemi. Tidak terdapat perbedaan proporsi variabel jenis kelamin, asal wilayah maupun usia (P berturut turut 1, 0.82, 0.67) dan pada variabel jenis obat dan kombinasi obat (P berturut turut 0.28, 0.35) sebelum dan saat pandemi. Dapat disimpulkan sebelum maupun saat pandemi tidak terjadi perubahan dari karakteristik pasien dan pola pengobatan. Pada awal pandemi tidak terlihat perubahan yang signifikan salah satu faktor krusialnya adalah tidak adanya perubahan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) tetapi pada saat pandemi berlanjut kemungkinan bisa ada perubahan dengan jumlah sampel lebih banyak dan cakupan lebih luas.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10726 Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Risiko Terjadinya Obstructive Sleep Apnea (OSA) 2024-03-19T09:42:05+08:00 Rizky Agung Maulana rizkiwagung19@gmail.com Nuzirwan Acang n.acang@yahoo.co.id Widhy Yudistira widhyyudsitira@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Obstructive sleep apnea (OSA) is an increasingly common breathing disorder during sleep. Other common symptoms include excessive daytime sleepiness, fatigue, decreased sleep quality, nocturia, morning headaches, irritability, and memory loss. One of the risk factors for OSA is obesity, with a body mass index (BMI) of more than 25 kg/m2. Increased fat deposits in the throat area or visceral obesity can be one of the causes of narrowing of the upper airway. Medical faculty students have demanding schedules that result in their busy physical activities decreasing, and poor diet can cause weight gain in students, especially in the first academic year. This research uses an analytical, quantitative observational design with a survey research analysis design. In this research, two data were used, namely univariate and bivariate analysis. The high risk of OSA, in this study, only occurred in the group of subjects with a fat and obese BMI. The obese BMI group had a high risk of OSA, namely 4 people (57.1%), while the obese BMI group was 7 people (26.9%). The P value in this study is 0.0001. This value means that there is a significant relationship between body mass index and the risk of obstructive sleep apnea. Further research needs to be carried out regarding the relationship between OSA risk factors and the incidence of OSA in students involving age, gender, smoking behavior, sleep quality, BMI, abdominal circumference and neck circumference using a larger number of respondents and different research methods.</p> <p><strong>Abstrak. </strong><em>Obstructive sleep apnea</em> (OSA) salah satu gangguan pernapasan pada saat kondisi tidur yang semakin umum. Gejala umum lain seperti merasakan kantuk berlebihan di siang hari, kelelahan, kualitas tidur yang menurun, nokturia, sakit kepala di pagi hari, mudah marah, dan mudah lupa ingatan. Salah satu faktor risiko OSA adalah obesitas, dengan indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 25 kg/m2. Peningkatan timbunan lemak di daerah tenggorokan atau obesitas visceral bisa menjadi salah satu penyebab penyempitan saluran napas bagian atas. Mahasiswa fakultas kedokteran memiliki tuntutan jadwal yang sibuk akibatnya aktifitas fisik mereka berkurang, dan pola makan yang buruk dapat menyebabkan terjadinya peningkatan berat badan pada mahasiwa, khususnya pada tahun akademik pertama. Penelitian ini menggunakan rancangan observational analitik, kuantitatif dengan desain penelitian survey Pada penelitian ini dilakukan dua analisis data yaitu analisis univariat dan bivariat. Risiko tinggi OSA, pada penelitian ini hanya terjadi pada kelompok subjek dengan IMT gemuk dan obesitas. Kelompok IMT obesitas memiliki jumlah risiko OSA yang tinggi, yaitu sebanyak 4 orang (57,1%), sedangkan IMT gemuk sebanyak 7 orang (26,9%). Nilai P pada penelitian ini, yaitu 0,0001. Nilai tersebut memiliki arti bahwa terdapat hubungan signifikan antara indeks masa tubuh dan risiko terjadinya <em>obstructive sleep apnea</em>. perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan faktor risiko OSA dengan kejadian OSA pada mahasiswa dengan melibatkan faktor usia, jenis kelamin, perilaku merokok, kualitas tidur, IMT, lingkar perut, dan lingkar leher menggunakan responden yang lebih besar dan metode penelitian yang berbeda.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10754 Hubungan Berat Badan Lahir Rendah dengan Kejadian Stunting pada Balita di Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat 2024-03-19T09:37:47+08:00 Dinda Syafira Agitha dindasyafiraagitha@gmail.com Santun Bhekti Rahimah santunbr94@gmail.com Dicky Santosa dickysantosa@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> A baby's birth weight is the first weight recorded after birth, ideally &nbsp;measured in the first hours after birth. Low Birth Weight (LBW) is a birth weight of less than 2500 grams or 5.5 pounds. Low birth weight is a risk factor for stunting. Stunting is a growth and development disorder experienced by children due to poor nutrition. Children are said to be stunted if their height at their age is less than -2 standard deviations on the WHO child growth curve. The percentage of stunted toddlers in West Bandung Regency in 2021 will reach 11.85%. The aim of this research is to determine the relationship between low birth weight and stunting. The research was conducted at the Padalarang District Health Center, West Bandung Regency in 2023. This research was an analytical observational study using the case-control method. The variables in this study are birth weight as the independent variable and stunting as the dependent variable. The number of research subjects was 118 children under five which were determined using the purposive sampling method. This research shows that the majority of children under five in Padalarang District, West Bandung, are girls (55.1%) with the majority aged 24 to 60 months. The results of research on children under five in Padalarang District, West Bandung showed that more children with LBW experienced stunting than those without stunting (7.6%:2.5%). The results of this study show that there is a relationship (p-value &lt; 0.05) between low birth weight and the incidence of stunting in toddlers in Padalarang District, West Bandung. Insufficient energy intake in babies affects the baby's growth and development, making it a risk factor for stunting.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Berat lahir bayi merupakan berat badan pertama yang dicatat setelah lahir, idealnya diukur dalam jam-jam pertama setelah lahir. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah berat lahir yang kurang dari 2500 gram atau 5,5 pon. Berat badan lahir rendah merupakan faktor risiko dari <em>stunting. S</em><em>tunting</em> merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak karena gizi buruk. Anak-anak disebut <em>stunting</em> apabila tinggi badan pada usianya kurang dari -2 standar deviasi pada kurva pertumbuhan anak WHO. Persentase balita <em>stunting</em> di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2021 mencapai angka 11,85%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan berat badan lahir rendah dengan <em>stunting</em>. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2023. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode <em>case control</em>. Variabel dalam penelitian ini adalah berat badan lahir sebagai variabel bebas dan stunting sebagai variabel terikat. Jumlah subjek penelitian sebanyak 118 orang anak balita yang ditentukan dengan metode <em>purposive</em><em> sampling</em>. Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas anak balita di Kecamatan Padalarang, Bandung Barat, perempuan (55.1%) dengan sebagian besar berusia 24 sampai 60 bulan. Hasil penelitian pada anak balita di Kecamatan Padalarang, Bandung Barat menunjukkan bahwa balita dengan BBLR lebih banyak yang mengalami stunting dari pada tidak stunting (7.6%:2.5%). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan (<em>p-value </em>&lt; 0,05) antara berat badan lahir rendah dengan kejadian stunting pada balita di Kecamatan Padalarang Bandung Barat. Asupan energi yang tidak memenuhi pada bayi mempengaruhi tumbuh kembang bayi sehingga menjadi salah satu faktor risiko stunting.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10758 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Tingkat Kebugaran Jasmani pada Lansia di Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu 2024-03-19T09:37:46+08:00 Silvia Putri Damayanti silviaputd@gmail.com Ieva Baniasih Akbar ieva.b.akbar@gmail.com Eka Hendryanny eka_hendryanny@gmail.com <p><strong>Abstract. </strong>Elderly people are people aged 65 years and over, which is the age at which a person can be considered an adult. As age increases, physical condition will definitely decline, and one of the factors that can influence this is physical fitness. Physical fitness is the body's ability to adapt to activities. physically and remain comfortable without experiencing excessive fatigue. The habit of smoking can affect the physical condition and physical fitness of the elderly. This study aims to determine the relationship between smoking habits and physical fitness levels in the elderly in Sliyeg District, Indramayu Regency. This research is a quantitative analysis with a cross sectional research design. In the research, it was found that 84% of elderly people with a fitness level had a moderate smoking habit of 67%. The Chi-Square test result was 0.301. This shows that there is no significant relationship between smoking habits and the level of physical fitness in the elderly in Sliyeg District, Indramayu Regency. Physical fitness can be influenced by various factors such as age, gender, genetics, food consumption, and smoking.</p> <p><strong>Abstrak</strong><strong>. </strong>Lanjut usia yaitu orang yang sudah berusia 65 tahun keatas, yaitu usia dimana seseorang dapat dianggap dewasa.Seiring bertambahnya usia, kondisi fisik pasti akan menurun, dan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi yaitu kebugugaran jasmani.Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan diri dengan aktivitas fisik dan tetap nyaman tanpa mengalami kelelahan yang berlebiha.Kebiasaan merokok dapat mempengaruhi kondisi fisik dan kebugaran jasmani pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan tingkat kebugaran jasmani pada lansia di Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu. Penelitian ini merupakan analisis kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Pada penelitian didapatkan lansia dengan tingkat kebugaran kurang sebanyak 84% kebiasaan merokok sedang sebanyak 67%. Hasil uji Chi-Square didapatkan 0.301. Hal ini menunjukan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan tingkat kebugaran jasmani pada lansia di Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu. Kebugaran jasmani dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, genetika, konsumsi makanan, dan merokok.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10765 Hubungan Tingkat Stres dengan Kecenderungan Mengonsumsi Alkohol pada Mahasiswa Universitas Swasta di Kecamatan Bandung Wetan 2024-03-19T09:37:46+08:00 Dimas Satrio Aji dimasatrioaji@gmail.com Usep Abdullah Husin usep.abdullah@unisba.ac.id Santun Bhekti Rahimah santun@unisba.ac.id <p><strong>Abstract.</strong> This literature study gathered previous studies to show the relationship between stress levels and alcohol tendencies. The results of this study showed a relationship between stress levels and the tendency to consume alcohol. Previous studies have revealed stress levels to be one of the factors in a person having a tendency to consume alcohol. That is, someone with a tendency to consume alcohol has a higher level of stress compared to people without a tendency to consume alcohol. This stress level has a role in lowering the neurotransmitter in the form of dopamine. Dopamine is what makes a sense of pleasure and calm so that a person becomes more confident.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Studi literatur ini mengumpulkan berbagai studi sebelumnya untuk menunjukan mengenai hubungan tingkat stres dengan kecenderungan mengosumi alkohol. Hasil studi ini menunjukkan adanya hubungan tingkat stres dengan kecenderungan mengonsumsi alkohol. Penelitian-penelitian sebelumnya mengungkapkan tingkat stres menjadi salah satu faktor seseorang memiliki kecenderungan mengonsumsi alkohol. Artinya, seseorang dengan kecenderungan mengonsumsi alkohol memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang tanpa kecederungan mengonsumsi alkohol. Tingkat stres ini memiliki peran dalam menurunkan <em>neurotransmitter</em> berupa dopamin<em>. </em>Dopamin inilah yang membuat rasa senang dan tenang sehingga seseorang menjadi lebih percaya diri.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10771 Perbandingan Efektivitas Antibakteri Ekstrak Air Kopi Arabika dengan Ekstrak Air Teh Hitam terhadap Kultur Bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) ATCC© 33591™ Secara Eksperimental in Vitro 2024-03-19T09:37:46+08:00 Rizky Alifian Ramadhan alifianrrizky22@gmail.com Hendro Sudjono Yuwono hsyabc47@gmail.com Meike Rachmawati meikerachmawati@unisba.ac.id <p><strong>Abstract.</strong> &nbsp;S. aureus infections often occur in a community or hospital environment and management is still difficult due to the emergence of strains that are resistant to many antibiotics such as Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Herbal medicine is an alternative treatment that is often used, including Arabica Coffee (Coffea Arabica) and black tea (Camelia Sinensis). Arabica coffee and black Tea contain polyphenols known as caffeine, chlorogenic acid and catechins. The catechins in black tea, namely epigallocatechin gallate (EGCG) and chlorogenic acid in coffee, have been proven to have antibacterial power against gram-positive bacteria. In gram-positive bacteria, EGCG and chlorogenic acid are able to inhibit the synthesis of the bacterial wall. This research used an experimental in vitro study with the method used by Kirby Bauer disc diffusion with 5 samples, Arabica coffee water extract and black tea water extract in two concentrations, 50% and 100% as treatment, and the antibiotic Vancomycin with a concentration of 100% as a positive control. The research results showed that Arabica coffee water extract had an average zone of inhibition, at a concentration of 100% (14.2 mm) and a concentration of 50% (9.7 mm) with a probability value (p-value) of 0.009 (p≤0, 01), while an inhibition zone was found in black tea water extract at a concentration of 100% (16.2 mm) and a concentration of 50% (11.5 mm) with a probability value (p-value) of 0.009 (p≤0.01) against Methicillin-resistant S. aureus. In conclusion, the inhibitory power of Black Tea water extract is stronger than that of Arabica coffee water extract against Methicillin-resistant Staphylococcus aureus bacteria.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Infeksi S. aureus sering terjadi pada suatu komunitas atau lingkungan rumah sakit dan untuk pengelolaannya menjadi sulit karena munculnya strain yang resisten terhadap banyak obat antibiotik seperti <em>Methicillin-resistant Staphylococcus </em><em>a</em><em>ureus (MRSA). </em>Obat herbal merupakan salah satu pengobatan alternatif yang sering dipergunakan, diantaranya terdapat kopi Arabika (<em>Coffea Arabika) </em>dan teh hitam (<em>Camelia Sinensis</em>). Kopi arabika dan teh hitam memiliki kandungan polifenol yang dikenal sebagai kafein, asam klorogenat dan katekin. Katekin pada teh hitam yaitu epigallocatechin gallat (EGCG) dan asam klorogenat pada kopi terbukti memiliki daya antibakteri terhadap bakteri gram positif. Pada bakteri gram positif EGCG dan asam klorogenat mampu menghambat sintesis dari dinding bakteri. Penelitian ini menggunakan studi eksperimental in vitro dengan metode yang digunakan <em>disc diffusion Kirby Bauer</em> dengan 5 sampel, yakni ekstrak air kopi Arabika dan ekstrak air teh hitam dalam dua konsentrasi yaitu 50% dan 100% sebagai perlakuan, dan antibiotik Vancomycin degan konsentrasi 100% sebagai kontrol positif. Hasil penelitian didapatkan ekstrak air kopi Arabika memiliki rata-rata zona inhibisi yaitu pada konsentrasi 100%, (14,2 mm) dan konsentrasi 50% (9,7 mm) dengan nilai probabilitas <em>(p-value)</em> sebesar 0,009 (p≤0,01), sedangkan ditemukan zona inhibisi pada ekstrak air teh hitam pada konsentrasi 100%, (16,2 mm) dan konsentrasi 50% (11,5 mm) dengan nilai probabilitas <em>(p-value)</em> sebesar 0,009 (p≤0,01) terhadap <em>Methicillin-resistant S. aureus. </em>Kesimpulannya, bahwa daya hambat ekstrak air Teh Hitam lebih kuat dibandingkan dengan ekstrak air kopi Arabika terhadap bakteri <em>Methicillin-resistant Staphylococcus aureus.</em></p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10775 Gambaran Karakteristik Ibu Hamil pada Kejadian Preeklamsia Awitan Dini dan Preeklamsia Awitan Lambat di Rumah Sakit Al-Ihsan Kabupaten Bandung 2022 2024-03-19T09:37:46+08:00 Azhari Fadhilah azharifadhilah12@gmail.com Jusuf Sulaeman Effendi jusufse@yahoo.com Susanti Dharmmika susantidharmmika@yahoo.com <p><strong>Abstract.</strong> Preeclampsia is a disorder of uncontrolled high blood pressure (hypertension) in pregnant women after the 20th week and is accompanied by protein in the urine (proteinuria). Risk factors for preeclampsia include age &lt;20 years and &gt;35 years, parity (primigravida and grandemultigravida), and pregnancy interval &lt;2 years. This study aims to determine the characteristics of pregnant women (age, parity and pregnancy interval) in the incidence of early and late onset preeclampsia at Al Ihsan Hospital, Bandung Regency in 2022. This research method is descriptive with a cross-sectional approach. Data was taken using a total sampling technique from the medical records of 194 pregnant women studied, there were 63 (32.5%) early onset preeclampsia, 131 (67.5%) late onset preeclampsia. In early onset preeclampsia aged &lt;20 years 12 (19%), aged 21-35 years 36 (57.1%), and pregnant women aged &gt;35 years 15 (23.8%). For late onset preeclampsia aged &lt; 20 years 1 (0.8%), aged 21-35 years 75 (57.3%), and pregnant women aged &gt; 35 years 55 (42%). Early onset preeclampsia in primigravida 22 (34.9%), multigravida 34 (54%), and grandemultigravida 7 (11.1%). In late onset preeclampsia, the parity was primigravida 12 (9.2%), multigravida 107 (81.7%), and grandemultigravida 12 (9.2%). The distribution of pregnancy intervals in early onset preeclampsia showed that pregnancy intervals were &lt; 2 years 36 (57.1%) and &gt; 2 years 27 (42.9%). Meanwhile, for late onset preeclampsia, the pregnancy interval was &lt; 2 years 51 (38.9%) and &gt; 2 years 80 (61.1%).</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Preeklamsia merupakan gangguan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol pada ibu hamil setelah minggu ke- 20 dan disertai protein pada urin (proteinuria). Faktor risiko pada preeklamsia antara lain usia &lt;20 tahun dan &gt;35 tahun, paritas (<em>primigravida </em>dan <em>grandemultigravida</em>), dan interval kehamilan &lt; 2 tahun. Penelitian ini&nbsp; bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu hamil (usia, paritas, dan interval kehamilan) pada kejadian preeklamsia awitan dini dan lambat di Rumah Sakit Al Ihsan Kabupaten Bandung tahun 2022. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Data diambil dengan teknik <em>total sampling</em> dari rekam medis sebanyak 194 ibu hamil yang diteliti, terdapat 63 (32,5%) preeklampsia awitan dini, 131 (67,5%) preeklamsia awitan lambat. Pada preeklamsia awitan dini yang berusia &lt; 20 tahun 12 (19%), usia 21-35 tahun 36 (57,1%), dan ibu hamil berusia &gt;35 tahun 15 (23,8%). Untuk preeklamsia awitan lambat berusia &lt; 20 tahun 1 (0,8%), usia 21-35 tahun 75 (57,3%), dan ibu hamil berusia &gt; 35 tahun 55 (42%). Preeklamsia awitan dini pada paritas primigravida 22 (34,9%), multigravida 34 (54%), dan grandemultigravida 7 (11,1%). Pada preeklamsia awitan lanjut paritas primigravida 12 (9,2%), multigravida 107 (81,7%), dan grandemultigravida 12 (9,2%). Distribusi interval kehamilan pada preeklamsia awitan dini didapatkan interval kehamilan &lt; 2 tahun 36 (57,1%) dan &gt; 2 tahun 27 (42,9%). Sedangkan untuk preeklamsia awitan lambat, interval kehamilan &lt; 2 tahun 51 (38,9%) dan &gt; 2 tahun 80 (61,1%).</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10847 Hubungan Derajat Merokok dengan Gambaran Manifestasi Inflamasi Kronik pada Rongga Mulut Perokok 2024-03-19T09:37:45+08:00 Raissa Khais Azmi raissakhaisazmii@gmail.com Yuktiana Kharisma Yuktiana@gmail.com Meta Maulida Damayanti Meta.fkunisba@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Smoking is a major health problem that is considered the leading cause of preventable death in many countries. Tooth loss, periodontal disease, oral soft tissue changes, excessive tooth wear, halitosis, implant failure, oropharyngeal cancer, stomatitis, gingivitis, and dental caries are some of the negative effects on oral health that smoking can cause. Aim of this study was to determine how the degree of smoking correlates with symptoms of chronic inflammation in the oral cavity of people who smoke. This research was designed quantitatively using a cross-sectional approach. Focus of the research is young adults who actively smoke who work at the Bandung Islamic University (UNISBA) in 2023. The total number of respondents for this research is 60 respondents. The instrument used is a questionnaire that shows the degree of smoking and signs of chronic inflammation. Data obtained were analyzed using the Pearson correlation test. Results of this study show that among young adult active smokers working at Bandung Islamic University, there is a significant correlation between the degree of smoking and dental caries (respectively p=0.015 and p=0.002), but there is no correlation between stomatitis (p=0.152). Conclusion of this study is that chronic inflammatory manifestations of dental caries and gingivitis are associated with the degree of smoking. Cigarette smoke remaining in the mouth for a long time reduces the amount of saliva, making the oral cavity and teeth more susceptible to caries. In addition, cigarette ingredients can affect the connective tissue and gingival epithelium, increasing the likelihood of gingivitis.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Kebiasaan merokok adalah masalah kesehatan utama yang dianggap sebagai penyebab utama kematian yang dapat dicegah di berbagai negara. Kehilangan gigi, penyakit periodontal, perubahan jaringan lunak oral, keausan gigi yang berlebihan, halitosis, kegagalan implan, kanker orofaringeal, stomatitis, gingivitas, dan karies gigi adalah beberapa efek negatif pada kesehatan mulut yang dapat disebabkan oleh kebiasaan merokok.&nbsp; Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana derajat merokok berkorelasi dengan gejala inflamasi kronis pada rongga mulut orang yang merokok. Penelitian ini dirancang secara kuantitatif dengan menggunakan pendekatan <em>cross-sectional</em>. Fokus penelitian adalah orang dewasa muda yang aktif merokok yang bekerja di Universitas Islam Bandung (UNISBA) pada tahun 2023. Jumlah total responden penelitian ini 60 responden. Instrument yang digunakan adalah kuesioner yang menunjukkan derajat merokok serta tanda inflamasi kronik. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada individu perokok aktif dewasa muda tenaga kerja di Universitas Islam Bandung, terdapat korelasi signifikan antara derajat merokok dan karies gigi (berturut-turut p=0,015 dan p=0,002), tetapi tidak ada korelasi antara stomatitis (p=0,152). Simpulan dari penelitian ini, manifestasi inflamasi kronik karies gigi dan gingivitis dikaitkan dengan derajat merokok. Asap rokok menetap di mulut selama waktu yang lama mengurangi jumlah saliva, membuat rongga mulut dan gigi lebih rentan terhadap karies. Selain itu, kandungan rokok dapat mempengaruhi jaringan ikat dan epitel gingiva, meningkatkan kemungkinan gingivitis.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10852 Gambaran Tingkat Stres dan Gejala Sindrom Pramenstruasi pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran 2024-03-19T09:37:45+08:00 Aisha Nadhira anadhira82@gmail.com Yuniarti candytone26@gmail.com Winni Maharani Mauliani winnimd@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Premenstrual syndrome is a condition that includes several physical and psychological symptoms and occurs before the menstrual phase. This condition occurs in women, especially during the reproductive age. The prevalence of premenstrual syndrome is in the age range of 16-45 years, and in Indonesia, around 85% of adolescents in the total reproductive age population experience premenstrual syndrome. One of the factors influencing premenstrual syndrome symptoms is the level of stress. The aim of this study is to determine the level of stress and premenstrual syndrome symptoms in female students at the Faculty of Medicine, Islamic University of Bandung. This research uses a descriptive method. The data subjects are female students of the Faculty of Medicine, Islamic University of Bandung, in the 1st-3rd year of the 2022-2023 academic year, with a total of 102 respondents. Data were obtained from the completion of questionnaires for stress levels and premenstrual syndrome symptoms. Data analysis used univariate tests. The results of this study show that 59 students (58%) experience moderate stress levels, and 50 students (85%) have premenstrual syndrome symptoms. The high level of activity and academic burden on medical students results in an increasingly severe level of stress experienced.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Sindrom pramenstruasi merupakan suatu kondisi yang&nbsp; meliputi beberapa gejala fisik dan psikologis dan terjadi sebelum fase menstruasi. Kondisi ini terjadi pada perempuan terutama pada usia produktif. Prevalensi kejadian sindrom pramenstruasi ini berada pada usia 16-45 tahun dan di Indonesia sekitar 85% remaja dari total populasi usia reproduksi mengalami sindrom pramenstruasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi gejala sindrom pramenstruasi adalah tingkat stres. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat stres dan gejala sindrom pramenstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Subjek data adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung tingkat 1-3 tahun ajaran 2022-2023 dengan jumlah responden 102 orang. Data diperoleh dari pengisian kuesioner untuk tingkat stres dan gejala sindrom pramenstruasi<strong>. </strong>Analisis data menggunakan uji univariat<em>. </em>Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebanyak 59 mahasiswi (58%) mengalami tingkat stres sedang dan 50 mahasiswi (85%) memiliki gejala sindrom pramenstruasi yang berat. Tingginya aktivitas dan beban akademik pada mahasiswi kedokteran mengakibatkan tingkat stres yang dialami semakin berat.</p> <p>&nbsp;</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10862 Hubungan Flat Foot dengan Keseimbangan Dinamis pada Siswa Sekolah Dasar Mathla’ul Khoeriyah Bandung Tahun 2023 2024-03-19T09:37:45+08:00 Arishal Prambudi Hikmatiar rishal2391@gmail.com Cice Tresnasari rishal2391@gmail.com Widayanti rishal2391@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> The ability to maintain a balanced body position both at rest and during movement is known as balance. Flat feet are one of the factors that can disrupt balance. This study aims to analyze whether there is a relationship between flat feet and dynamic balance in students at Mathla'ul Khoeriyah Elementary School in Bandung in 2023. This research uses an observational analytical method with a cross-sectional approach. The sampling method is stratified random sampling with a probability sampling technique. The sample size that meets the inclusion criteria is 184 individuals. The research instruments used to identify flat feet are the Clarke angle, while the Beam Balance Test is used for dynamic balance measurement. Chi-square test is utilized for data analysis. The chi-square test results show values (p: 0.786) p&gt;0.05 for dynamic balance. These results indicate that there is no relationship between flat feet and dynamic balance in students at Mathla'ul Khoeriyah Elementary School in Bandung in 2023.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh yang seimbang baik saat diam maupun saat bergerak dikenal dengan istilah keseimbangan. Flat foot merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terganggunya keseimbangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah terdapat hubungan flat foot dengan keseimbangan dinamis pada Siswa Sekolah Dasar Mathla’ul Khoeriyah Bandung Tahun 2023. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Cara mengambilan sampel adalah dengan teknik probability sampling jenis stratified random sampling. Jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 184 orang dengan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi flat foot adalah Clarke angel, dan untuk mengukur keseimbangan dinamis menggunakan Beam Balance Test. Uji ¬chi-square digunakan untuk analisis data penelitian. Uji chi-square menunjukan hasil nilai (p:0,786) p&gt;0,05 untuk keseimbangan dinamis, hasil ini menunjukan tidak terdapat hubungan antara flat foot dengan keseimbangan dinamis pada Siswa Sekolah Dasar Mathla’ul Khoeriyah Bandung Tahun 2023.</p> <p><em>&nbsp;</em></p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10868 Pola Asuh dan Kejadian Balita Stunting di Puskesmas Lelea Kabupaten Indramayu 2024-03-19T09:37:44+08:00 Delfian Rahmat Aditia delfianrahmataditia2860@gmail.com Zulmansyah juvarikhy@gmail.com Herry Garna herrygarna@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Stunting is a condition where the physical height or body length of a toddler is not appropriate compared to his/her peers with a score of less than -2SD. In West Java, the prevalence of stunting is 31.1%. Internal factors causing stunting are maternal and toddler nutritional intake, health status, parenting style, food quality and maternal employment. External factors are health services and parenting patterns for toddlers. Parenting is the behavior of parents in guiding them to provide love, attention and support for the development and growth of toddlers. Workers are classified based on the duration of work in one week, workers who work more than 35 hours/8 hours a day in one week are referred to as full-time workers. Workers who work less than 35 hours in 1 week are referred to as incomplete workers. This study aims to analyze the relationship between parenting patterns of full-time working mothers and the incidence of stunting in toddlers at the Lelea Community Health Center, Indramayu Regency.</p> <p><strong>Abstrak. </strong><em>Stunting </em>merupakan keadaan fisik tingi atau panjang tubuh balita tidak sesuai dibanding dengan usia sebayanya dengan <em>score</em> kurang dari -2SD, di Jawa Barat prevalensi <em>stunting</em> 31,1%. Faktor penyebab <em>stunting</em> faktor internal adalah asupan gizi ibu dan balita, status kesehatan, pola asuh, kualitas pangan dam pekerjaan ibu. Faktor eksternal adalah pelayanan kesehatan dan pola asuh balita. Pola asuh merupakan perilaku orangtua dalam membimbing memberikan kasih sayang, perhatian, serta sokongan untuk perkembangan dan pertumbuhan balita. Pekerja diklasifikasikan berdasarkan durasi kerjanya dalam satu minggu, pekerja yang bekerja lebih dari 35 jam/ 8 jam sehari dalam satu minggu disebut sebagai pekerja penuh waktu. Pekerja yang bekerja kurang dari 35 jam dalam 1 minggu disebut sebagai pekerja tidak penuh. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan pola asuh ibu pekerja penuh waktu dengan kejadian balita <em>stunting</em> di Puskesmas Lelea Kabupaten Indramayu.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10869 Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Cleaning Service dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Universitas Islam Bandung 2024-03-19T09:37:44+08:00 Destri Ramadhani destriramadhani14@gmail.com Caecielia Makaginsar caecielia@gmail.com Raden Kince Sakinah kince.rkanata@gmail.com <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstract.</strong> Lack of knowledge and attitudes regarding the use of Personal Protective Equipment (PPE) among cleaning service officers regarding dangers such as chemical, physical, ergonomic and psychosocial hazards, this endangers cleaning service officers who do not use PPE in accordance with Standard Operating Procedures (SOP), so it is one of the causal factors occurrance of occupational diseases. The aim of this research is to find out the knowledge, attitudes and behavior of cleaning service officers in using PPE at Unisba. This research was conducted using analytical observational methods with a cross sectional approach. The sample for this research was cleaning service officers who worked at Bandung Islamic University. The sampling technique in this research was total sampling with a sample size of 37 people. Data was taken by filling out a questionnaire by respondents. Data analysis using the Spearman correlation test. The results of the univariate analysis showed that 29 people (78.4%) had good knowledge, 16 people (43.2%) slept quite well and 16 people had good behavior (43.2%).</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstrak.</strong> Kurangnya pengetahuan dan sikap tentang penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada petugas <em>c</em><em>leaning </em><em>s</em><em>ervice</em> terhadap bahaya hazard seperti bahaya zat kimia, fisika, ergonomis, dan psikososial, hal tersebut membahayakan petugas <em>cleaning service</em> yang tidak menggunakan APD sesuai dengan <em>standar operasional prosedur</em> (SOP), sehingga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit akibat kerja. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan, sikap, dan perilaku petugas <em>cleaning service</em> dalam penggunaan APD di Unisba.&nbsp; Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan <em>cross sectional</em>. Sampel penelitian ini adalah petugas <em>cleaning service</em> yang bekerja di Universitas Islam Bandung. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling dengan jumlah sampel adalah 37 orang. Data diambil dengan pengisian kuesioner oleh responden. Analisis data dilakukan dengan uji korelasi <em>Spearman</em>. Hasil analisis menunjukan bahwa responden yang berpengetahuan baik sebanyak 29 orang (78,4%), bersikap cukup baik sebanyak 16 orang (43,2%) dan yang berperilaku baik sebanyak 16 orang (43,2%). Kesimpulan penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap berhubungan dengan perilaku penggunaan APD pada petugas <em>cleaning service</em> di Unisba.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10880 Perbandingan Efek Antibakteri Ekstrak Air Kopi Arabika dengan Ekstrak Air Dark Chocolate pada Kultur Bakteri Methicillin – Resistant Staphylococcus Aureus 2024-03-19T09:37:44+08:00 Rifira Hanifah rifirahanifah@gmail.com Hendro Sudjono Yuwono hsyabc47@gmail.com Rizki Perdana rizkifkunisba@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> The emergence of new strains of Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) has led to the need for alternative antibiotics, one of which comes from natural ingredients, namely arabica coffee and dark chocolate, which are known to have ingredients that act as antibacterials. The aim of the study was to compare the inhibition zone of arabica coffee water extract with dark chocolate water extract against MRSA bacteria. The method used was Kirby-Bauer disc diffusion consisting of treatment groups of arabica coffee water extract with concentrations of 50% and 100%, dark chocolate water extract with concentrations of 50% and 100%, positive control (vancomsin), and negative control distilled water. This study was conducted at the Microbiology Laboratory of the Faculty of Medicine, Padjadjaran University (FK Unpad) from October 2022 to December 2023. Data processing using ANOVA (Analysis of Variance) Post Hoc Games-Howell test with IBM SPSS 26 statistical application. The results showed that the average value of the largest inhibition zone was found in the positive control vancomycin which was 21.75 mm, then 100% arabica coffee extract which was 14.25 mm, 50% arabica coffee extract which was 9.75 mm. The 50% and 100% concentrations of dark chocolate aqueous extract did not form an inhibition zone, equivalent to the negative control. It is concluded that 50% and 100% arabica coffee water extracts have inhibitory ability while 50% and 100% dark chocolate water extracts do not have inhibitory ability.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> kemunculan galur baru Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) membuat dibutuhkannya alternatif antibiotik lain, salah satunya berasal dari bahan alam yaitu kopi arabika dan dark chocolate yang diketahui memiliki kandungan yang berperan sebagai antibakteri. Tujuan penelitian adalah membandingkan zona hambat ekstrak air kopi arabika dengan ekstrak air dark chocolate terhadap bakteri MRSA. Metode yang digunakan adalah difusi cakram kirby-Bauer yang terdiri dari kelompok perlakuan ekstrak air kopi arabika dengan konsentrasi 50% dan 100%, ekstrak air dark chocolate dengan konsetrasi 50% dan 100%, kontrol positif (vankomsin), dan kontrol negatif akuades. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad) pada bulan oktober 2022 sampai desember 2023. Pengolahan data menggunakan Uji ANOVA (Analysis of Variance) Post Hoc Games-Howell dengan aplikasi statistik. Hasil penelitian menunjukan rerata nilai zona hambat terbesar terdapat pada kontrol positif vankomisin yaitu 21,75 mm, kemudian ekstrak kopi arabika 100% yaitu 14.25 mm, ekstrak kopi arabika 50% yaitu 9.75 mm. Pada ekstrak air dark chocolate konsentrasi 50% dan 100% tidak terbentuk zona hambat, setara dengan kontrol negatif. Simpulan ekstrak air kopi arabika 50% dan 100% memiliki kemampuan daya hambat sedangkan ekstrak air dark chocolate 50% dan 100% tidak memiliki kemampuan daya hambat.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10889 Gambaran Kualitas Tidur pada Siswa Kelas X di SMA Negeri 2 Ciamis 2024-03-19T09:37:43+08:00 Hurrinazilla Awalia hurrinazilla70@gmail.com M. Nurhalim Shahib nurhalim@biochem.fk.unpad.ac.id Winni Maharani Mauliani winni@unisba.ac.id <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstract.</strong> The importance of good sleep quality for high school students is crucial, enabling them to focus during learning activities. However, various factors, such as environmental, psychosocial, and lifestyle factors, can influence the sleep quality of students, leading to shorter sleep durations. This study aims to assess the sleep quality among 10th-grade students at SMA Negeri 2 Ciamis. The research adopts a quantitative descriptive design with a cross-sectional approach, conducted at SMA Negeri 2 Ciamis. The population consists of 71 10th-grade students, and random sampling is employed as the sampling technique. Data collection occurred between August and November 2023. The research instrument is a modified version of the Pittsburgh Sleep Quality Index, validated by the researcher. The study reveals that among the 71 10th-grade students at SMA Negeri 2 Ciamis, the majority (74%) have good sleep quality, while 24% experience poor sleep quality. The majority of respondents experience good sleep quality, suggesting the importance of maintaining this quality.</p> <p><strong><span lang="EN-US">Abstrak.</span></strong> <span lang="IN">Pentingnya kualitas tidur yang baik pada siswa SMA, sehingga siswa dapat fokus saat mengikuti pembelajaran. Namun masih banyak fator yang mempengaruhi kualitas tidur siswa seperti, faktor lingkungan, psikososial, dan gaya hidup dapat berkontribusi pada waktu tidur yang lebih singkat.</span> <span lang="IN">Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas tidur pada Siswa Kelas X di SMA Negeri 2 Ciamis.</span> <span lang="IN">Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif dengan pendekatan <em>cross-sectional. </em>Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Ciamis. Populasi dalam penelitian ini adalah 71 siswa kelas X. Teknik <em>sampling </em>yang digunakan dalam penelitian ini yaitu <em>random sampling. </em>Pengumpulan data berlangsung pada bulan Agustus-November 2023.</span> <span lang="IN">Instrumen penelitian ini adalah instrumen <em>Pittsburgh Sleep Quality Index </em>yang dimodifikasi oleh peneliti dan sudah dilakukan uji validitas. Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 71 responden siswa kelas X di SMA Negeri 2 Ciamis sebagian besar memiliki kualitas tidur baik sebanyak 54 orang (74%) dan siswa yang memiliki kualitas tidur buruk sebanyak 17 orang (24%). Sebagian besar responden mengalami kualitas tidur yang baik, sehingga disarankan untuk mempertahankan kualitas tidur.</span></p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10895 Gambaran Kepesertaan, Pemanfaatan, dan Harapan untuk BPJS Kesehatan di Kalangan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung 2024-03-19T09:37:43+08:00 Dewi Nurfitriani Rohmah Soleh clownwolfid@gmail.com Fajar Awalia Yulianto fajar@unisba.ac.id Sandy Faizal sandyfaizal7@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> The improvement of the quality of public services at the Social Security Organizing Agency (BPJS) for Health in Indonesia is crucial to enhance satisfaction among the public in obtaining safe, high-quality, affordable health services and systems. The community plays a role in improving the country's health index, with active involvement, especially from students in the Faculty of Medicine at Unisba. This research aims to understand the overview of participation, utilization, and expectations regarding BPJS Health among medical students at the Islamic University of Bandung. The sampling technique employed is stratified random sampling, with a required sample size of 86 individuals, divided into three cohorts, each with 28 randomly selected participants using a randomizer application. The statistical analysis used is descriptive analysis, revealing that the majority of students, 54 individuals (61.4%), have enrolled in BPJS Health. Most students use BPJS Health for general practitioner consultations, with 28 individuals (23%) utilizing these services. Additionally, most students in the Faculty of Medicine at Unisba hope for improvements in BPJS Health services and regulatory equality between BPJS Health and non-BPJS Health users. Therefore, attention and improvements are needed in BPJS Health services to maximize patient satisfaction.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Peningkatan kualitas pelayanan publik pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Indonesia sangatlah penting agar dapat meningkatkan kepuasan terhadap masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, sistem serta harga yang terjangkau. Masyarakat memiliki peran terhadap peningkatan indeks kesehatan negara dan memiliki peran aktif untuk masa mendatang terutama mahasiswa di Fakultas Kedokteran Unisba. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kepesertaan, pemanfaatan, dan harapan untuk BPJS Kesehatan di kalangan mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Islam Bandung. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling dengan sampel yang dibutuhkan adalah 86 orang, dibagi 3 angkatan, masing-masing 28 orang dipilih secara random dengan aplikasi randomizer. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis deskriptif, dimana sebagian besar mahasiswa sebanyak 54 orang (61,4%) telah mengikuti kepesertaan BPJS Kesehatan, Sebagian besar mahasiswa menggunakan BPJS Kesehatan untuk melakukan kolsultasi ke dokter umum yakni sebanyak 28 orang (23%), serta sebagian besar mahasiswa Fakultas Kedokteran Unisba berharap agar BPJS Kesehatan dapat meningkatkan pelayanan dan penyetaraan regulasi bagi penggunaan BPJS Kesehatan maupun Non BPJS Kesehatan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan dan diperbaiki mengenai pelayanan BPJS Kesehatan untuk meningkatkan kepuasan pasien yang lebih maksimal.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10905 Hubungan Jenis Kelamin pada Pasien Hiperurisemia yang Menderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Cihaurbeuti Tahun 2022 2024-03-19T09:37:43+08:00 Karina Patricia Putri Kuswandi Karinapatrice@yahoo.com Nuzirwan Acang n.acang@yahoo.co.id Widhy Yudistira Nalapraya widhynalapraya@gmail.com <p class="PROSIDING-ABSTRAK"><strong><span lang="IN">Abstract. </span></strong><span lang="IN">Excess uric acid, or hyperuricemia, can increase the risk of gout and cardiovascular disease. Clinically, hyperuricemia contributes to the development of gouty arthritis, gouty nephropathy, and kidney stone formation, especially when accompanied by comorbidities such as chronic kidney disease, cardiovascular disease, and type 2 diabetes. In particular, sex is closely related to hyperuricemia in women. This is due to the high levels of estrogen in women, which reduce excess uric acid and increase its excretion from the kidneys, thereby reducing the risk of hyperuricemia. The purpose of this study was to determine the relationship between sex and hyperuricemia patients suffering from type 2 diabetes patients at the Cihaurbeuti Health Center in 2022. His research method used observational analytics and his research design was cross sectional&nbsp; and&nbsp; Fisher exact data analysis.The number of samples was 312 obtained from the medical records of the Cihaurbeuti Health Center. The results of this study show that the sex of hyperuricemia patients who have Type 2 diabetes mellitus at the Cihaurbeuti Health Center in 2022 is the majority of women (66%) and those with hyperuricemia 79.5%, (95% CI lower 16.3-25, upper 75-83.7). The conclusion of this study if you look&nbsp; at the results of the fisher exact test&nbsp; obtained a p value of 0.237(P&gt;α=0.05), which means that there is no significant relationship between sex in hyperuricemia patients suffering from type 2 diabetes patients at the Cihaurbeuti Health Center in 2022</span><span lang="EN-US">.</span></p> <p class="PROSIDING-ABSTRAK"><strong><span lang="EN-US">Abstrak. </span></strong><span lang="EN-US">Asam urat yang berlebih, atau hiperurisemia, dapat meningkatkan risiko&nbsp; asam urat dan penyakit kardiovaskular. Secara klinis, hiperurisemia berkontribusi terhadap perkembangan artritis gout, nefropati gout, dan pembentukan batu ginjal, terutama bila disertai penyakit penyerta seperti penyakit ginjal kronis, penyakit kardiovaskular, dan diabetes&nbsp; tipe 2. Secara khusus, jenis kelamin berkaitan erat dengan hiperurisemia pada wanita. Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar estrogen pada wanita, yang mengurangi kelebihan asam urat&nbsp; dan meningkatkan ekskresinya dari ginjal, sehingga mengurangi risiko hiperurisemia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan pada pasien hiperurisemia yang menderita pasien diabetes&nbsp; tipe 2 di Puskesmas Cihaurbeuti tahun 2022. Metode penelitiannya menggunakan observasional analitik dan desain penelitiannya <em>cross sectional </em>dan analisis data<em> Fisher exact.</em> Jumlah sampel 312 yang diperoleh dari rekam medis Puskesmas Cihaurbeuti. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jenis kelamin pada pasien hiperurisemia yang mengalami diabetes melitus Tipe 2 di Puskesmas Cihaurbeuti Tahun 2022 mayoritas adalah perempuan (66%) dan yang mengalami hiperurisemia 79.5%, (95% CI <em>lower </em>16.3-25, <em>upper </em>75-83.7). Kesimpulan penelitian ini jika melihat hasil uji <em>fisher exact</em> diperoleh Nilai p sebesar 0,237(P&gt;α=0,05), yang berarti tidak adanya hubungan bermakna antara jenis kelamin pada pasien hiperurisemia yang menderita pasien diabetes&nbsp; tipe 2 di Puskesmas Cihaurbeuti tahun 2022.</span></p> <p class="PROSIDING-KATAKUNCI">&nbsp;</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10907 Gambaran Kombinasi Rejimen Kemoterapi pada Penderita Kanker Payudara Luminal B di RSUD Al-Ihsan Bandung 2024-03-19T09:37:43+08:00 Evana Sandhiya Riksabaya evanasandhiya@gmail.com Maya Tejasari mayatejasari4981@gmail.com Listya Hanum Siswanti listya@unisba.ac.id <p><strong>Abstract.</strong> Luminal B breast cancer is a tumor that has high levels of estrogen receptor positive, progesterone receptor negative, and HER2 positive. HER2 positivity makes breast cancer have a higher genomic risk than luminal A, so the prognosis for luminal B is worse than luminal A. Luminal B breast cancer tends to benefit from chemotherapy. This study aims to understand the description of combination chemotherapy regimens in luminal B breast cancer sufferers at Al-ihsan Hospital Bandung in 2018 - 2022. The number of samples was 222 taken from Al-Ihsan Hospital Bandung. Data was obtained from medical records in the form of breast cancer diagnosis, age, gender, and regimen combination. This technique uses total sampling. Using quantitative observational methods with a cross sectional research design and data analysis using Chi-Square. The research results show that in 2018-2019 the most widely used regimen was DOCE + CYCLOF with percentages of 80% and 48%. In 2020-2021, the majority will be FAC with percentages of 59.2% and 35.1%. In 2022, the majority will be DOCE + CARB (43.9%). The conclusion of this study is to show an overview of the chemotherapy regimen combination for luminal B breast cancer that was most widely used in 2018-2019, namely DOCE + CYCLOF, in 2020-2021, namely FAC, and in 2022, namely DOCE + CARB.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Kanker payudara luminal B merupakan tumor yang memiliki reseptor estrogen positif tingkat tinggi, reseptor progesteron negatif, dan HER2 positif. HER2 positif membuat kanker payudara memiliki risiko genomik yang tinggi dibanding luminal A, sehingga prognosis luminal B lebih buruk dibanding luminal A. Kanker payudara Luminal B cenderung mendapat manfaat dari kemoterapi. Penelitian ini bertujuan untuk memahami gambaran kombinasi rejimen kemoterapi pada penderita kanker payudara luminal B di RSUD Al-ihsan Bandung tahun 2018 - 2022. Jumlah sampel yaitu 222 yang diambil dari RSUD Al-Ihsan Bandung. Data diperoleh dari rekam medis berupa diagnosis kanker payudara, usia, jenis kelamin, dan kombinasi regimen. Teknik ini menggunakan total sampling. Menggunakan metode kuantitatif observasional dengan desain penelitian cross sectional dan analisis data menggunakan Chi-Square. Hasil penelitian menunjukan pada tahun 2018-2019 regimen yang paling banyak dipakai yaitu DOCE + CYCLOF dengan persentase sebesar 80% dan 48%. Pada tahun 2020-2021 sebagian besar yaitu FAC dengan persetase sebesar 59.2% dan 35.1%. Pada tahun 2022, sebagian besar yaitu&nbsp; DOCE + CARB (43.9%). Kesimpulan penelitian ini adalah menunjukan gambaran kombinasi regimen kemoterapi pada kanker payudara luminal B yang paling banyak digunakan pada tahun 2018-2019 yaitu DOCE + CYCLOF, pada tahun 2020-2021 yaitu FAC, dan pada tahun 2022 yaitu DOCE + CARB.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10912 Hubungan Kadar D-dimer dengan Penyakit Cerebrovascular pada Pasien Covid-19 2024-03-19T09:37:42+08:00 Ayyas Robbani ayyasrabbani0811@gmail.com Santun Bhekti Rahimah santunbr94@gmail.com Usep Abdullah Husin usep.abdullah@unisba.ac.id <p><strong>Abstract.</strong> D-dimer is a potential screening tool for venous thromboembolism (VTE) in Coronavirus disease-19 (COVID-19) patients, and is based on D-dimer elevation. In severe cases of COVID-19, hypercoagulability can occur which causes thrombus formation, then results in blockage of blood vessels. When a blockage occurs in the brain, it can cause cerebrovascular disease. Cerebrovascular disease is one of the most common causes of COVID-19. This study aims to determine the relationship between increased D-dimer levels in COVID-19 patients with the incidence of Cerebrovascular disease. The study design used a cross sectional design, data obtained in the medical records of inpatients for the 2021-2022 period of the Al-Ihsan Regional General Hospital (RSUD) Bandung Regency. The sampling technique uses a total sampling of 188 samples that have met the inclusion and exclusion criteria. Research method of the relationship of D-dimer levels with the incidence of Cerebrovascular disease using the chi-square test. From the results of the study, it was found that COVID-19 patients at Al-Ihsan Hospital who experienced increased levels of D-dimer (≥500 ng / ml) as many as 152 patients (80.9%) and patients with cerebrovascular disease as many as 34 patients (18.1%). Based on the chi-square test, it can be concluded that there is no relationship between D-dimer levels and the incidence of cerebrovascular disease at Al-Ihsan Hospital, Bandung Regency for the 2021-2022 period. Elevated D-dimer levels in COVID-19 patients are not associated with cerebrovascular disease.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> D-dimer adalah alat skrining potensial untuk <em>venous thromboembolism</em> (VTE) pada pasien <em>Coronavirus disease-19</em> (COVID-19), dan berdasarkan elevasi D-dimer. Pada kasus COVID-19 yang parah dapat terjadi hiperkoagulabilitas yang menyebabkan pembentukan thrombus, kemudian mengakibatkan penyumbatan pada pembuluh darah. Apabila penyumbatan terjadi di otak, dapat menyebabkan penyakit <em>cerebrovascular</em>. Penyakit <em>Cerebrovascular</em> merupakan salah satu penyebab paling umum COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peningkatan kadar D-dimer pada pasien COVID-19 dengan kejadian penyakit <em>Cerebrovascular</em>. Rancangan penelitian menggunakan desain <em>cross sectional</em>, data diperoleh dalam rekam medik pasien rawat inap periode 2021-2022 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Al-Ihsan Kabupaten Bandung. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 188 yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Metode penelitian hubungan kadar D-dimer dengan kejadian penyakit <em>Cerebrovascular</em> menggunakan uji <em>chi-square</em>. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pasien COVID-19 di RSUD Al-Ihsan yang mengalami peningkatan kadar D-dimer (≥500 ng/ml) sebanyak 152 pasien (80,9%) dan pasien yang terjadi penyakit <em>cerebrovascular</em> sebanyak 34 pasien (18,1%). Berdasarkan uji <em>chi-square</em> dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kadar D-dimer dengan kejadian penyakit <em>cerebrovascular</em> di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung periode 2021-2022. Peningkatan kadar D-dimer pada pasien COVID-19 tidak berkaitan dengan penyakit cerebrovascular.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10919 Gambaran Frekuensi Konsumsi Harian Kopi Hitam terhadap Tingkat Kualitas Tidur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Tahun Ajaran 2022/2023 2024-03-19T09:37:42+08:00 Almayda Maharani Patoni maharanialmayda@gmail.com R. Anita Indriyanti r.anitaindriyanti@gmail.com RB. Soeharman Herdiningrat bambangsoeherman@yahoo.com <p><strong><em>Abstract.</em></strong> The level of sleep quality among adolescents and adults is estimated to decrease by around 25-50% every year. Many factors can affect a person's sleep quality, one which is of consumption of caffeinated beverages such as coffee. Based on the results of the study showed that 34.6% of respondents who habitually drink coffee, 61.1% of them respondents who habitually drink coffee have poor sleep quality. This study was conducted to determine the description of the frequency of daily consumption of black coffee on the level of sleep quality in academic stage students of the Faculty of Medicine, Islamic University of Bandung in the academic year 2022/2023. The sample selection technique of this study used purposive sampling, with 70 research subjects. This study used descriptive observational method with cross sectional research design. The results of the analysis showed that students at the academic stage of the Faculty of Medicine, Islamic University of Bandung in the 2022/2023 academic year consumed the most coffee with a moderate frequency of 57.1% and a poor level of sleep quality of 65.7%.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Tingkat kualitas tidur di kalangan remaja dan dewasa diperkirakan setiap tahunnya memiliki penurunan sekitar 25-50%. Banyak faktor yang dapat memengaruhi dari kualitas tidur seseorang, salah satunya adalah konsumsi minuman berkafein seperti kopi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 34,6% responden yang terbiasa minum kopi, 61,1% di antaranya responden yang terbiasa minum kopi memiliki kualitas tidur yang buruk. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran frekuensi konsumsi harian kopi hitam terhadap tingkat kualitas tidur pada mahasiswa tahap akademik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung tahun ajaran 2022/2023. Teknik pemilihan sampel penelitian ini menggunakan purposive sampling, dengan 70 orang subjek penelitian. Penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif dengan rancangan penelitian <em>cross sectional</em>. Hasil analisis menunjukan bahwa mahasiswa tahap akademik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung tahun ajaran 2022/2023 paling banyak mengonsumsi kopi dengan frekuensi sedang sebanyak 57,1% dan tingkat kualitas tidur buruk sebanyak 65,7%.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10926 Gambaran Karakteristik Pasien Diare Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bojongsoang Tahun 2023 2024-03-19T09:37:42+08:00 Novia Fitri Ramdayanti novia_10100120143@unisba.ac.id Yuniarti candytone26@gmail.com Annisa Rahmah Furqaani annisarahmahf@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Diarrhea is an increase in the frequency of bowel movements with the consistency of soft or liquid stools within 24 hours which is usually caused by gastrointestinal infections. Diarrhea is common in toddlers. The occurrence of diarrhea can be caused by various factors, both age, nutritional status, and habits carried out. This study aims to determine the characteristics of toddler diarrhea patients in the working area of Bojongsoang Health Center in 2023. This study used quantitative descriptive method. The data collection technique used in this study was a purposive sampling technique with inclusion and exclusion criterias then obtained 45 respondents. The results obtained from this study were mostly male respondents (54.3%), aged 12-23 months (35.6%), had good nutritional status (44.4%), and had completed basic immunization (60%).</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Diare merupakan peningkatan frekuensi buang air besar dengan konsistensi feses yang lunak ataupun cair dalam 24 jam yang biasanya disebabkan oleh infeksi saluran pencernaan. Diare sering terjadi pada balita. Terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik usia, status gizi, maupun kebiasaan yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien diare balita di wilayah kerja Puskesmas Bojongsoang pada tahun 2023. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik <em>purposive sampling</em> dengan kriteria inklusi dan eksklusi kemudian didapatkan 45 responden. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki (54,3%), usia 12 – 23 bulan (35,6%), memiliki status gizi baik (44,4%), dan telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap (60%).&nbsp;</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10932 Gambaran Indeks Massa Tubuh dengan Karies Gigi pada Anak Kelas 5 dan 6 di SDN 42 Gambir Bandung Tahun 2023 2024-03-19T09:37:41+08:00 Andini Mulyani andnmlyn65@gmail.com Siska Nia Irasanti siska_drg@rocketmail.com Nurul Romadhona nromadhonadr@gmail.com <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstract.</strong> Poor oral and dental health will impact aspects of a child's quality of life such as speaking and chewing, thus affecting BMI. Body Mass Index (BMI) is also used as a risk factor for early detection of a person's health or the prevalence of several health problems, one of which is dental caries. Dental caries is a disease caused by multifactorial etiology and attacks the hard tissue of the teeth, resulting in demineralization of tooth enamel. The aim of this research is to determine the description of Body Mass Index and dental caries in grade 5 and 6 children at SDN 042 Gambir Bandung in 2023. This research uses a quantitative analysis method with a cross sectional approach using nonprobability sampling technique. Data collection used direct examinations for BMI by researchers and dental examinations by dentists directly at elementary schools. The results of the research using univariate test analysis were obtained from 74 students of SDN 042 Gambir Bandung. The research results showed that 47 students (63.5%) were underweight. Food choices influence BMI and many other factors that cause dental caries, such as frequent consumption of sweet foods and drinks, children who do not maintain oral and dental hygiene, how to brush their teeth, frequency of brushing their teeth and socio-economic factors.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstrak.</strong> Kesehatan gigi dan mulut yang buruk akan berdampak pada aspek kualitas hidup anak seperti bicara dan mengunyah sehingga berpengaruh terhadap IMT. Indeks Massa Tubuh (IMT) juga digunakan sebagai faktor risiko untuk mendeteksi secara dini tentang kesehatan seseorang atau prevalensi beberapa kesehatan masalah seseorang, salah satunya adalah karies gigi. Karies gigi merupakan penyakit yang disebabkan oleh etiologi multifaktorial dan menyerang jaringan keras pada gigi sehingga akan terjadi demineralisasi enamel gigi. Tujuan penelitian ini mengetahui gambaran Indeks Massa Tubuh dengan karies gigi pada anak kelas 5 dan 6 di SDN 042 Gambir Bandung Tahun 2023. Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif dengan pendekatan <em>cross sectional </em>menggunakan teknik pemilihan sampel <em>nonprobability sampling. </em>Pengumpulan data menggunaikain pemeriksaiain laingsung untuk IMT oleh peneliti dain pemeriksaiain gigi oleh dokter gigi secairai laingsung di SD. Hasil penelitian menggunakan analisis uji univariat diperoleh dari 74 siswa SDN 042 Gambir Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki berat badan kurang (<em>underweight</em>) sebanyak 47 orang (63,5%). Pemilihan makanan berpengaruh terhadap IMT dan banyak faktor-faktor lain penyebab dari karies gigi seperti seringnya mengkonsumsi makanan dan minuman manis, anak-anak yang kurang menjaga kebersihan gigi dan mulut, cara menyikat gigi, frekuensi menyikat gigi dan dari faktor sosio-ekonomi.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10954 Stunting, Perjalanan sejak Bayi Lahir Rendah dengan Pola Pemberian Makan 2024-03-19T09:37:41+08:00 Salma Nur Fauziah salmanurfau@gmail.com Titik Respati titik.respati@gmail.com Budiman budiman.ikm.fkunisba@gmail.com <p><strong>Abstract. </strong>Low Birth Weight (LBW) has a stunting risk factor of 4.24 times compared to normal birth weight. Inadequate nutritional factors such as improper feeding patterns, can affect stunting. This study aimed &nbsp;to determine the relationship between LBW and feeding patterns with stunting in toddlers in the working area of Puskesmas Payungsari. This research method is an observational analysis with a quantitative approach. The design used is the control case. The number of respondents consisted of 51 stunted people and 51 non-stunted people. Univariate analysis to determine the picture of low birth weight and eating patterns aims to determine the characteristics of stunting toddlers based on low birth weight and feeding patterns. Furthermore, bivariate analysis was carried out using the Chi-square test. The percentage of LBW history is more found in stunted toddlers (39.22 and 3.92%) than in the non-stunting group. Improper diet in the stunting group was greater than in the non-stunting group (68.63 and 5.88%). There is a relationship between low birth weight and stunting (p&lt;0.01; OR=15.81) and there was a relationship between feeding patterns and stunting (p&lt;0.01; OR=35). In conclusion, the results of this study show that low birth weight and feeding patterns significantly increase the chances of stunting toddlers. The relationship between LBW variables and unidirectional eating patterns means that LBW is more prevalent in stunted toddlers, while the better the diet, the incidence of stunting will decrease. Therefore, it is necessary to educate parents about feeding patterns for toddlers.</p> <p><strong>Abstrak</strong>. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) memiliki faktor risiko <em>stunting</em> sebesar 4,24 kali dibandingkan dengan berat badan lahir normal. Faktor nutrisi yang tidak adekuat seperti pola pemberian makan yang tidak tepat dapat mempengaruhi <em>stunting</em>. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan pola pemberian makan dengan <em>stunting</em> pada balita di wilayah kerja Puskesmas Payungsari. Metode penelitian ini adalah analisis observasional dengan pendekatan kuantitatif. Desain yang digunakan adalah <em>case control. </em>Jumlah responden terdiri dari 51 orang <em>stunting</em> dan 51 orang tidak <em>stunting</em>. Analisis univariat untuk mengetahui gambaran BBLR dan pola makan yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik balita <em>stunting</em> berdasarkan BBLR dan pola pemberian makan. Selanjutnya dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji <em>Chi square</em>. Presentase riwayat BBLR lebih banyak ditemukan pada balita <em>stunting</em> (39.22 dan 3.92%) dibandingkan kelompok tidak <em>stunting</em>. Pola makan yang tidak tepat dalam kelompok <em>stunting</em> lebih besar dibanding kelompok tidak <em>stunting</em> (68.63 dan 5.88%). Terdapat hubungan antara BBLR dengan <em>stunting</em> (p&lt;0,01; OR=15,81) dan terdapat hubungan pola pemberian makan dengan <em>stunting</em> (p&lt;0,01; OR=35). Simpulan, hasil penelitian ini menunjukkan BBLR dan pola pemberian makan secara bermakna memiliki peluang lebih tinggi pada balita <em>stunting</em>. Hubungan antara variabel BBLR dan pola makan searah artinya BBLR lebih banyak terjadi pada balita stunting sedangkan semakin baik pola makan maka tingkat kejadian stunting akan berkurang. Oleh karena itu perlu mengedukasi mengenai pola pemberian makan kepada orang tua balita.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10957 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ketidakpatuhan Pasien Thalassemia dalam Mengonsumsi Obat Kelasi Besi di RSUD Al Ihsan Bandung 2023 2024-03-19T09:37:41+08:00 Ridwan Maulana Assidiq rm202027@gmail.com Agung Firmansyah Sumantri dragung@unisba.co.id Ayu Prasetia kedokteran@unisba.ac.id <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstract</strong><strong>.</strong> Thalassemia is a hereditary disease that causes disturbance in hemoglobin molecules. Currently, a curative treatment that is accessible to people is blood transfusion. To treat side effects that may arise. Thalassemia patients are given iron-chelating agents to treat excess iron in the body. However, patients often lack compliance with treatment. So, this study aims to identify factors influencing thalassemia patients’ non-compliance in taking iron chelating agents at Al Ihsan Hospital, Bandung 2023.&nbsp; This study was a cross-sectional study conducted at Al Ihsan Hospital, Bandung on 46 patients. Data were obtained by filling out the questionnaire to identify factors influencing thalassemia patients’ non-compliance with taking iron-chelating agents, analyzed with univariate. This study was divided into two groups based on age, child and adult. Both ages group was dominated by patients who had low compliance rates, the child with 18 patients (75%) and adult also with 18 patients (81.8%). After the analysis was carried out, it was found that belief, ferritin level, number of drugs, busyness, drug administration, social stigma, economic, and adverse effects of drug factors could influence thalassemia patients’ non-compliance in taking iron chelating agents. The majority of adult patients are caused by number of drugs factor (68.2%) and the majority of children patients are caused by number of drugs and drug administration factors (50%). Patients at Al Ihsan Hospital Bandung 2023 found that the majority of adult patients are caused by number of drugs factor while the majority of children patients are caused by number of drugs and drug administration factors.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstrak.</strong> Thalassemia merupakan penyakit herediter yang menyebabkan gangguan pada molekul hemoglobin. Pengobatan kuratif yang dapat diakses masyarakat saat ini adalah transfusi darah. Untuk menangani efek samping yang mungkin timbul. pasien Thalassemia diberikan agen kelasi besi untuk mengatasi berlebihnya zat besi dalam tubuh. Namun, seringkali pasien kurang patuh dalam pengobatan. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan pasien thalassemia dalam mengonsumsi obat kelasi besi di RSUD Al Ihsan Bandung 2023. Penelitian ini merupakan penelitian <em>cross-sectional </em>yang dilakukan di RSUD Al Ihsan Bandung pada 46 pasien. Data diperoleh dari pengisian kuesioner untuk mencari faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan pasien thalassemia dalam mengonsumsi obat kelasi besi dan dianalisis dengan uji univariat. Data penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan usia, yaitu anak dan dewasa. Kedua kelompok usia didominasi oleh pasien yang memiliki tingkat kepatuhan rendah, pada usia anak terdapat 18 pasien (75%) dan usia dewasa 18 pasien (81.8%). Setelah dilakukan analisis ditemukan bahwa faktor kepercayaan, kadar ferritin, jumlah obat, kesibukan, administrasi obat, stigma sosial, ekonomi, dan efek samping dapat memengaruhi ketidakpatuhan terhadap konsumsi kelasi besi. Pada mayoritas pasien dewasa disebabkan oleh faktor jumlah obat (68.2%) dan mayoritas pasien anak disebabkan oleh faktor jumlah obat juga administrasi obat (50%). Pasien di RSUD Al Ihsan Bandung 2023 ditemukan mayoritas pasien dewasa disebabkan oleh faktor jumlah obat sedangkan mayoritas pasien anak disebabkan oleh faktor jumlah obat dan administrasi obat.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10962 Studi Literatur: Peran Imunisasi BCG dan Riwayat Kontak dalam Perjalanan Penyakit Tuberkulosis Anak 2024-03-19T09:37:41+08:00 Haura Maulidayanthi hauramaulidayanthi@gmail.com Heni Muflihah henimuflihah@unisba.ac.id Samsudin Surialaga samsudin_dr@yahoo.co.id <p class="PROSIDING-KATAKUNCI"><span lang="EN-US"><strong>Abstract.</strong> This literature study was conducted to collect theories regarding the role of BCG immunization and contact history in the course of childhood tuberculosis (TB) disease. The method used was through a literature study that collected several previous studies and theories to determine the role of BCG immunization and contact history in the course of childhood TB disease. The results of this study indicate that BCG immunization plays a role in increasing the immune response to prevent pulmonary TB infection in children under 5 years of age with an effectiveness of less than 50%. The immune response generated by vaccination can also prevent the spread of TB infection to extra-pulmonary sites. Contact with TB patients can increase exposure to Mycobacterium tuberculosis (MTB) bacteria in children through droplets. Therefore, BCG immunization increases defense against TB infection, while a history of contact increases exposure to TB infection.</span></p> <p class="PROSIDING-KATAKUNCI"><strong><span lang="EN-US">Abstrak. </span></strong><span lang="EN-US">Studi literatur ini dilakukan untuk mengumpulkan teori mengenai peranan imunisasi BCG dan riwayat kontak dalam perjalanan penyakit tuberculosis (TB) anak. Metode yang digunakan adalah melalui studi literatur yang mengumpulkan beberapa penelitian terdahulu dan teori untuk mengetahui peranan imunisasi BCG dan riwayat kontak dalam perjalanan penyakit TB anak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa imunisasi BCG berperan dalam meningkatkan respon imun untuk mencegah infeksi TB paru anak pada usia di bawah 5 tahun dengan efektivitas kurang dari 50%. Respon imun yang dihasilkan vaksinasi juga dapat mencegah penyebaran infeksi TB ke ekstra paru. Kontak dengan penderita TB dapat meningkatkan paparan bakteri <em>Mycobacterium tuberculosis </em>(MTB) pada anak melalui droplet. Oleh karena itu, imunisasi BCG meningkatkan pertahanan terhadap infeksi TB, sedangkan riwayat kontak meningkatkan paparan infeksi TB.</span></p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10968 Hubungan Makan Larut Malam dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Kadar Lemak Tubuh 2024-03-19T09:37:40+08:00 Mochammad Zamzam Alfarizi ade.zamzam.az@gmail.com Mirasari Putri mirasari.putri@unisba.ac.id Usep Abdullah Husin usep.abdullah@unisba.ac.id <p><strong>Abstract.</strong> This literature sutdy gathered various previous studies to show the relationship between late-night eating with body mass index (BMI) and body fat levels, the results of this study showed a relationship between late-night eating habits with body mass index (BMI) and body fat levels. Previous studies have revealed a mechanism between late-night eating habits and increased BMI and body fat levels. That is, someone with an eating disorder is more at risk for having a higher BMI and body fat levels compared to people without eating disorders. This late-night eating habit has a role in the circadian cycle that regulates several metabolic effects on the body, such as glucose metabolism, sleep cycles, diet, and fat synthesis.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Studi literatur ini mengumpulkan berbagai studi sebelumnya untuk menunjukan mengenai hubungan makan larut malam&nbsp; dengan indeks massa tubuh (IMT) dan kadar lemak tubuh. hasil studi ini menunjukkan adanya hubungan yang dantara kebiasaan makan larut malam dengan indeks massa tubuh (IMT) dan kadar lemak tubuh. Penelitian-penelitian sebelumnya mengungkapkan mekanisme antara kebiasaan makan larut malam dengan peningkatan IMT dan kadar lemak tubuh. Artinya, seseorang dengan gangguan pola makan lebih beresiko untuk memiliki IMT dan kadar lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang tanpa gangguan pola makan. Kebiasaan makan larut malam ini memiliki peran dalam siklus sirkadian yang mengatur beberapa efek metabolik pada tubuh, seperti metabolisme glukosa, siklus tidur, pola makan, dan sintesis lemak.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10975 Efektivitas Pemberian Metformin terhadap Perbaikan Manifestasi Klinis pada Pasien Sindrom Polikistik Ovarium 2024-03-19T09:37:40+08:00 Maulani Nurmuji Atmapratiwi napmaulani@gmail.com Lelly Yuniarti lelly.yuniarti@gmail.com Ariko Rahmat Putra arikorp@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS) is a common endocrine disorder characterized by ovulatory dysfunction, hyperandrogenism, and the presence of polycystic ovaries. Metformin, which is an insulin sensitizer agent, is the most widely used therapy in the management of PCOS. This research aims to explore and analyze articles discussing the effectiveness of metformin in improving clinical manifestations in polycystic ovarian syndrome patients. This research is a Scoping Review of articles published in 2012-2022 from the Pubmed, Springer Link, ScienceDirect, and Taylor and Francis databases that meet the criteria of Population (women with PCOS), Intervention (administration of metformin), Comparison (therapy other than metformin), Outcome (improvement of ovarian dysfunction and size of polycystic features, improved fertility, reduced body weight, reduced insulin resistance, improved menstrual cycle, hyperinsulinemia, hyperandrogenism, and abnormal metabolic disorders), Study (randomized controlled trials). The PRISMA diagram method was used in this research. From the four databases, 7,389 articles were obtained, which were then screened according to the inclusion criteria, feasibility test, and critical review according to the Joanna Briggs Institute checklist, resulting in 11 articles. Based on the results of the analysis of 11 articles, 10 articles stated that single metformin therapy was superior in reducing BMI, waist circumference, blood glucose, HOMA index, and improving the menstrual cycle compared to myoinositol therapy, rosiglitazone, letrozole, oral contraceptive pills, clomiphene citrate, cupping fennel seeds, and ovaries. There is 1 article that states that metformin therapy can improve ovulatory dysfunction.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> <em>Polycystic Ovarian Syndrome </em>(PCOS) merupakan gangguan endokrin umum yang ditandai dengan disfungsi ovulasi, hiperandrogen, dan adanya polikistik pada ovarium. Metformin merupakan agen sensitizer insulin adalah terapi yang paling banyak digunakan dalam penatalaksanaan PCOS. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengeksplorasi dan menganalisis artikel yang membahas efektivitas metformin terhadap perbaikan manisfestasi klinis pada pasien <em>polycystic ovarian syndrome. </em>Penelitian ini merupakan <em>Scoping Review</em>&nbsp; artikel&nbsp; yang terbit tahun 2012-2022 dari <em>database Pubmed, Springer Link, SienceDirect, dan Taylor and Francis </em>yang sesuai dengan kriteria dengan <em>Population </em>(wanita penderita PCOS), <em>Intervention </em>(pemberian metformin)<em>, Comparison </em>(terapi selain metformin)<em>, Outcome </em>(perbaikan disfungsi ovarium dan ukuran gambaran polikistik, perbaikan fertilitas, menurunkan berat badan, mengurangi resistensi insulin, memperbaiki siklus menstruasi, hyperinsulinemia, hiperandrogenisme, dan kelainan metabolisme abnormal)<em>, Study </em>(<em>randomized controlled trials</em>). Metode diagram PRISMA digunakan dalam penelitian ini, dari keempat database didapat 7,389 artikel yang kemudian dilakukan <em>skrinning </em>sesuai dengan kriteria inklusi, uji kelayakan, dan telaah kritis sesuai dengan checklist <em>Joanna Briggs Institute </em>dihasilkan 11 artikel. Berdasarkan hasil analisis dari 11 artikel terdapat 10 artikel yang menyatakan bahwa terapi metformin tunggal lebih unggul dalam&nbsp; menurunkan BMI, lingkar pinggang, glukosa darah, HOMA indeks, dan memperbaiki siklus menstruasi dibandingkan dengan terapi myoinositol, rosiglitazone, letrozole, pil kontrasepsi oral, clomiphene citrate, bekam biji adas dan ovarium.&nbsp; Terdapat 1 artikel yang menyatakan bahwa terapi metformin dapat memperbaiki disfungsi ovulasi.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10999 Hubungan Performa Motorik Kasar Berdasarkan Gross Motor Function Classification System pada Anak Cerebral Palsy dengan Tingkat Kecemasan Ibu di RS Al-Islam Bandung Tahun 2023 2024-03-19T09:37:40+08:00 Alissa Fajrina Salsabila alissasalsabila20@gmail.com Cice Tresnasari ctresnasari.fk@gmail.com Widayanti widays737@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Cerebral palsy (CP) is a movement disorder, postural change, and communication disorder that occurs in children during development. The severity of movement disorders can be seen from gross motor performance assessed using the Gross Motor Function Classification System (GMFCS). Children's gross motor limitations can have an impact on the mother's anxiety level, because mothers are required to be more intensive in caring for their children compared to normal children. To assess the mother's anxiety level, the Hamilton Rating Scale for Anxiety (HARS) questionnaire was used. This study aims to analyze the relationship of gross motor performance of CP children based on GMFCS with maternal anxiety. This study used analytic observation method with cross sectional research design. The research data were processed using the chi-square test. The results of this study indicate that most of the gross motor levels of CP children at Al-Islam Bandung Hospital in 2023 are at GMFCS level V. Most mothers who have CP children are at a mild level of anxiety. There is no relationship between gross motor performance based on GMFCS in CP children with the level of maternal anxiety at Al-Islam Bandung Hospital in 2023 (p = 0,245). The anxiety level of mothers of CP patients is influenced by many factors, including stress management skills, clinical assessment and positive support from the surrounding environment.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> <em>Cerebral Palsy</em> (CP) merupakan gangguan gerakan, perubahan postur, dan gangguan komunikasi yang terjadi pada anak selama masa perkembangan. Tingkat keparahan gangguan gerakan dapat dilihat dari performa motorik kasar yang dinilai menggunakan <em>Gross Motor Function Classification System</em> (GMFCS). Keterbatasan motorik kasar anak dapat memberi dampak terhadap tingkat kecemasan ibu, sebab ibu dituntut lebih intensif dalam merawat anaknya dibandingkan dengan anak normal. Untuk menilai tingkat kecemasan ibu digunakan kuesioner <em>Hamilton Rating Scale for Anxiety</em> (HARS). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan performa motorik kasar anak CP berdasarkan GMFCS dengan kecemasan ibu. Penelitian ini menggunakan metode observasi analitik dengan desain penelitian <em>cross sectional</em>. Data hasil penelitian diolah menggunakan uji <em>chi-square</em>. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar level motorik kasar anak CP di RS Al-Islam Bandung Tahun 2023 berada pada level GMFCS V. Sebagian besar ibu yang memiliki anak CP berada tingkat kecemasan ringan. Tidak terdapat hubungan performa motorik kasar berdasarkan GMFCS pada anak CP dengan tingkat kecemasan ibu di RS Al-Islam Bandung tahun 2023 (<em>p </em>= 0,245). Tingkat kecemasan ibu pasien CP dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kemampuan manajemen stres, assesmen klinis dan dukungan positif dari lingkungan sekitar.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11003 Analisis Kejadian Stunting terhadap Perkembangan pada Anak Usia 3-5 Tahun di Kecamatan Padalarang Bandung Barat 2023 2024-03-19T09:37:40+08:00 Magfira Putri Darna firaputrii0615@gmail.com Lisa Adhia Garina lisa.adhia@gmail.com Dicky Santosa dickysantosa@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Indonesia is the 4th country in the world and 2nd in Southeast Asia with the highest Stunting rate, namely; 149.2 million cases in 2020. Development in the first 1,000 days is an aspect that is closely related to Stunting, an aspect that can be disrupted in the form of developmental obstacles. This study aims to analyze the relationship between Stunting and development in children aged 3-5 years in Padalarang District, West Bandung. This research is an analytical observational study with a cross sectional approach. Purposive sampling was carried out in the population, the research sample came from primary data taken from filling out questionnaires and measuring body height using a microtoise and entered into the Kuisioner Pra Screening Perkembangan (KKSP). Data were analyzed using univariate and bivariate tests using the Man Whitney test. The number of respondents was 87 children with the characteristics of the respondents being mostly female (51%), with an average age of 45.19 months and most of them were stunted (51), 49% were stunted and 51% were very stunted. The results of the analysis obtained a p value of 0.72 (&gt;0.05) which shows that there is no significant difference between Stunting and development in children aged 3-5 years. Development is influenced by many factors other than nutrition, such as internal factors (mother's role, psychological function) and external factors such as the child's growing environment.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Indonesia merupakan negara ke-4 di dunia dan ke-2 di Asia Tenggara dengan angka <em>Stunting</em> tertinggi yaitu; 149,2 juta kasus pada tahun 2020. Perkembangan pada periode 1.000 hari pertama merupakan aspek yang sangat berhubungan erat dengan <em>Stunting</em>, aspek yang dapat terganggu dapat berupa hambatan perkembangan. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara <em>Stunting</em> dan perkembangan pada anak usia&nbsp; 3—5 tahun di Kecamatan Padalarang Bandung Barat. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan <em>cross sectional</em>. Dilakukan <em>purposive sampling </em>pda polulasi, sampel penelitian berasal dari data primer yang diambil dari dari pengisian kuesioner dan pengukuran tinggi badan menggunakan <em>microtoise </em>dan dimasukan ke dalam Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KKSP). Data dianalisis dengan uji univariat dan bivariat dengan uji <em>Man Whitney</em>. Jumlah responden sebanyak 87 anak dengan karakteristik responden mayoritas berjenis kelamin perempuan (51%), dengan rata-rata usia 45,19 bulan dan mayoritas mengalami <em>Stunting</em> (51), pada <em>stunted </em>sebesar 49% dan pada <em>severy stunted </em>sebesar 51% Hasil analisis didapatkan nilai p sebesar 0,72 (&gt;0,05) yang menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara <em>Stunting</em> dan perkembangan pada anak usia 3—5 tahun. Perkembangan dipengaruhi banyak faktor lainnya selain gizi seperti faktor internal (peran ibu, fungsi psikis) dan eksternal seperti lingkungan tumbuh anak.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11010 Hubungan Hipoalbuminemia dengan Mortalitas Pasien Pneumonia di RSUD Subang Tahun 2020-2022 2024-03-19T09:37:39+08:00 Siti Fani Farida Hendrik sitifani03@gmail.com Ieva Baniasih Akbar ieva.b.akbar@gmail.com Widayanti widays737@gmail.com <p><strong>Abstract</strong><strong>. </strong>Pneumonia is an infectious disease that is a health problem in both developing and developed countries with a high mortality rate. Based on Riskesdas 2018, the incidence of pneumonia in Indonesia has increased by 1% from 2013. In addition, pneumonia is included in the ten diseases with the highest of <em>case fatality rate (CFR) </em>highest in Indonesia. Pneumonia is an inflammatory condition with high catabolism which can cause a decrease in albumin levels in the blood. This situation makes examining serum albumin levels an objective examination in determining the severity of pneumonia patients. This study aims to analyze the relationship between the degree of hypoalbuminemia and mortality status in pneumonia patients at Subang District Hospital in 2020-2022. This research is a analytic correlation study using a cross-sectional study. Data collection used secondary data from medical records of 70 patients who experienced pneumonia at Subang District Hospital in 2020-2022. Data were analyzed using univariate and bivariate tests and analyzed using tests <em>Chi-Square</em>. The majority of pneumonia patients in this study were &gt;65 years old and male. The majority of patients experienced moderate hypoalbuminemia, 52 patients (74%) with a mortality rate in pneumonia patients of 49% or 30 patients. The Chi-Square test shows a p value of 0.012 where the P value is smaller than 0.05. There is a relationship between albumin levels and the mortality status of pneumonia patients at Subang District Hospital, West Java in 2020-2022.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Pneumonia merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan baik di negara berkembang maupun di negara maju dengan angka kematian yang tinggi. Berdasarkan Riskesdas 2018 angka kejadian pneumonia di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1% dari tahun 2013. Selain itu pneumonia termasuk kedalam sepuluh penyakit dengan angka <em>case fatality rate (CFR) </em>tertinggi di Indonesia. Pneumonia merupakan kondisi inflamasi dengan katabolisme yang tinggi sehingga dapat menyebabkan penurunan kadar albumin didalam darah. Keadaan tersebut menjadikan pemeriksaan kadar albumin serum menjadi pemeriksaan objektif dalam menentukan keparahan pasien pneumonia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara derajat hipoalbuminemia dengan status mortalitas pada pasien pneumonia di RSUD Subang tahun 2020-2022. <em>&nbsp;</em>Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasi menggunakan studi potong lintang. Pengumpulan data menggunakan data sekunder dari rekam medis 70 pasien yang mengalami pneumonia di RSUD Subang tahun 2020-2022. Data di analisis menggunakan uji univariat dan bivariat dan dianalisis menggunakan uji <em>Chi-Square</em>. Mayoritas pasien pneumonia pada penelitian ini berusia &gt;65 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Mayoritas pasien mengalami hipoalbuminemia sedang sebanyak 52 pasien (74%) dengan angka kematian pada pasien pneumonia sebesar 49% atau sebanyak 30 pasien. Uji Chi-Square menunjukan nilai p sebesar 0.012 dimana nilai P lebih kecil dari 0.05. Terdapat hubungan antara kadar albumin dengan status mortalitas pasien pneumonia RSUD Subang Jawa Barat tahun 2020-2022. Kadar albumin menurun dapat menjad tanda keparahan pasien pneumonia.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11011 Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi pada Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Tahun 2023 2024-03-19T09:37:39+08:00 Efendi Rosedevi rosedeviefendi@gmail.com Yuli Susanti yulisusantiarmandha@gmail.com Susan Fitriyana susanfitriyananugraha@gmail.com <p><strong>Abstract. </strong>The world of health is currently experiencing an epidemiological transition where Non-Communicable Diseases (NCDs) are one of the concerns in the world. Hypertension is one of the NCDs with the most sufferers, as many as 1.13 billion people with hypertension worldwide. One of the risk factors that cause hypertension is obesity. Obesity can cause an increase in Sympathetic Nervous System (SNS) activity which causes sodium retention in the blood vessels, increasing blood volume and pressure in the blood vessels. This study aims to determine the relationship between obesity and the incidence of hypertension in lecturers at the Faculty of Medicine, Islamic University of Bandung in 2023. This study is a quantitative study with an observational analytic research design conducted at the Faculty of Medicine, Islamic University of Bandung using simple random sampling techniques in the population, the research sample comes from primary data in the form of measurement results of body weight, height, and blood pressure. Data were analyzed by univariate and bivariate analysis and fisher’s exact test. The number of respondents was 44 people with the characteristics of the majority of respondents being female, age more than equal to 35 years. The majority of respondents were obese (52.2%) and had normal blood pressure (43.2%). The results of this research obtained a p-value of 0.105 which indicates that there is no relationship between obesity and the incidence of hypertension in lecturers at the Faculty of Medicine, Islamic University of Bandung in 2023.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Dunia kesehatan saat ini mengalami transisi epidemiologi dimana Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi salah satu perhatian di dunia. Hipertensi merupakan salah satu PTM dengan penderita terbanyak, yaitu sebanyak 1,13 miliar penderita hipertensi di seluruh dunia. Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya hipertensi salah satunya obesitas. Kondisi obesitas dapat menyebabkan peningkatan aktivitas Sympathetic Nervous System (SNS) yang menyebabkan retensi natrium di dalam pembuluh darah, meningkatkan volume darah dan tekanan di dalam pembuluh darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi pada dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung tahun 2023. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian analitik observasional yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung menggunakan teknik simple random sampling pada populasi, sampel penelitian berasal dari data primer berupa hasil pengukuran berat badan, tinggi badan, dan tekanan darah. Data dianalisis dengan analisis univariat dan bivariat serta dilakukan uji fishers exact. Jumlah responden sebanyak 44 orang dengan karakteristik responden mayoritas berjenis kelamin perempuan, usia lebih dari sama dengan 35 tahun. Mayoritas responden berada pada kondisi obesitas (52.2%) dan berada pada kondisi tekanan darah normal (43.2%). Hasil penelitian ini didapatkan p-value sebesar 0.105 yang menunjukkan tidak terdapat hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung tahun 2023.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11029 Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran pada Siswa SMAN 9 Bandung Tahun Ajaran 2023/2024 2024-03-19T09:37:39+08:00 Sonia Valerina Mandala soniavalerina022@gmail.com Ratna Dewi Indi Astuti ratnawidjajadi@unisba.ac.id Susanti Dharmmika susantidharmmika@yahoo.com <p><strong>Abstract.</strong>The lack of fitness in high school students could lead to a decrease in terms of cognitive function and academic achievement. The decrease of fitness can occur due to various factors, one of which is nutritional status. This research aims to determine the relationship between nutritional status and fitness in students at SMAN 9 Bandung. The research employs a descriptive method with a cross-sectional approach. Total sampling was used to select 98 student from SMAN 9 Bandung for the academic year 2023/2024. To asses the relationship between nutritional status and fitness level, fisher-exact test analysis was conducted. The result indicates that the majority of student have a normal body weight (77%). However, their fitness level shows that a majority of students have very poor fitness (64,3%). The fisher-exact test test result p = 0,811, indicating no significant relationship between nutritional status and fitness in students at SMAN 9 Bandung for academic 2023/2024. This could occur due to a lot of&nbsp; that affects fitness such as physical activity and sedentary life.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Kurangnya kebugaran pada siswa SMA dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif dan menurunkan capaian akademik pada siswa. Penurunan kebugaran ini dapat terjadi karena berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi kebugaran salah satunya adalah status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kebugaran pada siswa SMAN 9 Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Pada penelitian ini dilakukan pengambilan sample menggunakan <em>random sampling</em> dan didapatkan 98 orang siswa SMAN 9 Bandung tahun ajaran 2023/2024. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan tingkat kebugaran dilakukan analisis menggunakan <em>fisher-exact test.</em> Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki berat badan yang normal (77%). Tingkat kebugaran pada siswa SMAN 9 Bandung menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki kebugaran yang sangat buruk (64,3%).&nbsp; Hasil uji <em>fisher-exact test</em> diperoleh p = 0,811 sehingga tidak ada&nbsp; hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kebugaran pada siswa SMAN 9 Bandung tahun ajaran 2023/2024. Hal ini dapat disebabkan karena masih banyak faktor yang mempengaruhi kebugaran seperti aktivitas fisik dan gaya hidup <em>sedentary</em>.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11035 Pengaruh Diabetes Melitus Tipe 2 Tidak Terkontrol terhadap Komplikasi Nefropati Diabetik 2024-03-19T09:37:39+08:00 Nunik Purnamasari nunikpurnmsr15@gmail.com Nuzirwan Acang n.acang@yahoo.co.id Harvi Puspa Wardani harvipuspawardani@gmail.com <p><strong>Abstract. </strong>Type 2 diabetes is a metabolic disorder characterized by an increase in blood sugar due to decreased insulin secretion by pancreatic beta cells. The International Diabetes Federation (IDF) states that in 2021, 537 million people in the world have diabetes. West Java is ranked first with 186,809 people. Type 2 diabetes mellitus is divided into two groups, namely controlled and uncontrolled type 2 diabetes. Type 2 diabetes that is not well controlled can cause various complications, one of which is diabetic nephropathy. This study aims to determine the effect of uncontrolled type 2 diabetes mellitus on diabetic nephropathy complications. This study used a retrospective cohort method and was analyzed using the chi square test. The results of this study indicate that there is a significant relationship between the incidence of diabetic nephropathy and uncontrolled type 2 diabetes mellitus at Al-Ihsan Bandung Hospital. The more uncontrolled blood sugar of type 2 diabetes mellitus patients can increase the risk of diabetic nephropathy.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Diabetes tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. <em>International Diabetes Federation</em> (IDF) menyatakan tahun 2021 terdiri 537 juta orang didunia mengalami diabetes. Jawa Barat berada diperingkat pertama yaitu 186.809 orang. Diabetes melitus tipe 2 terbagi menjadi dua kelompok yaitu diabetes tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrol. Diabetes tipe 2 yang tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan berbagai komplikasi salah satunya nefropati diabetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh diabetes melitus tipe 2 tidak terkontrol terhadap komplikasi nefropati diabetik. penelitian ini menggunakan metode <em>cohort retrospective</em> dan dianalisis dengan menggunakan uji <em>chi square</em>. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian nefropati diabetik dengan diabetes melitus tipe 2 tidak terkontrol di RSUD Al-Ihsan Bandung. Semakin tidak terkontrolnya gula darah pasien diabetes melitus tipe 2 dapat meningkatkan resiko nefropati diabetik.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11062 Gambaran Kebiasaan Konsumsi Makanan dan Minuman Tinggi Gula dan Prevalensi Karies Gigi di SDN 042 Gambir Bandung 2024-03-19T09:37:38+08:00 Ghaitsa Aulia Maghfira ghaitsafira96@gmail.com Yuniarti candytone26@gmail.com Meta Maulida Damayanti meta.fkunisba@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Children are a group that has a high risk of dental caries. This is because children have habits and preferences for consuming sweet foods and drinks. These sweet foods and drinks contain sugar which can be a factor in the emergence of dental caries. This study aims to determine the description of consumption habits of foods and drinks high in sugar and the prevalence of dental caries in grade 5 and 6 children at SDN 042 Gambir Bandung. This research used an analytical observational method, with a cross sectional approach, which was conducted at SDN 042 Gambir Bandung, with a total of 78 respondents who met the inclusion criteria. Data was obtained from filling out questionnaires regarding consumption habits of foods and drinks high in sugar and dental examinations were carried out to determine dental caries status. The results of this study showed that the majority of students consumed foods and drinks high in sugar in the high category, namely 50 people (64.1%), with almost all students suffering from dental caries, namely 69 students (88.5%).</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Anak-anak merupakan kelompok yang memiliki risiko tinggi dalam kejadian karies gigi. Hal ini disebabkan karena anak-anak memiliki kebiasaan dan kegemaran dalam mengonsumsi makanan dan minuman manis. Makanan dan minuman manis tersebut mengandung gula yang dapat menjadi faktor timbulnya karies gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebiasaan konsumsi makanan dan minuman tinggi gula dan prevalensi karies gigi pada siswa SDN 042 Gambir Bandung. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik, dengan pendekatan <em>cross sectional</em>, yang dilakukan di SDN 042 Gambir Bandung, dengan jumlah responden 78 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Data diperoleh dari pengisian kuesioner untuk kebiasaan konsumsi makanan dan minuman tinggi gula dan dilakukan pemeriksaan gigi untuk melihat status karies gigi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mengonsumsi makanan dan minuman tinggi gula dengan kategori tinggi, yaitu sebanyak 50 orang (64,1%), dengan hampir seluruh siswa menderita karies gigi, yaitu sebanyak 69 siswa (88,5%).</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11074 Gambaran Lemak Tubuh dan Tingkat Kebugaran Jasmani pada Atlet Bulu Tangkis Remaja Putri KONI Jawa Barat Tahun 2023 2024-03-19T09:37:38+08:00 Audhrey Tyara Mizard audhreytyaramz@gmail.com Ieva Baniasih Akbar ieva.b.akbar@gmail.com Umar Islami umarislami@gmail.com <p><strong>Abstra</strong><strong>ct</strong><strong>.</strong> Badminton is a sport that is very popular in Indonesia. Physical fitness and body fat are important indicators for athletes to pay attention to. The aim of this research is to determine the description of body fat and physical fitness levels in young female badminton athletes at KONI West Java in 2023. The method of this research is analytical research with a cross sectional design. Thirty-three female youth badminton athletes from KONI West Java aged 11-17 years were research subjects using a non-probability sampling method with a total sampling technique. Body fat percentage is measured with the BIA test. Physical fitness is measured using the bleep test method. This research shows that female youth badminton athletes KONI West Java have an average body fat of 23.16% (moderate). KONI West Java female youth badminton athletes have an average physical fitness level of 46.23 ml/kg/min (excellent). Based on this research, it is hoped that it can show a picture of body fat and physical fitness so that KONI West Java female youth badminton athletes can pay attention to body fat percentage and physical fitness levels to improve the athletes' performance &amp; achievements. Physical fitness can also be influenced by other factors such as nutritional intake, lifestyle and exercise.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Bulu tangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat digemari di Indonesia. Kebugaran jasmani dan lemak tubuh merupakan indikator yang penting untuk diperhatikan bagi para atlet. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran lemak tubuh dan tingkat kebugaran jasmani pada atlet bulu tangkis&nbsp; remaja putri KONI Jawa Barat Tahun 2023. Metode penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain cross sectional. Tiga puluh tiga atlet bulu tangkis remaja putri KONI Jawa Barat usia 11-17 tahun menjadi subjek penelitian menggunakan metode non-probability sampling dengan teknik total sampling. Persentase lemak tubuh diukur dengan BIA test. Kebugaran jasmani diukur dengan metode bleep test. Penelitian ini menunjukkan bahwa atlet bulu tangkis remaja putri KONI Jawa Barat memiliki lemak tubuh dengan rata-rata yaitu 23,16% (moderate). Atlet bulu tangkis remaja putri KONI Jawa Barat memiliki tingkat kebugaran jasmani dengan rata-rata yaitu 46,23 ml/kg/min (excellent). Berdasarkan penelitian ini, diharapkan dapat memperlihatkan gambaran lemak tubuh dan kebugaran jasmani sehingga atlet bulu tangkis remaja putri KONI Jawa Barat dapat memperhatikan persentase lemak tubuh dan tingkat kebugaran jasmani untuk meningkatkan kinerja &amp; prestasi para atlet. Kebugaran jasmani juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti asupan gizi, gaya hidup, serta latihan.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11077 Karakteristik Manifestasi Klinis Pasien dengan Dermatitis Kontak di RSUD Cibabat 2024-03-19T09:37:38+08:00 Karina Dinda Azzahra karinadhra@gmail.com Maya Tejasari mayatejasari4981@gmail.com Deis Hikmawati drdeishh@yahoo.com <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstract.</strong> Abstract. Contact Dermatitis is an inflammatory skin disease caused by contact exposure to allergens and irritants. Irritant Contact Dermatitis (DKI) is a complex reaction caused by intrinsic (genetic) and extrinsic (environmental) factors. Allergic Contact Dermatitis (DKA) is an immune reaction of the skin to one or more allergens that come into contact with the skin. In 2017, it is estimated that there were around 1090 people with cases of occupational skin disease, of which 79% were contact dermatitis. The aim of this study was to determine the characteristics of clinical manifestations of patients with contact dermatitis. The design of this research was an analytical observational study with a cross-sectional design conducted at the Cibabat District Hospital with a total of 137 patients. Data was obtained from medical records in the form of type of exposure and clinical manifestations and a diagnosis of DKA or DKI. The results of the study showed that the most common clinical manifestations were itching (80.29%) and redness (62.77%) compared to stinging (37.23%), burning (26.28%) and dry skin ( 24.82%). The conclusion of this study is that the majority of patients experience itching and redness as clinical manifestations of contact dermatitis. This is caused by the effects of the release of cytokines and irritation of the skin which causes inflammation and manifests in patient complaints.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstrak. </strong>Dermatitis Kontak merupakan penyakit inflamasi kulit yang disebabkan oleh paparan kontak alergen dan iritan. Dermatitis Kontak Iritan (DKI) merupakan reaksi kompleks yang disebabkan oleh faktor intrinsik (genetik) dan extrinsik (lingkungan). Dermatitis Kontak Alergi (DKA) merupakan reaksi kekebalan kulit terhadap satu atau lebih alergen yang bersentuhan dengan kulit. Pada tahun 2017 diperkirakan terdapat sekitar 1090 orang dengan kasus penyakit kulit akibat kerja dimana 79% nya merupakan dermatitis kontak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik manifestasi klinis pasien dengan dermatitis kontak. Desain penelitian ini adalah penelitian <em>analitic</em> <em>observational</em> dengan rancangan <em>cross-sectional </em>yang dilakukan di RSUD Cibabat&nbsp; dengan total subyek yang didapatkan adalah 137 pasien. Data diperoleh dari rekam medis berupa jenis paparan dan manifestasi klinis dan didiagnosis DKA atau DKI. Hasil penelitian menunjukan bahwa manifestasi klinis yang paling banyak terjadi adalah rasa gatal (80,29%) dan kemerahan (62,77%) dibandingkan dengan rasa perih (37,23%), rasa terbakar (26,28%) dan kulit kering (24.82%). Simpulan penelitian ini adalah sebagian besar pasien mengalami rasa gatal serta kemerahan sebagai manifestasi klinis dari penyakit dermatitis kontak. Hal ini disebabkan oleh efek dari dilepaskannya sitokin serta irirtasi pada kulit yang menyebabkan inflamasi dan bermanifestasi terhadap keluhan pasien.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11086 Hubungan Kepadatan Hunian dengan Skabies di Pesantren Da’rul Qur’an Kabupaten Kuningan Periode Tahun 2022 - 2023 2024-03-19T09:37:38+08:00 Duratunnisa Salsabila duratunnisa.salsabila@gmail.com Arief Budi Yulianti budi.yulifk@gmail.com Retno Ekowati retnoekowati@unisba.ac.id <p class="PROSIDING-ABSTRAK"><span lang="IN"><strong>Abstract.</strong> Scabies is an infectious skin disease caused by parasitic mites. Residential density is an important factor in increasing the incidence of scabies. Occupancy density in Islamic boarding schools can be reflected in the density of bedroom occupancy. This study aims to determine the relationship between the number of room occupants and the incidence of scabies among students at the Da'rul Qur'an Islamic boarding school, Kuningan Regency. This research is a quantitative observational study with a cross sectional approach. Respondents in the research were middle school and high school students at the Da'rul Qur'an Islamic Boarding School, Kuningan Regency, academic year 2022 to 2023. The sample size was calculated using the hypothesis test formula of different proportions and obtained 137 samples which were then randomized using a simple random sampling approach. Data was collected through distributing questionnaires which had been tested for validity using the Pearson correlation test. The collected data was then analyzed using the bivariate test (Chi Square). The research results showed that the largest age group was 14 years old (28.8%) and the largest class group came from class 3 of junior high school (37.2%). More than half of the total respondents were female (57.7%). Most respondents experienced scabies (70.8%) with more than half of the total respondents having rooms where the number of occupants did not meet the standards, namely more than 5 people per room (53.3%). The incidence of scabies in respondents whose rooms meet standards is smaller than in respondents whose rooms do not meet standards. This shows that there is a significant relationship between the number of room occupants and the incidence of scabies among students at the Da'rul Qur'an Islamic Boarding School, Kuningan Regency (p= 0.045; OR 1.710 95% CI (0.801 – 2.615)).</span></p> <p class="PROSIDING-ABSTRAK"><span lang="IN"><strong>Abstrak.</strong> Skabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh tungau parasit. Kepadatan hunian merupakan faktor penting dalam meningkatkan angka kejadian skabies. Kepadatan hunian di pesantren dapat tercermin dari kepadatan hunian ruang tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jumlah penghuni kamar terhadap kejadian skabies pada siswa pesantren Da’rul Qur’an Kabupaten Kuningan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif observasional dengan pendekatan cross sectional. Responden dalam penelitian merupakan santri SMP dan SMA di Pondok Pesantren Da’rul Qur’an Kabupaten Kuningan tahun ajaran 2022 hingga 2023. Besar sampel dihitung menggunakan rumus uji hipotesis beda proporsi dan diperoleh 137 sampel yang kemudian diacak dengan pendekatan simple random sampling. Data dikumpulkan melalui pembagian kuesioner yang telah diuji validitas menggunakan uji korelasi <em>pearson</em>. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan uji bivariate (Chi Square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok usia paling banyak yaitu berusia 14 tahun (28,8%) dan kelompok kelas paling banyak berasal dari kelas 3 SMP (37,2%). Lebih dari setengah total responden berjenis kelamin perempuan (57,7%). Sebagian besar responden mengalami skabies (70,8%) dengan lebih dari setengah total responden memiliki kamar dengan jumlah penghuni kamar tidak memenuhi standar yaitu lebih dari 5 orang per kamar (53,3%). Kejadian skabies pada responden dengan penghuni kamar sesuai standar lebih kecil dibandingkan responden dengan penghuni kamar tidak sesuai standar. Hal ini menujukkan adanya hubungan yang signifikan antara jumlah penghuni kamar dengan kejadian skabies pada santri di Pondok Pesantren Da’rul Qur’an Kabupaten Kuningan (p= 0,045; OR 1,710 95% CI (0,801 – 2,615)).</span></p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11111 Studi Literatur: Karakteristik Pasien Demam Berdarah Dengue Dewasa Sebelum dan Selama Pandemi Covid-19 di RSUD Al-Ihsan 2024-03-19T09:37:37+08:00 Muhammad Faris Rizki farisrizqi02@gmail.com Wida Purbaningsih wida@unisba.ac.id Ajeng Kartika akuajengkartika@gmail.com <p><strong>Abstract. </strong>Dengue Hemorrhagic Fever is a disease caused by the Dengue virus and transmitted by the Aedes Aegypti mosquito. The World Health Organization (WHO) says that this disease generally occurs in areas such as Southeast Asia and the West Pacific. WHO noted that there was an increase in the incidence of dengue fever in Southeast Asia by around 46% from 451,442 cases to 658,301 cases, while the death rate decreased by 2%, namely from 1,584 to 1,555 cases. This study aims to determine the characteristics of adult dengue hemorrhagic fever patients before and during the Covid-19 pandemic. This research is a descriptive observational study with a cross sectional design with a sample size of 100 people who meet the inclusion and exclusion criteria. Samples were taken using a non-probability sampling technique, namely consecutive sampling, which is a sample selection technique by determining subjects who meet the inclusion criteria and are included in the research for a certain period of time. The results show that ages 20‒39 years are the age group most frequently affected by dengue fever before and during the pandemic and the gender most frequently affected is women. This is because the Aedes aegypti mosquito actively bites during the day, when people are active. There was a decrease in the number of villages affected by dengue fever during the pandemic because some people came from outside the city. It was found that the majority of adult dengue fever patients had fever without bleeding or hepatomegaly and only experienced grade I. This was due to the faster screening process before and during the pandemic so that treatment could be carried out immediately before entering the next degree.</p> <p><strong>Abstrak</strong><strong>.</strong> Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk <em>Aedes Aegypti</em>. <em>World Health Organization </em>(WHO) mengatakan bahwa penyakit ini umumnya terjadi pada daerah seperti Asia Tenggara dan Pasifik Barat. WHO mencatat bahwa ada peningkatan angka kejadian DBD di Asia Tenggara sekitar 46% dari 451.442 kasus menjadi 658.301 kasus, sedangkan tingkat kematiannya mengalami penurunan sebanyak 2% yaitu dari 1.584 menjadi 1.555 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien demam berdarah dengue dewasa sebelum dan selama pandemi Covid-19. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional desain <em>cross sectional</em> dengan jumlah sampel 100 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel diambil dengan menggunakan teknik <em>non-probability sampling</em>, yaitu <em>consecutive sampling</em> yang merupakan teknik pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu. Hasil menunjukan bahwa usia 20‒39 tahun merupakan kelompok umur yang paling sering terkena DBD pada masa sebelum dan pada saat pandemi dan jenis kelamin yang paling sering terkena adalah perempuan. Hal ini dikarenakan nyamuk <em>Aedes aegypti</em> aktif menggigit pada siang hari, ketika orang-orang sedang beraktivitas. Terdapat penurunan jumlah desa yang terkena DBD saat pandemi dikarenakan sebagian orang berasal dari luar kota. Didapatkan sebagian besar pasien DBD dewasa mengalami demam tanpa perdarahan ataupun hepatomegali dan hanya mengalami derajat I. Hal ini disebabkan oleh proses skrining lebih cepat pada sebelum dan saat pandemi sehingga dapat dilakukan penanganan segera sebelum memasuki derajat selanjutnya.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11119 Tingkat Pengetahuan Penggunaan Tabir Surya terhadap Dampak Paparan Sinar Ultraviolet pada Kulit Wajah Mahasiswa Tingkat 3 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2021/2022 2024-03-19T09:37:37+08:00 Ratu Carissa Tantaramesta ratucarissat@gmail.com Nuzirwan Acang n.acang@yahoo.co.id <p><strong>Abstract.</strong> Sunscreen is the primary choice for protecting against ultraviolet radiation, and proper understanding helps reduce its adverse effects on the skin. The objective of this research is to evaluate the knowledge of sunscreen use concerning the effects of exposure to ultraviolet rays on facial skin. This study employs a categorical descriptive method conducted on third-year students at the Faculty of Medicine, Unisba, during the academic year 2021/2022. Data were obtained through questionnaires directly filled out by respondents. The research results indicate that 39 individuals (78%) have good knowledge, while 11 individuals (22%) have poor knowledge. Respondents with good knowledge and positive effects of ultraviolet exposure on facial skin are 36 individuals (72%), while those with good knowledge but negative effects on facial skin are 3 individuals (6%). Meanwhile, respondents with poor knowledge but positive effects on facial skin are 10 individuals (20%), and 1 person (2%) has both poor knowledge and negative effects of ultraviolet exposure.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Tabir surya merupakan produk komersial yang memiliki angka filtrasi terhadap sinar Ultraviolet (UV). Radiasi Ultraviolet diklasifikasikan berdasarkan panjang gelombangnya menjadi UVA, UVB, dan UVC yang akan menyebabkan keadaan patologi pada kulit. Ketika kulit terpapar radiasi UV terus-menerus akan menyebabkan terjadinya atrofi, perubahan pigmen, kerutan dan keganasan pada kulit. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat pengetahuan penggunaan tabir surya terhadap dampak paparan sinar ultraviolet pada kulit wajah mahasiswa tingkat 3 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2021/2022<sup>. </sup>Metode penelitian kualitatif menggunakan rancangan penelitian deskriptif kategorik. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unisba tingkat 3 tahun akademik 2021/2022 berumlah 50 orang variabel bebas tingkat pengetahuan penggunaan tabir suya dan variabel terikatnya dampak paparan sinar ultraviolet. Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 39 orang (78%) dan sebanyak 11 orang (22%) memiliki pengetahuan buruk. Responden yang memiliki pengetahuan baik dan dampak paparan sinar ultraviolet baik sebanyak 36 orang (72%%), sedangkan yang memiliki pengetahuan baik tetapi dampak paparan sinar ultraviolet buruk sebanyak 3 orang (6%). Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan buruk tetapi dampak paparan sinar ultraviolet baik sebanyak 10 orang (20%) dan 1 orang (2%) yang memiliki tingkat pengetahuan dan dampak paparan sinar ultravioletnya buruk.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11133 Studi Literatur: Hubungan Obesitas dengan Gangguan Tidur pada Mahasiswa 2024-03-19T09:37:37+08:00 Aida Nur Rahmah Widodo aidanrwidodo@gmail.com Fajar Awalia Yulianto fajar@unisba.ac.id Susan Fitriyana susanfitriyananugraha@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Sleep disorders are a problem that often occurs in students. One of the causes of sleep disorders which is also very common in students because it is influenced by lifestyle is obesity. This research was conducted to find out whether sleep disorders in students can be caused by obesity. From previous studies it was explained that obesity can cause fat accumulation which can later cause anatomical and physiological changes in the airways and cause difficulty in breathing and impact on poor sleep quality due to difficulty in breathing.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Gangguan tidur merupakan masalah yang sering terjadi pada mahasiswa. Salah satu penyebab gangguan tidur yang juga banyak terjadi pada mahasiswa karena dipengaruhi oleh gaya hidup adalah obesitas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah gangguan tidur pada pelajar dapat disebabkan oleh obesitasdari studi sebelumnya dijelaskan bahwa kondisi obesitas dapat menyebabkan adanya penumpukan lemak yang nantinya dapat menyebabkan perubahan saluran nafas secara anatomis dan fisiologis dan menyebabkan kesulitan dalam bernafas dan berdampak pada kualitas tidur yang buruk karena kesulitan dalam bernafas.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11135 Studi Literatur: Hubungan Lama Kerja dengan Gangguan Pendengaran Akibat Bising pada Karyawan Bandara 2024-03-19T09:37:37+08:00 Habib Birham Ali alibirhamhabib@gmail.com Fajar Awalia Yulianto fajar@unisba.ac.id Nurul Romadhona nromadhonadr@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Noise induced hearing loss (NIHL) is the most common occupational disease worldwide. Length of service is a risk factor that can affect the severity of hearing loss. Airports are places that generate noise that exceeds the threshold and can cause noise-induced hearing loss in workers who are exposed to noise for a long time. This study aims to determine the relationship between work duration and noise-induced hearing loss in airport employees. This research uses a type of research in the form of a literature study by collecting various references consisting of previous research which will draw a conclusion. The results of this previous study will be used to conclude the relationship between length of work and noise-induced hearing loss in airport employees. The results of previous studies show that most respondents have a length of work &gt; 5 years (92.7%). The results of previous studies also showed no relationship between length of work and noise-induced hearing loss in airport employees. Factors that influence the meaninglessness of the relationship are because there are other factors that are not studied, such as the use of ear protective equipment (APT) and the duration of worker exposure.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Noise Induced Hearing Loss (NIHL) atau gangguan akibat bising merupakan penyakit akibat kerja paling umum di seluruh dunia. Lama kerja menjadi faktor risiko yang dapat mempengaruhi tingkat keparahan dari gangguan pendengaran. Bandar udara merupakan tempat yang menimbulkan suara bising melebihi ambang batas dan dapat menyebabkan gangguan pendengaran akibat bising pada pekerja yang lama terpapar bising. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lama kerja dengan gangguan pendengaran akibat bising karyawan bandara. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian berupa studi literatur dengan cara mengumpulkan berbagai referensi yang terdiri atas penelitian terdahulu yang nantinya akan menarik sebuah kesimpulan. Hasil penelitian terdahulu ini nantinya digunakan untuk menyimpulkan hubungan lama kerja dengan gangguan pendengaran akibat bising pada karyawan bandara. Hasil penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki lama kerja &gt;5 tahun (92,7%). Hasil penelitian sebelumnya juga menunjukkan tidak adanya hubungan antara lama kerja dengan gangguan pendengaran akibat bising pada karyawan bandara. Faktor yang mempengaruhi terjadinya ketidakbermaknaan hubungan adalah karena ada faktor-faktor lain yang tidak diteliti, seperti penggunaan alat pelindung telinga (APT) dan durasi paparan pekerja.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11142 Hubungan Antara Hipertensi dengan Stroke Berulang di RS Al-Islam Bandung 2024-03-19T09:37:36+08:00 Farras Nur Muhamad farraes21@gmail.com Ratna Dewi Indi Astuti ratnawidjajadi@unisba.ac.id Ismawati isma.fkunisba@gmail.com <p><span lang="SV"><strong><span lang="IN">Abstract.</span></strong><span lang="IN"> Recurrent stroke is a condition where an individual experiences multiple stroke attacks after having previously suffered a stroke. Uncontrolled risk factors can be significant triggers for recurrent stroke, including hypertension. This study aims to explore the relationship between hypertension and recurrent stroke, whether ischemic or hemorrhagic stroke. The research methodology employed is an analytical observational study with a case-control approach. A total of 180 respondents participated in this study, comprising 30 cases of recurrent ischemic stroke, 30 cases of recurrent hemorrhagic stroke as the case group, and 60 patients each of non-recurrent ischemic and hemorrhagic stroke as the control group. Sampling was conducted using non-probability sampling techniques, employing quota sampling for the case group and stratified random sampling for the control group. Data collection involved the observation of medical records to obtain a history of hypertension and recurrent stroke events. Data analysis was performed using chi-square tests and odds ratios to assess the level of hypertension risk associated with recurrent stroke events. The research findings indicate a significant relationship between hypertension and recurrent ischemic stroke (ρ value &lt; α, ρ = 0.002842, OR = 4.03), while no significant association was found between hypertension and recurrent hemorrhagic stroke (ρ value &gt; α, ρ = 0.05239, OR = 2.444). In conclusion, this study confirms the significant role of hypertension in increasing the risk of recurrent ischemic stroke. However, there is no significant relationship between hypertension and recurrent hemorrhagic stroke.</span></span></p> <p><strong><span lang="SV">Abstrak.</span></strong> <span lang="IN">Stroke berulang merupakan kondisi di mana seseorang mengalami serangan stroke lebih dari sekali setelah sebelumnya telah mengalami stroke. Faktor-faktor risiko yang tidak terkontrol dapat menjadi pemicu utama terjadinya stroke berulang, di antaranya adalah hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara hipertensi dan kejadian stroke berulang, baik itu stroke iskemik maupun perdarahan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan case-control. Sebanyak 180 responden terlibat dalam penelitian ini, dengan 30 pasien stroke iskemik berulang, 30 pasien stroke perdarahan berulang sebagai kelompok kasus, dan 60 pasien stroke iskemik serta 60 pasien stroke perdarahan yang tidak mengalami kejadian berulang sebagai kelompok kontrol. Pengambilan sampel menggunakan teknik non-probability sampling dengan quota sampling untuk kelompok kasus dan stratified random sampling untuk kelompok kontrol. Data dikumpulkan melalui observasi rekam medis untuk mendapatkan riwayat hipertensi dan kejadian stroke berulang. Analisis data dilakukan menggunakan uji chi-square dan odds ratio untuk menilai tingkat risiko hipertensi terhadap kejadian stroke berulang. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara hipertensi dan kejadian stroke iskemik berulang (ρ value &lt; α, ρ = 0,002842, OR = 4,03), namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hipertensi dan kejadian stroke perdarahan berulang (ρ value &gt; α, ρ = 0,05239, OR = 2,444). Kesimpulannya, penelitian ini menegaskan bahwa hipertensi berperan penting dalam meningkatkan risiko kejadian stroke iskemik berulang. Meskipun demikian, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hipertensi dan kejadian stroke perdarahan berulang.</span></p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11143 Pengaruh Warna Ovitrap pada Peletakan Telur Nyamuk Aedes Aegypti yang Didapat dari Lingkungan Kelurahan Tamansari Bandung 2024-03-19T09:37:36+08:00 Fadhli Yuza Fathur Rahman fadhli.fyfr@gmail.com Ratna Dewi Indi Astuti ratnawidjajadi@unisba.ac.id Winni Maharani winni.md@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an acute febrile disease triggered by Dengue virus infection. Humans are infected with the Dengue virus through the bite of female <em>Aedes aegypti</em> mosquitoes. Efforts to suppress the development of the <em>Aedes aegypti</em> mosquito population vary, one of which is a cheap and simple method, namely by installing an autocidal ovitrap. This study aims to assess the color of the ovitrap that is most attractive to female <em>Aedes aegypti</em> mosquitoes for laying their eggs. The subjects used in this research were mosquitoes obtained from the Tamansari Village Environment, Bandung. The ovitrap colors studied were black, red, yellow and white in each mosquito cage. This research was carried out three times repeatedly in the same way. The results of this research show that the color of the ovitrap that contains the most mosquito eggs is black, which dissolves other colors significantly. Conclusion: The <em>Aedes aegypti</em> mosquito lays its eggs more often in dark colored places, especially black.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang dipicu oleh infeksi virus Dengue. Manusia terinfeksi virus Dengue melalui gigitan nyamuk <em>Aedes aegypti</em> betina. Upaya untuk menekan perkembangan populasi nyamuk <em>Aedes aegypti</em> beragam salah satunya yaitu dengan cara yang murah serta sederhana adalah dengan pemasangan autocidal ovitrap. Penelitian ini bertujuan menilai warna ovitrap yang paling diminati nyamuk <em>Aedes aegypti</em> betina untuk meletakkan telurnya. Subjek yang digunakan pada penelitian ini adalah nyamuk yang didapatkan dari Lingkungan Kelurahan Tamansari Bandung. Warna ovitrap yang diteliti adalah warna hitam, merah, kuning dan putih pada setiap sangkar nyamuk. Penelitian ini dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan dengan cara yang sama. Hasil Penelitian ini menunjukkan warna ovitrap yang paling banyak terdapat telur nyamuk adalah warna hitam disbanding warna lain secara bermakna. Simpulan Nyamuk <em>Aedes aegypti</em> lebih banyak meletakkan telurnya pada tempat berwarna gelap khususnya hitam.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11170 Hubungan Tekanan Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Kejadian Retinopati Diabetik di RSUD Al-Ihsan Bandung 2024-03-19T09:37:36+08:00 Cika Lailatus Sholihah cikalailatussholihah@gmail.com Suganda Tanuwidjaja gandast@yahoo.co.id Ismawati isma.fkunisba@gmail.com <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstract</strong><strong>. </strong>Diabetic retinopathy (DR) is a microvascular complication of type 2 diabetes mellitus which can damage retinal blood vessels and cause visual impairment and even blindness, making diabetic retinopathy a public health problem throughout the world. Diabetic retinopathy is the fifth cause of blindness and visual impairment. The International Diabetes Federation (IDF) stated that in 2021 there will be 537 million people in the world suffering from diabetes mellitus, while the prevalence of DM in Indonesia in 2018 was around 1.5% with the number diagnosed at 1,017,290. The prevalence of DR in Bandung is 19.46% in 2020. Risk factors that cause DR include hypertension, obesity, dyslipidemia, poor glycemic control and nephropathy, so prevention is needed by controlling related factors, one of which is hypertension. The aim of this study was to determine the relationship between blood pressure in type 2 DM sufferers and the incidence of DR. This study used a case control research design conducted at Al Ihsan Regional Hospital, Bandung, with a sample size of 152 type 2 DM patients, of whom 53 were diagnosed with RD and 99 were diagnosed with something other than RD. Data were analyzed using univariate and bivariate tests and statistical tests were carried outChiSquare andOds Ratio. The results of this study showed that the average age of RD patients was 55 years and it was more common among women. ChiSquare test shows p-value &lt;0.0001 and odds ratio obtained 6.7. This research can be concluded that there is a relationship between hypertension and the incidence of diabetic retinopathy at Al Ihsan Regional Hospital.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Abstrak. </strong>Retinopati diabetik (RD) merupakan komplikasi mikrovaskular diabetes melitus tipe 2 yang dapat merusak pembuluh darah retina dan mengakibatkan gangguan penglihatan bahkan menyebabkan kebutaan, sehingga retinopati diabetik menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Retinopati diabetik menjadi penyebab kelima darikebutaan dan gangguan penglihatan. <em>International Diabetes Federation </em>(IDF) menyatakan tahun 2021 terdiri 537 juta orang di dunia menderita diabetes melitus, sedangkan prevalensi DM di Indonesia pada tahun 2018 sekitar 1,5% dengan jumlah terdiagnosis 1.017.290. Prevalensi RD di Bandung, yaitu 19,46% pada tahun 2020. &nbsp;&nbsp;Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya RD, seperti hipertensi, kegemukan, dislipidemia, kontrol glikemik yang buruk, dan nefropati, sehingga diperlukan pencegahan dengan mengendalikan faktor yang berhubungan salah satunya hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tekanan darah penderita DM tipe 2 dengan kejadian RD. Penelitian ini menggunakan desain penelitian case control yang dilakukan di RSUD Al Ihsan bandung, dengan jumlah sampel 152 pasien DM tipe 2 diantaranya 53 terdiagnosis RD dan 99 terdiagnosis selain RD. Data dianalisis dengan uji univariat dan bivariat dan dilakukan uji statistik <em>ChiSquare</em> dan <em>Ods Ratio. </em>Hasil ini didapatkan rerata usia pasien RD adalah 55 tahun dan lebih banyak dialami oleh perempuan. Uji <em>ChiSquare</em> menunjukan nilai <em>p-value</em> &lt;0.0001 dan uji <em>OdsRatio</em> didapatkan 6.7. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara hipertensi dengan kejadian retinopati diabetik di RSUD Al Ihsan.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11178 Hubungan Antara Jumlah Leukosit dengan Kejadian Syok pada Penderita DBD Anak di RS Al-Islam 2024-03-19T09:37:35+08:00 Fani Amalia Putri faniamaliaputri25@gmail.com Wida Purbaningsih wida@unisba.ac.id Retno Ekowati retnoekowati@unisba.ac.id <p><strong>Abstract. </strong>Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) can be fatal if it turns into SSD or DSS because Fatality Rate DSS can reach 10% or even more. However, if detected early,Fatality Rate can be reduced to less than 1%. So this research aims to find predictors before shock occurs, and the indicator studied is the number of leukocytes. This research is an analytical observational research approach cohort retrospective to analyze the relationship between the number of leukocytes and the incidence of shock in children with Dengue Hemorrhagic Fever. Samples were taken from inpatient medical records at Al-Islam Hospital in the period 1 January 2022 to 28 February 2023. Samples were taken using the total sampling In DHF patients with shock and without shock then analysis was carried out chi-square. On crosstabulation&nbsp; It was found that all 12 children who experienced a decrease in their leukocyte count experienced shock, but of the 55 children who had their leukocyte count within normal limits, 18 children or the equivalent of 32% experienced shock. An alternative analysis is carried out, namely by fisher's exact test because there is value expected count which is not feasible to do uji chi-square and obtained a p value = 0.000 so it can be concluded that there is a relationship between the number of leukocytes and the incidence of shock in pediatric dengue fever patients.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Demam Berdarah Dengue (DBD) bisa berakibat fatal jika berubah menjadi Sindrom Syok Dengue (SSD)&nbsp; atau Dengue Shock Syndrome (DSS)&nbsp; karena Fatality Rate DSS bisa mencapai 10%&nbsp; bahkan lebih. Namun, jika dideteksi sedari dini, Fatality Rate dapat berkurang sampai kurang dari 1%. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mencari prediktor sebelum terjadinya syok, dan indikator yang diteliti adalah jumlah leukosit. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cohort retrospective untuk menganalisis hubungan jumlah leukosit dengan kejadian syok pada penderita Deman Berdarah Dengue anak. Sampel diambil dari rekam medis rawat inap RS Al-Islam pada periode 1 Januari 2022 sampai 28 Februari 2023. Sampel diambil dengan metode total sampling pada pasien DBD dengan syok dan tanpa syok lalu dilakukan analisis chi-square. Pada&nbsp; crosstabulation&nbsp; didapatkan bahwa 12 anak yang mengalami penurunan jumlah leukosit semuanya mengalami syok, tetapi dari 55 anak yang memiliki jumlah leukosit dalam batas normal terdapat 18 anak atau setara dengan 32% mengalami syok. Dilakukan analisis alternatif yaitu dengan fisher’s exact test karena ada nilai expected count yang tidak memenuhi untuk dilakukan uji chi-square dan didapatkan nilai p = 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah leukosit dengan kejadian syok pada pasien DBD anak.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11187 Pola Penggunaan Gawai pada Anak dengan Gangguan Bahasa Ekspresif di RSUD Al-Ihsan Bandung 2024-03-19T09:37:35+08:00 Mayka Adisti Yunus maykaadisti@gmail.com R. Anita Indriyanti r.anitaindriyanti@gmail.com Miranti Kania Dewi mkaniadewi@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Based on data from the Centers for Disease Control and Prevention (CDC), children generally spend about eight hours a day watching digital screens. The World Health Organization (WHO) recommends screen time of no more than one hour for children between the ages of two and four. Language disorders are often associated with high screen time. This study aims to determine the description of demographic characteristics and patterns of device use in children with expressive language disorders at Al Ihsan Bandung Hospital. This study is descriptive in nature with research subjects of children who have expressive language disorders at Al Ihsan Hospital who meet the inclusion criteria. The results of this study indicate that most pediatric patients with language disorders at Al-Ihsan Bandung Hospital in 2023 are children who use 2 types of devices (46.7%) with the most frequently used device is television (100%) and the duration of use is included in the long category (&gt;60 minutes) (93.3%). All children with expressive language disorders at Al-Ihsan Bandung Hospital have a history of excessive device use. The higher the use of devices in children will affect the development of language in children.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Berdasarkan data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), anak-anak umumnya menghabiskan waktu sekitar delapan jam sehari untuk menonton layar digital. World Health Organization (WHO) merekomendasikan screen time tidak lebih dari satu jam untuk anak antara usia dua dan empat tahun. Gangguan berbahasa sering kali dikaitkan dengan screen time yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik demografi dan pola penggunaan gawai pada anak dengan gangguan bahasa ekspresif di RSUD Al Ihsan Bandung. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan subjek penelitian anak yang memiliki gangguan bahasa ekspresif di RSUD Al Ihsan yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien anak dengan gangguan bahasa di RSUD Al-Ihsan Bandung Tahun 2023 adalah anak yang menggunakan 2 jenis gawai (46.7%) dengan gawai yang paling sering digunakan adalah televisi (100%) dan durasi penggunaan termasuk dalam kategori lama (&gt;60 menit) (93.3%). Seluruh anak yang mengalami gangguan bahasa ekspresif di RSUD Al-Ihsan Bandung memiliki riwayat penggunaan gawai yang berlebihan. Semakin tingginya penggunaan gawai pada anak maka akan mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11193 Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Stres Akademik pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unisba 2024-03-19T09:37:35+08:00 Yesi Novita yesinovita49@gmail.com Caecielia Makaginsar caecielia@gmail.com Meta Maulida Damayanti meta.fkunisba@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Medical students who have just entered the educational level at the university often encounter many changes compared to their time in high school (SMA), making them susceptible to academic stress. Achievement motivation is beneficial in reducing academic stress among students. This study aims to determine the relationship between achievement motivation and academic stress among students in the Faculty of Medicine at the Islamic University of Bandung. The research methods used is descriptive analysis, with a cross sectional observational design and the data analysis used is univariate and bivariate analysis with chi-square. The sampling in this study used random sampling technique, and a total of 118 students were obtained who met the inclusion criteria. The results of&nbsp; research using SPSS software show that the majority of respondents have a moderate level of achievement motivation, accounting for 87.3%, and a very severe level of academic stress, accounting for 36.4%. Statistical analysis resulted in a contingency coefficient (CC) value of 0.529 with a p-value of 0.001 (P&lt;0.05), indicating a significant positive relationship between achievement motivation and academic stress. The conclusion of this study indicates that the higher the achievement motivation, the higher the academic stress among students; conversely, the lower the achievement motivation, the lower the academic stress among first-year students in the Faculty of Medicine at the Islamic University of Bandung. The high achievement motivation in students is caused by their desire to obtain good grades, requiring greater effort to realize these aspirations. This is what contributes to the increase in academic stress among students.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang baru memasuki tingkat pendidikan di universitas, mendapati banyak perubahan dibandingkan waktu di Sekolah Menengah Atas (SMA) sehingga rawan terkena stres. Motivasi berprestasi bermanfaat untuk mengurangi stres akademik mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar hubungan motivasi berprestasi dan stres akademik pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. Metode penelitian yang digunakan yaitu analisis deskriptif dengan desain observasional jenis cross sectional dan analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling dan didapat sampel sebanyak 118 mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian dengan analisis menggunakan software SPSS menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat motivasi berprestasi sedang sebanyak 87,3% dan tingkat stres akademik sangat berat sebanyak 36,4%. Hasil analisis statistik diperoleh nilai koefisien kontingensi (CC) sebesar 0,529 dengan p-value sebesar 0,001 (P&lt;0,05) yang berarti ada hubungan positif yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan stres akademik. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi berprestasi maka semakin tinggi stres akademik mahasiswa, demikian pula sebaliknya semakin rendah motivasi berprestasi maka semakin rendah stres akademik mahasiswa angkatan pertama Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. Motivasi berprestasi yang tinggi pada mahasiswa disebabkan karena keinginan mahasiswa untuk memperoleh nilai yang baik, sehingga perlu usaha yang lebih keras dalam mewujudkan keinginan dari mahasiswa tersebut. Hal inilah yang menyebabkan stres akademik mahasiswa menjadi ikut meningkat.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11209 Peranan Anemia pada Kehamilan terhadap Berat Bayi Lahir Rendah 2024-03-19T09:37:34+08:00 Debi Diantika debidiantika2412@gmail.com Jusuf Sulaeman Effendi jusufse@yahoo.com Mira Dyani Dewi miradyani@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Based on data from the Indonesian Central Bureau of Statistics, the incidence of anemia among pregnant women in Indonesia is 48.9%. Anemia in pregnancy has the effect of increasing the risk of low birth weight, affecting the delay and inhibition of growth and physical and mental development of children. Low birth weight is a significant determinant of infant mortality and morbidity, leading to short and long-term consequences in later life. This study aims to determine the role of anemia in pregnancy with low birth weight at Al-Ihsan Hospital. This type of research is observational analysis with cross-sectional research method and analyzed using chi-square test. The sample determination used purposive sampling with a total of 350 respondents. The results showed that there was a significant relationship between anemia pregnant women and low birth weight babies at Al-Ihsan Bandung Hospital.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia, kejadian anemia pada ibu hamil di Indonesia yaitu sebanyak 48,9%. Anemia pada kehamilan berdampak meningkatkan resiko berat bayi lahir rendah, berpengaruh pada keterlambatan dan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental anak. Berat bayi lahir rendah menjadi faktor determinan yang signifikan untuk kematian bayi, dan morbiditas, yang menyebabkan konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang di kemudian hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan anemia pada kehamian dengan berat bayi lahir rendah di RSUD Al-Ihsan. Jenis penelitian ini adalah analisis observasional dengan metode penelitian menggunakan <em>cross-sectional</em> dan dianalisis menggunakan uji <em>chi-square</em>. Penentuan sampel menggunakan <em>purposive sampling </em>dengan jumlah 350 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna ibu hamil anemia dengan Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Al-Ihsan Bandung.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11226 Gambaran Faktor Risiko Status Gizi dan Riwayat Kejang Keluarga pada Anak Kejang Demam di RS Al Islam Bandung periode 2021–2022 2024-03-19T09:37:34+08:00 Andika Ilham Rahmadi Prianza arahmadiprianza@gmail.com Herry Garna herry.garna@unisba.ac.id Buti Azfiani Azhali butiazhali@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Febrile seizures are seizures in children aged 6-60 months (peak 12–18 months) and are triggered by a body temperature of &nbsp;38°C (100.4°F) or higher, which is not the result of CNS infection or metabolic imbalance, and occurs without a previous history of febrile seizures. Febrile seizures have various risk factors, one of which can be seen from nutritional status and family history of seizures. This study aims to determine the risk factors for nutritional status and family history of seizures in children with febrile seizures at Al Islam Hospital Bandung for the 2021-2022 period. Researchers used descriptive methods with total sampling techniques in sampling and calculated the frequency distribution. The population selected in this study were inpatients/outpatients/polyclinics/ICU pediatric patients aged 6 months-5 years who were diagnosed with febrile seizures based on medical record data. With the sampling technique, namely total sampling, the number of research samples obtained was 184 children. The results of this study are: (1) The nutritional status of children with febrile seizures mostly had normal nutritional status (-2 to 2) as much as 52.2%, underweight nutritional status (-3 to &lt;-2) as much as 24.5%, very underweight nutritional status (&lt;-3) as much as 22.3%, and obese nutritional status (&gt;2) as much as 1.0%; (2) Most children with febrile seizures did not have a family history of seizures compared to having a family history of seizures (77.7% versus 22.3%).</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Kejang demam adalah kejang pada anak usia 6–60 bulan (puncaknya 12–18 bulan) &nbsp;dan dicetus oleh suhu badan 38°C (100,4 ° F) atau lebih tinggi, yang bukan merupakan hasil infeksi SSP atau ketidakseimbangan metabolisme, dan terjadi tanpa adanya riwayat kejang demam sebelumnya. Kejang demam memiliki faktor risiko yang bervariasi salah satunya dapat dilihat dari status gizi dan riwayat kejang keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko status gizi dan riwayat kejang keluarga pada anak kejang demam di RS Al Islam Bandung periode 2021–2022. Peneliti menggunakan metode deskriptif dengan teknik <em>total sampling</em> dalam pengambilan sampel dan dihitung distribusi frekuensinya. Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah pasien anak rawat inap/jalan/poliklinik/IGD usia 6 bulan–5 tahun yang didiagnosis kejang demam berdasarkan data rekam medik. Dengan teknik pengambilan sampel yaitu <em>total sampling</em> diperoleh jumlah sampel penelitian sebanyak 184 &nbsp;anak. Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Status gizi anak kejang demam sebagian besar memiliki status gizi normal (-2 s.d. 2) sebanyak 52,2%, status gizi kurus (-3 s.d. &lt;-2) sebanyak 24,5%, status gizi sangat kurus (&lt;-3) sebanyak 22,3%, dan status gizi gemuk (&gt;2) sebanyak 1,0%; (2) Sebagian besar anak kejang demam tidak mempunyai riwayat kejang keluarga dibanding dengan mempunyai riwayat kejang dalam keluarga (77,7% versus 22,3%).</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11236 Hubungan Antara Faktor Sosioekonomi dengan Kejadian Stunting pada Balita di Cimahi Tengah 2024-03-19T09:37:33+08:00 Dhania Dwintantika ddwintantika@gmail.com Ratna Dewi Indi Astuti ratnawidjajadi@gmail.com Siti Annisa Devi Trusda trusda_75@yahoo.com <p><strong>Abstract. </strong>Toddlers are short if the z-score is below -2SD and very short if -3SD. Central Cimahi District is the area with the largest stunting rate in the city of Cimahi. The purpose of the study was to determine the relationship between socioeconomic factors and the incidence of stunting in toddlers in Central Cimahi. This study is a quantitative study, with observational analytical methods using a comparative cross sectional design. The number of samples was 30 for cases and 30 for control using a 2-proportion difference test taken through purposive sampling. Data was taken by giving a questionnaire containing 18 questions. Research site at Posyandu Karang Mekar in March – November 2023. Inclusion criteria included families with children younger than 5 years old and parents willing to be the subjects of the study. Exclusion criteria include children who have disorders such as congenital defects in organs and children who have chronic diseases.&nbsp; Data analysis of this study used Chi-square. The results showed maternal education (p=0.033), father's job (p=0.037), mother's job (p=0.020), father's income (p=0.015), and mother's income (p=0.021). In conclusion, there is a relationship between the mother's education level, father's job, mother's job, father's income and mother's income with the incidence of stunting in Central Cimahi. Family socioeconomic factors have an important role in the incidence of stunting.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Balita pendek jika z-score di bawah -2SD dan sangat pendek jika -3SD. Kecamatan Cimahi Tengah merupakan daerah dengan angka stunting terbesar di kota Cimahi. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara faktor sosioekonomi dengan kejadian stunting pada balita di Cimahi Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan metode analitik observasional menggunakan desain cross sectional comparative. Jumlah sampel sebanyak 30 untuk kasus dan 30 untuk kontrol menggunakan uji beda 2 proporsi yang diambil melalui purposive sampling. Data diambil dengan cara memberikan kuesioner&nbsp; berisi 18 pertanyaan. Tempat penelitian di Posyandu Karang Mekar pada bulan Maret – November 2023. Kriteria inklusi meliputi keluarga yang memiliki anak berusia kurang dari 5 tahun dan orangtua yang bersedia menjadi subjek penelitian. Kriteria eksklusi meliputi anak yang memiliki kelainan seperti cacat bawaan pada organ tubuh dan anak yang memiliki penyakit kronis.&nbsp; Analisis data penelitian ini menggunakan Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan pendidikan ibu (p=0,033), pekerjaan ayah (p=0,037), pekerjaan ibu (p=0,020), pendapatan ayah (p=0,015), dan pendapatan ibu (p=0,021). Simpulan, terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, pendapatan ayah dan pendapatan ibu dengan kejadian stunting di Cimahi Tengah. Faktor sosioekonomi keluarga memiliki peran peran penting terhadap kejadian stunting.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11254 Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran Berdasarkan 6 Minute Walk Test 2024-03-19T09:37:33+08:00 M. Azhari Hakim abberrys@gmail.com Rizky Suganda Prawiradilaga rizkysuganda@gmail.com Sadiah Achmad achmad.sadiah@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Physical fitness is a person's ability to carry out their daily activities efficiently without producing significant fatigue. Physical fitness is important for medical students to carry out their daily activities that have a busy schedule. This study aims to determine the relationship between nutritional status with fitness level. This study used observational analytic quantitative research with a cross-sectional design. The subjects in this study were active students of the Faculty of Medicine, Islamic University of Bandung in the academic year 2022-2023 as many as 87 people aged 20 to 29 years. Nutritional status data were obtained from anthropometric measurements in the form of body mass indeks and measuring fitness levels using the six minute walk test. Statistical tests used the Spearman correlation test. The results showed that there was a statistically significant relationship between body mass index and fitness level (p=0.013). This result may be due to many other factors that can affect fitness levels such as adequate rest, smoking status, health status, and so on.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Kebugaran jasmani ialah kemampuan seseorang dalam melaksanakan aktivitas hariannya dengan efisien tanpa menghasilkan kelelahan yang berarti. Kebugaran jasmani penting bagi mahasiswa kedokteran untuk menjalankan aktivitas hariannya yang memiliki jadwal yang padat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan tingkat kebugaran. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif analitik observasional dengan desain cross-sectional. Subjek pada penelitian ini mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung tahun ajaran 2022-2023 sebanyak 87 orang berusia 20 sampai 29 tahun. Data status gizi diperoleh dari pengukuran antropometri berupa indeks massa tubuh dan pengukuran tingkat kebugaran menggunakan six minute walk test. Uji statistik menggunakan uji spearman correlation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara indeks massa tubuh dengan tingkat kebugaran (p=0.013). Hasil ini dapat disebabkan karena banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat kebugaran seperti kecukupan istirahat, status merokok, status kesehatan, dan sebagainya.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11261 Peran Aktivitas Fisik pada Kejadian Persalinan Normal 2024-03-19T09:37:33+08:00 Nazmi Abiyah nazmiabiyah@gmail.com Fajar Awalia Yulianto fajar@unisba.ac.id Budiman budiman.ikm.fkunisba@gmail.com <p><strong>Abstract.&nbsp;</strong>This literature study was conducted to collect literature on the role of physical activity in the normal labour. In this context physical activity plays a central role due to its influence on the labor process. Lack of physical activity in pregnant women can adversely affect the process of pregnancy or the baby in the womb because physical activity can facilitate the delivery of CO2 into the muscles of the uterus so that it becomes strong which leading to spontaneous childbirth and reducing the risk of abnormal labour. This research was conducted using description observational methods with a cross sectional approach.</p> <p class="PROSIDING-ABSTRAK"><strong><span lang="EN-US">Abstrak. </span></strong><span lang="EN-US">Studi literatur ini dilakukan untuk mengumpulkan literatur mengenai peranan aktivitas fisik pada kejadian persalinan normal. Dalam konteks ini aktivitas fisik memegang peranan penting karena pengaruhnya terhadap proses persalinan. Kurangnya aktivitas fisik pada ibu hamil dapat berdampak buruk terhadap proses kehamilan ataupun pada bayi dalam kandungannya karena aktivitas fisik dapat memperlancar hantaran CO2 kedalam otot-otot rahim sehingga menjadi kuat yang membuat bayi lahir secara spontan sehingga menurunkan risiko terjadinya persalinan yang tidak normal. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasional deskriptif pendekatan case control. </span></p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11272 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dan ASI Lanjutan dengan Status Gizi pada Anak Usia 2 Tahun di Puskesmas Cimahi Selatan 2024-03-19T09:37:32+08:00 Ahnaf Yemina Putri ahnaf.yemina@gmail.com Ratna Dewi Indi Astuti ratnawidjajadi@unisba.ac.id Ismawati isma.fkunisba@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> The nutritional status of children aged less than five years in Indonesia is quite high. Nutritional status is influenced by nutritional intake and socioeconomic factors. Exclusive breastfeeding is one of the indicators of nutritional fulfillment. In Indonesia, exclusive breastfeeding still does not meet the national target and there is no further research on continued breastfeeding. In addition, WHO recommends breastfeeding for the first two years of life. The purpose of this study was to look at the picture, analyze the relationship between exclusive breastfeeding and continued breastfeeding with nutritional status, and analyze the difference in body weight of children who received exclusive breastfeeding and continued breastfeeding for up to 2 years. This study was an observational analytic with a cross sectional approach. The calculation method used to determine the relationship was the Chi square test and to determine the difference was the Mann-Whitney U test. The subjects of this study were children aged 2 years old (24-25 months) in the weighing period of February 2023 at the South Cimahi Health Center with a total subject of 74 children. The results showed that there was no significant relationship between exclusive breastfeeding classified into exclusive breastfeeding and not exclusive breastfeeding with nutritional status classified into poor nutrition and good nutrition (P=0.156). The results of this study also showed no association between continued breastfeeding until the age of 2 years classified into continued breastfeeding until 2 years and not continued breastfeeding (P=0.156).</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Permasalahan status gizi pada anak usia kurang dari lima tahun di Indonesia cukup tinggi. Masalah status gizi dipengaruhi oleh faktor asupan nutrisi dan sosioekonomi. Pemberian ASI eksklusif menjadi salah satu indikator dalam pemenuhan gizi. Di Indonesia, pemberian ASI eksklusif masih belum memenuhi target nasional dan pemberian ASI lanjutan tidak terdapat adanya penelitian lebih lanjut. Selain itu, WHO merekomendasikan untuk memberikan ASI selama dua tahun pertama kehidupan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan pemberian ASI eksklusif dan lanjutan dengan status gizi pada anak usia 2 tahun. Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan <em>cross sectional.</em> Metode perhitungan yang digunakan untuk menentukan hubungan adalah uji <em>Chi square. </em>Subjek penelitian ini adalah anak usia 2 tahun (24-25 bulan) pada bulan penimbangan periode Februari 2023 di Puskesmas Cimahi Selatan dengan jumlah subjek 74 anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan bermakna antara pemberian ASI eksklusif yang digolongkan menjadi ASI eksklusif dan tidak ASI eksklusif dengan status gizi yang digolongkan menjadi gizi buruk dan gizi baik (P=0,156). Hasil penelitian ini juga menunjukkan tidak adanya hubungan antara pemberian ASI lanjutan hingga usia 2 tahun yang digolongkan menjadi ASI lanjutan hingga 2 tahun dan tidak ASI lanjutan hingga 2 tahun dengan status gizi (P=0,746). Hal tersebut mungkin disebabkan oleh faktor lain yang menentukan status gizi anak yang tidak di teliti dalam penelitian ini. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah makanan pendamping ASI.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11288 Gambaran Frekuensi Kualitas Tidur dan Tingkat Kebugaran pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung 2024-03-19T09:37:32+08:00 Ghin Ghin Anugrah ghinghinanugrah@gmail.com Ike Rahmawaty Alie ikewaty21@gmail.com Sadeli Masria Sadelimasria1945@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Sleep is defined as a condition when the body experiences active unconsciousness. When sleeping, the brain experiences a phase of relative rest. However, the brain remains reactive to internal stimuli. Sleep needs that are not met will cause psychological and physical disorders. Physical fitness is an individual's ability to carry out daily activities with physical exertion without causing excessive fatigue and still having the energy to spend time relaxing or doing urgent work. Students who have a good level of fitness will be able to carry out daily activities well and can even improve in carrying out these activities. The aim of this research was to determine the frequency of sleep quality and fitness level of students at the Faculty of Medicine, Islamic University of Bandung. This research was conducted using quantitative analysis methods and a cross sectional approach using total sampling technique. Data collection was carried out using the Pittsburgh Sleep Quality Index questionnaire to assess sleep quality and the Harvard Step Test method to measure fitness level. The research results were tested using Spearman test analysis obtained from 42 students of the Faculty of Medicine, Bandung Islamic University. The research results showed that there were 11 respondents with good sleep quality (26.2%) and 32 respondents with poor sleep quality (73.8%). The most subjects were those with very poor fitness levels with 17 subjects (40.5%) and 2 subjects with good fitness levels (4.8%).</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Tidur didefinisikan sebagai suatu kondisi ketika tubuh mengalami ketidaksadaran aktif. Ketika tidur, otak mengalami fase istirahat relatif. Meskipun, otak tetap reaktif pada suatu rangsangan internal. Kebutuhan tidur yang tidak terpenuhi akan menimbulkan gangguan psikologi juga fisik. Kebugaran jasmani merupakan kemampuan seorang individu beraktivitas sehari-hari dengan pembebanan fisik tanpa menimbulkan rasa lelah yang berlebih dan tetap memiliki tenaga untuk mengisi waktu santay atau melakukan pekerjaan mendadak. Mahasiswa yang memiliki tingkat kebugaran baik akan mampu menjalan kegiatan sehari-hari dengan baik bahkan dapat terjadi peningkatan dalam menjalani kegiatan tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui frekuensi kualitas tidur dan tingkat kebugaran&nbsp;&nbsp; mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis kuantitatif dan pendekatan cross sectional menggunakan teknik pemilihan sampel total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner Pittsburgh Sleep Quality Index untuk menilai kualitas tidur dan metode Harvard Step Test untuk mengukur tingkat kebugaran. Hasil penelitian diuji menggunakan analisis uji Spearman didapatkan dari 42 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. Hasil penelitian menunjukan responden dengan kualitas tidur baik berjumlah 11 orang (26,2 %) dan responden dengan kualitas tidur buruk berjumlah 32 orang (73,8%). Subjek paling banyak adalah dengan tingkat kebugaran kurang sekali dengan jumlah subjek sebanyak 17 orang (40,5%) dan &nbsp;subjek dengan tingkat kebugaran baik berjumlah 2 orang (4,8%).</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11289 Korelasi Sikap Profesional Dokter dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya Tahun 2023 2024-03-19T09:37:32+08:00 Nadia Putri Meiliyana ndiaaputri@gmail.com Mia Kusmiati dr.mia74@unisba.ac.id Raden Kince Sakinah r.kince.sakinah@gmail.com <p><strong>Abstract. </strong>A doctor who is responsible for providing health services to the community must have a competent attitude, uphold professional ethics, intellectual skills, understand health law, and be committed to community service and professional ethics to maintain his practice. What shows the professional qualities of a doctor are people, work and answering questions, communication and empathy, compassion and kindness. Each hospital truly strives to provide the best value in terms of patient satisfaction, measured based on aspects of expertise, responsiveness, assurance, compassion and what is seen. This research aims to determine the correlation between the professional quality of doctors and patient satisfaction at the Jasa Kartini Tasikmalaya Hospital. Observational research and correlation between risk factors and effects (cross sectional) with sampling using systematic sampling of 161 people obtained through distributing questionnaires was used as the type of research this time. In this study the independent variable is the doctor's expertise while the dependent variable is patient satisfaction. Data analysis uses Spearman rank. The survey results show that the expertise of doctors at Jasa Kartini Tasikmalaya Hospital is at average criteria and the level of patient satisfaction is in the full range. The results of Spearman's analysis showed that there was a significant relationship between doctor expertise and patient satisfaction (p=0.000&lt;0.05). Hospitals are advised to improve the expertise of doctors to improve services and increase patient satisfaction.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Seorang dokter yang bertanggung jawab memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat harus mempunyai sikap kompeten, menjunjung etika profesi, keterampilan intelektual, memahami hukum kesehatan, dan komitmen terhadap pelayanan masyarakat dan etika profesi untuk mempertahankan praktiknya. Yang menunjukkan kualitas profesional dokter adalah manusia, pekerjaan dan menjawab pertanyaan, komunikasi dan empati, kasih sayang dan kebaikan. Setiap rumah sakit benar-benar berupaya untuk memberikan nilai terbaik dalam hal kepuasan pasien, diukur berdasarkan aspek keahlian, daya tanggap, jaminan, kasih sayang dan apa yang dilihat. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui korelasi kualitas profesional dokter terhadap kepuasan pasien di Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya. Riset observasional dan korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek <em>(cross sectional) </em>dengan pengambilan sampel menggunakan sistematik sampling sebanyak 161 orang yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner digunakan sebagai jenis penelitian kali ini. Dalam penelitian ini variabel independennya adalah keahlian dokter sedangkan variabel dependennya adalah kepuasan pasien. Analisis data menggunakan&nbsp; rank spearman. Hasil survei menunjukkan bahwa keahlian dokter RS ​​Jasa Kartini Tasikmalaya berada pada kriteria rata-rata dan tingkat kepuasan pasien berada pada kisaran penuh. Hasil analisis <em>Spearman</em> menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara keahlian dokter dengan kepuasan pasien (p=0,000&lt;0,05). Rumah sakit disarankan untuk meningkatkan keahlian dokter untuk meningkatkan pelayanan dan meningkatkan kepuasan pasien.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11303 Gambaran Nilai Hematokrit dan Jumlah Trombosit Pasien Demam Berdarah Dengue di RSUD Al-Ihsan Bandung 2024-03-19T09:37:32+08:00 Sayyidah Fauziyah sayyy614@gmail.com Wida Purbaningsih wida@unisba.ac.id Annisa Rahmah Furqaani annisa.rahmah@unisba.ac.id <p><strong>Abstract.</strong><sup>. &nbsp;</sup>Dengue fever (DHF) is a viral infectious disease transmitted by the Aedes aegypti mosquito and is characterized by fever, thrombocytopenia, and plasma permeation characterized by an increase in hematocrit. One of the important indicators of hematological examination to establish the diagnosis of DHF is platelet count and hematocrit value. This study aims to determine the description of hematocrit value and platelet count of DHF patients. The type of research used is descriptive analytic research using cross-sectional design with sample selection using purposive sampling technique. Data were taken from the medical records of DHF patients with a total sample of 175 patients. The results of the study obtained that the most age was children and adolescents, namely 64% and the most gender was female, namely 52%. Most patients had hematocrit values in the normal category, 73.1% with an average hematocrit value of 40.75%. Most patients had platelet counts &lt;100,000/µL, 52.6% with an average platelet count of 120,880/µL. It can be concluded that the hematocrit value in patients is mostly in the normal level, and the platelet count is mostly in the &lt;100,000/µL category.</p> <p><strong>Abstrak</strong><sup>. </sup>Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui nyamuk <em>Aedes aegypti </em>dan ditandai dengan adanya demam, trombositopenia, dan perembesan plasma yang ditandai dengan peningkatan hematokrit. Salah satu indikator penting pemeriksaan hematologi untuk menegakkan diagnosis DBD adalah jumlah trombosit dan nilai hematokrit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran nilai hematokrit dan jumlah tombosit pasien DBD. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik menggunakan rancangan <em>cross-sectional</em> dengan pemilihan sampel menggunakan teknik <em>purposive sampling</em>. Data diambil dari rekam medik pasien DBD dengan jumlah sampel 175 pasien. Hasil penelitian diperoleh umur terbanyak adalah anak dan remaja yaitu 64% dan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu 52%. Sebagian besar pasien nilai hematokrit dalam kategori normal yaitu 73,1% dengan rata-rata nilai hematokrit adalah 40,75%. Sebagian besar pasien memiliki jumlah trombosit &lt;100.000/µL yaitu 52,6% dengan rata-rata jumlah trombosit adalah 120.880/µL. Dapat disimpulkan bahwa nilai hematokrit pada pasien paling banyak dalam tingkatan normal, dan jumlah trombosit paling banyak dalam kategori &lt;100.000/µL.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11307 Hubungan Penyakit Komorbid dengan Status Mortalitas Pasien COVID-19 2024-03-19T09:37:31+08:00 Delvira Azzahra delviraa10@gmail.com Suganda Tanuwidjaja gandast@yahoo.co.id Rika Nilapsari rika.nilapsari@yahoo.com <p><strong>Abstract.</strong> Coronavirus disease-19 (COVID-19) is a disease caused by infection of severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). From January to May 20, 2020, a total of 4,806,299 people have been infected and caused 318,599 deaths worldwide. One of the risk factors for COVID-19 is comorbid diseases. Individuals who have comorbidities can make COVID-19 more severe and can increase mortality. The purpose of this study was to determine the relationship between comorbid diseases and mortality status of COVID-19 patients. This study was observational analytic using a cross-sectional study. The study was conducted from February – August 2023. Research materials were taken from medical records, obtained 184 secondary data that met the inclusion criteria. Data were collected using total sampling and analyzed using the Fisher method. The results showed that the number of patients who had comorbidities was 77.7% dominated by lung disease (48.4%). There is a relationship between comorbid diseases and mortality status with a p value of 0.000. This result can occur because it is influenced by various worsening mechanisms that occur in individuals with comorbid diseases.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> <em>Coronavirus disease-</em>19 (COVID-19) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi <em>severe acute respiratory syndrome coronavirus </em>2 (SARS-CoV-2). Terhitung sejak Januari sampai 20 Mei 2020, sejumlah 4.806.299 orang telah terinfeksi dan menyebabkan 318.599 kematian di seluruh dunia. Salah satu faktor risiko COVID-19 penyakit komorbid. Individu yang mempunyai penyakit penyerta dapat menyebabkan COVID-19 yang dideritanya menjadi lebih berat dan dapat meningkatkan angka mortalitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan penyakit komorbid dengan status mortalitas pasien COVID-19. Penelitian ini adalah observasional analitik menggunakan <em>cross-sectional study</em>. Penelitian dilakukan dari Februari – Agustus 2023. Bahan penelitian diambil dari rekam medis, didapatkan 184 data sekunder yang memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan data menggunakan <em>total sampling </em>dan dianalisis menggunakan metode <em>Fisher</em>. Hasil penelitian menunjukkan jumlah pasien yang memiliki komorbid adalah 77.7% yang didominasi oleh penyakit paru (48,4%). Terdapat hubungan antara penyakit komorbid dengan status mortalitas dengan p <em>value</em> 0,000. Hasil ini bisa terjadi karena dipengaruhi oleh adanya berbagai mekanisme perburukan yang terjadi pada individu dengan penyakit komorbid.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11312 Gambaran Karakteristik dan Beban Kerja pada Pekerja Bagian Produksi Suku Cadang Otomotif PT. “X” Cikarang 2024-03-19T09:37:31+08:00 Nada Nabila Ramadhani nadanabilaramadhani@gmail.com Titik Respati titik.respati@gmail.com Purnomo poerkesja@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong>&nbsp;Musculoskeletal disorders are a primary work-related health concern globally, often leading to disability and lost work years. This study explores the distribution of characteristics and workloads among workers in automotive production at PT. "X" in Cikarang Objective: This study's primary goal is to describe employees' characteristics and physical workload. Method: The study used an analytical observational approach with a cross-sectional design. It involved all 46 workers through a total sampling method. The workload assessment was based on SNI 7269:2009 guidelines and musculoskeletal complaints using the Nordic Body Map (NBM). From the Pearson correlation test results, a value of p=0.032 (p&lt;0.05) was obtained, indicating a positive relationship between workload and musculoskeletal complaints. Conclusion of this study is there is a relationship between workload and musculoskeletal complaints.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Gangguan muskuloskeletal merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi di tempat kerja dan menjadi penyebab kedua terbesar kecacatan global, diukur dari jumlah tahun kerja yang hilang. Beban kerja fisik dikenal sebagai faktor risiko utama untuk gangguan ini. Namun, belum banyak penelitian yang mengkaji gambaran karakteristik dan beban kerja pada pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik dan beban kerja pada pekerja di bagian Produksi Suku Cadang Otomotif PT. “X” Cikarang. Untuk itu, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasional analitik dan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian diambil secara keseluruhan dari responden yang berjumlah 46 orang, dengan mengukur beban kerja mereka berdasarkan pedoman SNI 7269:2009 dan keluhan muskuloskeletal menggunakan Nordic Body Map (NBM). Dari hasil uji korelasi Pearson, diperoleh nilai p=0.032 (p&lt;0.05), yang menunjukkan adanya hubungan positif antara beban kerja dan keluhan muskuloskeletal. terdapat adanya hubungan antara beban kerja dengan keluhan muskuloskeletal.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11404 Kejadian Computer Vision Syndrome pada Tenaga Kependidikan Fakultas Kedokteran UNISBA 2024-03-19T09:37:31+08:00 Rifky Reifaldin Anshary rifkyreifaldinanshary2@gmail.com Caecielia Makaginsar caecielia@gmail.com Bambang Setiohadji bsetiohadji@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Computers are often used to support various jobs, Unisba Medical Faculty educational staff work using computers &gt; 4 hours a day. Prolonged computer use can cause eye fatigue, eye pain, migraines, tired eyes, visual disturbances, and double vision, which are signs of computer vision syndrome. This is because computer screens release electromagnetic waves such as UV rays and X-rays which can damage eye function, causing Computer Vision Syndrome (CVS). The aim of this research is to determine the description of the incidence of CVS in educational staff at the Faculty of Medicine, Bandung Islamic University in 2023. The method used in this research is descriptive with a cross-sectional type. The data in this study was collected through a questionnaire containing the Computer Vision Syndrome Scale (CVSS) instrument which consists of 10 questions to 35 respondents who were selected using a total sampling technique based on inclusion and exclusion criteria. The data that has been obtained is then processed computerized to convert the data into information which sis then analyzed using univariate analysis. The results showed that 77.1% of educational staff experienced CVS symptoms, symptoms of computers vision syndrome, which were often experienced by respondents, namely asthenopia symptoms, namely tired eyes, 22 people (62.9%), oculars ssymptoms, namely dry eyes, 13 people (37.1%), visual symptoms, namely blurry or blurry vision. 10 people (28.6%), extraocular symptoms were back pain in 16 peosle (45.7%), while 22.9% of education staff did not experience CVS symptoms.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Komputer sering digunakan untuk menunjang berbagai pekerjaan, pada Tenaga Kependidikan FK Unisba dalam bekerja dengan menggunakan komputer hampir &gt; 4 jam dalam sehari. Dalam penggunaan komputer yang terlalu lama, dapat menyebabkan kelelahan mata, sakit mata, migrain, mata lelah, gangguan penglihatan, dan penglihatan ganda, yang merupakan tanda-tanda Computer Vision Syndrome. Hal ini disebabkan layar komputer yang melepaskan gelombang elektromagnetik seperti sinar UV dan sinar-X yang dapat merusak fungsi mata sehingga menyebabkan penyakit <em>Computer Vision Syndrome (CVS).</em> Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kejadian CVS pada tenaga kependidikan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung tahun 2023. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif dengan jenis cross-sectional. Data pada penelitian ini dikumpulkan melalui kuisioner yang berisikan instrumen <em>The Computer Vision Syndrome Scale (CVSS</em>) yang terdiri dari 10 pertanyaan kepada 35 responden yang dipilih menggunakan teknik total sampling berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Data yang sudah di dapatkan kemudian diproses secara komputerisasi untuk mengubah data menjadi informasi yang kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat. Hasilnya terdapat 77.1% tenaga kependidikan yang mengalami gejala CVS gejala computer vision syndrome yang sering dialami oleh responden pada gejala astenopia yaitu mata lelah 22 orang (62.9%), gejala okuler yaitu mata kering 13 orang (37.1%), gejala visual yaitu pengelihatan kabur atau buram 10 orang (28.6%), gejala ekstraokuler yaitu nyeri punggung 16 orang (45.7%), sedangkan 22.9% tenaga kependidikan tidak mengalami gejala CVS.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11445 Analisa Hubungan Karakteristik Ibu dengan Kejadian Persalinan Prematur 2024-03-19T09:37:30+08:00 Muhammad Fikri Saepudin mfikrisaepudin902@gmail.com Jusuf Sulaeman Effendi jusufse@yahoo.com Indri Budiarti indribudiarti@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Preterm birth occured on 29,5% birth in Indonesia. Preterm infant can experience several complications in lifetime. Some risk factors of preterm birth has been discovered, among them are age, parity, and inter-birth interval. This research aims to discover relations of mother’s age, parity, and inter-birth interval with preterm birth at Fikri Medika General Hospital in 2022. Research subjects are mother who gave birth at obstetric and gynecology department of Fikri Medika General Hospital in 2022.&nbsp; Research data collected by total sampling regard to inclution factor and exclution factor on patients of&nbsp; obstetric and gynecology department who labor with preterm or aterm condition. Research method is analytical observational with unpaired categorical comparative method with cross-sectional research design. Statistical testing used the chi square test with a significance level of 5% (α = 0,05). Results of the study showed the age at risk had non-preterm birth was 69.2% of 107 patients, parity at risk had preterm birth was 73.6% of 242 patients, and pregnancy interval at risk had non-preterm birth was 68.4 % of 19 patients. Research result showed that there was no significant relationship between age, parity and pregnancy interval with incidence of preterm birth at Fikri Medika General Hospital in 2022 (p-value = 0,257; 0,886; and 0,361 &gt; 0.05). The research results showing non-significant relationship may be caused by other risk factors which not examined in this research such as socio-economic level, non-optimal antenatal care, maternal activity during pregnancy, employment, and education level.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Persalinan prematur terjadi pada 29,5% persalinan di Indonesia. Bayi prematur dapat mengalami berbagai komplikasi dalam kehidupannya. Beberapa faktor risiko persalinan prematur yang telah diketahui, diantaranya usia ibu, paritas, dan interval kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia, paritas, dan interval kehamilan dengan kejadian persalinan prematur di Rumah Sakit Umum Fikri Medika pada tahun 2022. Subjek penelitian adalah ibu bersalin di poli obstetri dan ginekologi Rumah Sakit Umum Fikri Medika pada tahun 2022. Teknik pengambilan data dilakukan dengan <em>total sampling</em> dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi. Metode penelitian adalah observasional analitik dengan metode komparatif kategorik tidak berpasangan dengan desain penelitian <em>cross-sectional</em>. Variabel bebas adalah usia, paritas, dan interval kehamilan pasien. Variabel terikat kejadian persalinan prematur. Pengujian statistik menggungkan uji <em>chi square</em> dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukan usia berisiko paling banyak melakukan persalinan pada persalinan aterm sebesar 69,2% dari 107 pasien, paritas berisiko paling banyak melakukan persalinan prematur 73,6% dari 242 pasien, dan interval kehamilan berisiko paling banyak melakukan persalinan aterm 68,4% dari 19 pasien. Hasil penelitian diperoleh tidak terdapat hubungan bermakna antara usia, paritas, dan interval kehamilan dengan kejadian persalinan prematur di Rumah Sakit Umum Fikri Medika tahun 2022 (<em>p-value</em> = 0.257; 0.886; dan 0.361 &gt; 0.05). Hasil penelitian yang menunjukan hubungan yang tidak bermakna mungkin disebabkan oleh faktor risiko lain yang tidak diteliti pada penelitian ini seperti tingkat sosial-ekonomi, <em>antenatal care</em> yang tidak optimal, aktivitas ibu selama kehamilan, pekerjaan, dan tingkat pendidikan.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11521 Gambaran Waktu Tunggu dan Kepuasan Pasien BPJS di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Al-Ihsan Bandung 2024-03-19T09:37:30+08:00 Mufid Indra Tsany mufidindraaa@gmail.com Yuli Susanti yulisusantiarmandha@gmail.com Susan Fitriyana susanfiriyananugraha@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Long waiting times and long queues often occur in internal medicine clinics, because these clinics have a large number of patient visits. Waiting time in outpatient care is an indicator of patient satisfaction that can be measured in assessing hospital services. Overall satisfaction with the patient experience was negatively affected by longer wait times. This study aims to determine the relationship between waiting time and outpatient satisfaction at the internal medicine clinic at Al-Ihsan Regional Hospital. This type of research uses analytical observational methods, with a cross sectional approach. This research was conducted at the internal medicine clinic at Al-Ihsan Hospital, on September 7 2023, with a total of 71 respondents. Data was obtained from filling out patient satisfaction questionnaires and secondary hospital data for waiting times using outpatient services. The results of this study showed that the majority of patients were satisfied with the services at the internal medicine clinic at Al-Ihsan Hospital Bandung, with a total of 59 people (83.1%) with the majority of respondents receiving time that met the standard waiting time.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Waktu tunggu yang lama dan antrian yang panjang kerap terjadi di poli penyakit dalam, karena poli tersebut memiliki kunjungan pasien yang banyak. Waktu tunggu di rawat jalan menjadi salah satu indikator kepuasan pasien yang dapat diukur dalam penilaian pelayanan di rumah sakit. Kepuasan keseluruhan terhadap pengalaman pasien dipengaruhi secara negatif oleh waktu tunggu yang lebih lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara waktu tunggu dengan kepuasan pasien rawat jalan di poli penyakit dalam RSUD Al-Ihsan. Jenis penelitian ini menggunakan metode observasional analitik, dengan pendekatan <em>cross sectional</em>. Penelitian ini dilakukan di poli penyakit dalam Rumah Sakit Al-Ihsan, pada tanggal 7 September 2023, dengan jumlah responden 71 orang. Data diperoleh dari pengisian kuesioner kepuasan pasien dan data sekunder rumah sakit untuk waktu tunggu menggunakan pelayanan rawat jalan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien merasa puas terhadap pelayanan di poli penyakit dalam Rumah Sakit Al-Ihsan Bandung, dengan jumlah 59 orang (83,1%) dengan mayoritas responden mendapatkan waktu yang sesuai standar waktu tunggu.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11544 Gambaran Perilaku Merokok Keluarga pada Balita dengan ISPA di Puskesmas Ciasem 2024-03-19T09:37:30+08:00 Donissa Aurel Titania donissaaurelt@gmail.com Herry Garna herry.garna@unisba.ac.id Zulmansyah zulmansyah@unisba.ac.id <p><strong>Abstract.</strong> In Indonesia, acute respiratory infections (ARI) are still very common, especially in children under five, with a morbidity of 3% and a mortality of 15.5%. Many factors can cause this infection in toddlers, including smoking behavior in the family. The aim of this research was to study family smoking behavior among toddlers suffering from ISPA at the Ciasem Health Center. This study was designed as a quantitative retrospective. Toddler patients who came to the Ciasem Community Health Center in Subang Regency with complaints of ISPA were research subjects from June to September 2023. The sample was 41 toddlers. This study used consecutive sampling as a sampling technique. The family smoking behavior questionnaire was used as a research instrument. The data that has been collected will be analyzed using descriptive data analysis. The results of this study show that family smoking behavior among toddlers with ISPA at the Ciasem Community Health Center is in the moderate smoker category. The conclusion of this research is that the majority of families of toddlers with ISPA at the Ciasem Community Health Center have smoking behavior in the moderate category.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Di Indonesia, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) masih sangat umum, terutama pada balita dengan morbiditas 3% dan mortalitas 15,5%. Banyak faktor dapat menyebabkan infeksi balita ini, termasuk perilaku merokok dalam keluarga. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari perilaku merokok keluarga pada balita yang menderita ISPA di Puskesmas Ciasem. Penelitian ini dirancang sebagai kuantitatif retrospektif. Pasien balita yang datang ke Puskesmas Ciasem di Kabupaten Subang dengan keluhan ISPA adalah subjek penelitian dari Juni hingga September 2023. Sampel sebesar 41 balita. Penelitian ini menggunakan consecutive sampling sebagai teknik pengambilan sampel. Kuesioner perilaku merokok keluarga digunakan sebagai instrumen penelitian. Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan analisis data deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan perilaku merokok keluarga pada balita dengan ISPA di Puskesmas Ciasem berada pada kategori perokok kategori sedang. Simpulan penelitian ini mayoritas keluarga balita dengan ISPA di Puskesmas Ciasem memiliki perilaku merokok dalam kategori sedang.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11565 Riwayat Pengobatan Tuberkulosis dan Penyakit Komorbid Sebagai Faktor Risiko Multi-Drugs Resistant Pasien Tuberkulosis Paru 2024-03-19T09:37:30+08:00 Andi Fajri Rahmat andifjr22@gmail.com Lelly Yuniarti lelly.yuniarti@gmail.com Nugraha Sutadipura nugrahasutadipura@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) is a type of tuberculosis that is resistant to at least two first-line antibiotics isoniazid (INH) and rifampicin (RMP) with or without resistance to other anti-tuberculosis drugs (OAT). This study aims to explore and analyze articles that discuss the history of tuberculosis treatment as a risk factor for multi-drug resistance in adult pulmonary tuberculosis patients. The research used literature studies between 2012-2022 from the Pubmed, Springer Link, ScienceDirect, Proquest, and Taylor and Francis databases. Based on the results of the analysis and discussion of the descriptions of the research articles reviewed, it can be concluded that a history of previous TB treatment is the main risk factor for increasing the incidence of MDR-TB.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> <em>Multidrug Resistant Tuberculosis </em>(MDR-TB) merupakan jenis tuberkulosis yang resisten terhadap setidaknya dua antibiotik lini pertama isoniazid (INH) dan rifampisin (RMP) dengan atau tanpa resistensi terhadap obat anti tuberkulosis (OAT) lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan menganalisis artikel yang membahas riwayat pengobatan tuberkulosis sebagai faktor risiko terjadinya <em>multi-drugs resistant</em> pada pasien tuberkulosis paru dewasa. Penelitian menggunakan studi literatur antara tahun 2012-2022 dari database <em>Pubmed, Springer Link, ScienceDirect, Proquest, dan Taylor and Francis</em>. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari uraian artikel penelitian yang di-<em>review </em>dapat disimpulkan bahwa riwayat pengobatan TB sebelumnya menjadi faktor risiko utama dari meningkatnya kejadian MDR-TB.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11655 Gambaran Frekuensi Menyikat Gigi dan Jenis Bulu Sikat Gigi dengan Karies Gigi pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 042 Gambir Bandung 2024-03-19T09:37:29+08:00 Muhammad Faisal Akhdaan Dzaki faisalakhdaan12@gmail.com Yuniarti candytone26@gmail.com Meta Maulida Damayanti meta.fkunisba@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> As much as 45.3% of Indonesia's population suffers from dental caries, and in Bandung City as much as 47.88% of the population of Bandung City suffers from dental caries. Dental caries is a process of demineralization of hard tooth tissue with multi-factorial etiology. This study aims to determine the description of toothbrush frequency and type of toothbrush bristles with the incidence of dental caries in students at SDN Gambir 042 Bandung. The subject sampling technique used consecutive sampling with 82 research subjects. This research uses an analytical observational method with a cross-sectional approach. Data collection was carried out by examining the teeth of the research subjects. The results of this study showed that the frequency of toothbrushing for students at SDN Gambir 042 two or more times a day was 69 students (84.1%) and once a day 13 students (15.9%). Then for the types of brush bristles used by students, there were 52 students (63.4%) with soft bristle brushes, 27 students (32.9%) with medium bristle brushes, and 3 students (3.7%) with coarse bristle brushes. And the incidence of dental caries among students was 71 students with caries (86.6%) and 11 students without caries (13.4%). Likewise, the relationship between the type of toothbrush bristle and the incidence of caries was not significant. The frequency of brushing your teeth and choosing the correct type of toothbrush bristles are not absolute factors in preventing dental caries because there are other factors in brushing your teeth such as duration, time and technique. Apart from that, there are also other factors outside of brushing teeth, such as the person's age, diet and saliva levels.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Sebanyak 45,3% populasi Indonesia menderita karies gigi, dan di Kota Bandung sebanyak 47,88% dari populasi Kota Bandung menderita karies gigi. Karies gigi adalah proses demineralisasi jaringan keras gigi dari etiologi yang multi faktorial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran frekuensi sikat gigi dan jenis bulu sikat gigi dengan kejadian karies gigi pada siswa SDN Gambir 042 Bandung. Teknik pengambilan subjek menggunakan consecutive sampling dengan subjek penelitian sebanyak 82 orang. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan potong lintang. Pengambilan data dilakukan dengan memeriksa gigi dari subjek penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan frekuensi sikat gigi siswa SDN Gambir 042 dengan dua atau lebih dari dua kali sehari adalah 69 siswa (84,1%) dan satu kali sehari 13 siswa (15,9%). Lalu untuk jenis bulu sikat yang digunakan oleh siswa dengan bulu sikat halus berjumlah 52 siswa (63,4%), bulu sikat sedang 27 siswa (32,9%), dan bulu sikat kasar 3 siswa (3,7%). Dan kejadian karies gigi pada siswa terdapat 71 siswa karies (86,6%) dan 11 siswa tidak terdapat karies (13,4%). demikian pula hubungan jenis bulu sikat gigi dengan kejadian karies didapatkan hasil yang tidak signifikan. Frekuensi menyikat gigi dan pemilihan jenis bulu sikat gigi yang benar tidak menjadi faktor mutlak untuk mencegah karies gigi karena terdapat faktor lain dari menyikat gigi seperti durasi, waktu, dan teknik. Selain itu, terdapat juga faktor lain di luar menyikat gigi, seperti usia, diet, dan kadar saliva orang tersebut.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11780 Hubungan Persepsi Pasien terhadap Pelayanan Dokter Gigi dengan Kepuasan Pasien BPJS Poli Gigi Klinik Pratama di Kabupaten Ciamis 2024-03-19T09:37:29+08:00 Diva Ananda Silva divaanandasiva@gmail.com Mia Kusmiati dr.mia74@gmail.com H. Nugraha Sutadipura nugrahasutadipura@gmail.com <p><strong>Abstract</strong>. This research was motivated by the existence of patients who did not seek treatment at FKTP because they were dissatisfied with the quality of service at FKTP. This research used a cross-sectional approach at the Pratama Dental Clinic, Ciamis Regency from March to December 2023 with 130 patients as respondents. The results of the research show that patient perceptions of dentist services are quite good and patients feel quite satisfied with dentist services so that patient perceptions of dentist services have a relationship with patient satisfaction with p value = 0.014 (&lt;0.05) so the hypothesis is accepted, meaning there is a relationship Patient perceptions of dentist services and patient satisfaction with BPJS Pratama Dental Clinic in Ciamis Regency.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya pasien yang tidak melakukan pengobatan ke FKTP karena merasa tidak puas dengan mutu pelayanan di FKTP. Penelitian ini menggunakan pendekatan <em>cross-sectional </em>di Poli Gigi Klinik Pratama Kabupaten Ciamis pada bulan Maret hingga Desember 2023 dengan responden sebanyak 130 orang pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pasien terhadap pelayanan dokter gigi cukup baik dan pasien merasa cukup puas terhadap pelayanan dokter gigi sehingga persepsi pasien terhadap pelayanan dokter gigi memiliki hubungan dengan kepuasan pasien dengan <em>p </em>value = 0,014 (&lt;0,05) sehingga hipotesis diterima artinya ada hubungan persepsi pasien terhadap pelayanan dokter gigi dengan kepuasan pasien BPJS Poli Gigi Klinik Pratama di Kabupaten Ciamis. &nbsp;</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11821 Gambaran Gejala Pasien Covid-19 dengan Komorbiditas Tuberkulosis di Rumah Sakit Al-Ihsan Kabupaten Bandung 2020-2022 2024-03-19T09:37:29+08:00 Reynindita Alya Harsyanti reyninditaalyaa@gmail.com Mia Kusmiati dr.mia74@gmail.com Dony Septriana Rosady dony.septriana@unisba.ac.id <p><strong>Abstract. </strong>Coronavirus Disease is an acute respiratory infectious disease. COVID-19 cases are rapidly increasing and spreading throughout Indonesia and have an impact on the number of deaths of the population.. The purpose of this study was to understand the differences in COVID-19 symptoms with Tuberculosis and non-Tuberculosis comorbidities at RSUD Al Ihsan Bandung. The purpose of this study was to understand the differences in COVID-19 symptoms with Tuberculosis and non-Tuberculosis comorbidities at RSUD Al Ihsan Bandung. The research method used in this study was descriptive using the Chi –Square statistical test to see the difference between COVID-19 and Tuberculosis and non-Tuberculosis comorbidities. The subjects of this study were patients confirmed with COVID-19 with Tuberculosis and Non-Tuberculosis comorbidities at RSUD Al Ihsan Bandung 2020-2022. Most tuberculosis patients were male 208 people (57.6%) and non-tuberculosis patients dominated by women 183 people (50.7%), The results showed that patients confirmed positive for COVID-19 with the most comorbid tuberculosis with mild symptoms especially shortness of breath were 202 people (55.9%) while 193 people (53.5%)&nbsp; non-tuberculosis comorbid patienst.It was concluded that there were significant differences between COVID-19 with pulmonary tuberculosis comorbidities and COVID-19 patients with non-tuberculosis comorbidities.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> <em>Coronavirus Disease </em>adalah penyakit infeksi saluran pernapasan akut<em>. </em>Kasus COVID-19 dengan cepat meningkat dan menyebar ke seluruh Indonesia serta berdampak pada jumlah kematian populasi. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk memahami perbedaan gejala COVID-19 dengan komorbiditas Tuberkulosis dan non Tuberkulosis di RSUD Al Ihsan Bandung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan uji statistik <em>Chi –Square</em> untuk melihat perbedaan antara COVID-19 dengan komorbiditas Tuberkulosis dan non Tuberkulosis. Subjek penelitian ini adalah pasien yang terkonfirmasi COVID-19 dengan komorbiditas Tuberkulosis dan Non Tuberkulosis di RSUD Al Ihsan Bandung sebanyak 722 orang. Sebagian besar pasien Tuberkulosis berjenis kelamin laki-laki 208 orang (57,6%) dan pasien non Tuberkulosis didominasi perempuan 183 orang (50,7%), Hasil penelitian menunjukkan pasien terkonfirmasi positif COVID-19 dengan komorbid Tuberkulosis paling banyak yaitu pada gejala ringan terutama pada sesak nafas sebanyak&nbsp; 202 orang (55.9%) sedangkan&nbsp; pada pasien komorbid Non Tuberkulosis 193 orang (53.5%) Disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara COVID-19 dengan komorbiditas Tuberkulosis paru dan pasien COVID-19 dengan komorbiditas non Tuberkulosis.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11836 Gambaran Santri Penderita Skabies di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya Tahun 2023 2024-03-19T09:37:29+08:00 Aditya Trianda Rahman adityatrianda16@gmail.com Lisa Adhia Garina Lisa.adhia@gmail.com Mia Yasmina Andarini miayasminaandarini@unisba.ac.id <p><strong>Abstract.</strong> Scabies is a disease that is still common in Indonesia and ranks third among all existing skin diseases. Scabies often occurs in children, and has negative impacts, such as anxiety, depression, anger and shame, so that sufferers often experience inferiority, and affects the sufferer's quality of life. The aim of this research is to understand the description of students suffering from scabies at the Bahrul Ulum Islamic Boarding School, Cibeureum District, Tasikmalaya City. This type of research uses descriptive methods with a cross sectional design. Sampling was carried out in September 2023 using a total sampling technique with a sample size of 39 people. The diagnosis of scabies is carried out through a physical examination by a doctor, and the quality of life of children with scabies is assessed by completing the Childern's Dermatology Life Quality Index (CDLQI) questionnaire. The results of this research showed that the majority of scabies were at the age of 14 years and the component that was most disturbed was sleep disorders due to scabies. In conclusion, the majority of students suffering from scabies at the Bahrul Ulum Islamic Boarding School, Cibeureum District, Tasikmalaya City, have very disturbed sleep due to scabies.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Penyakit kulit skabies merupakan penyakit yang masih banyak terjadi di Indonesia dan menempati urutan ke tiga dari semua penyakit kulit yang ada. Skabies banyak terjadi pada anak-anak, dan&nbsp; memiliki dampak negatif, seperti cemas, depresi, kemarahan, dan rasa malu sehingga penderitanya seringkali mengalami minder, serta&nbsp; memengaruhi&nbsp; kualitas hidup penderitanya. Tujuan penelitian ini untuk mengatahui gambaran santri yang menderita skabies di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya. Jenis penelitian menggunakan metode deskriptif dengan desain cross sectional. Pengambian sampel dilakukan bulan September 2023 menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel 39 orang. Diagnosis skabies dilakukan melalui pemeriksaan fisik oleh dokter, dan kualitas hidup anak skabies di nilai melalui pengisian kuesioner Childern’s Dermatology Life Quality Index (CDLQI). Hasil Penelitan ini, didapatkan sebagian besar penyakit skabies&nbsp; yaitu pada usia 14 tahun dan komponen yang sangat terganggu yaitu gangguan tidur akibat skabies. Simpulan, mayoritas santri penderita skabies di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya sangat terganggu tidurnya akibat skabies.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11881 Hubungan Kualitas Tidur dengan Fungsi Kognitif Mahasiswa Fakultas Kedokteran 2024-03-19T09:37:28+08:00 Wardah Nurul 'Izza wardah.izzaa@gmail.com Yuli Susanti yulisusantiarmandha@gmail.com Purnomo poerkesja@gmail.com <p class="PROSIDING-ABSTRAK"><span lang="EN-US"><strong><span lang="IN">Abstract.</span></strong> Academic workload in medical school has an influence on sleep quality, resulting high incidence of poor sleep quality in medical students. This study aims to determine the correlation between sleep quality and cognitive function among medical students in Faculty of Medicine, Bandung Islamic University 2022/2023 academic year. One hundred and five respondents were selected by consecutive sampling technique. Sleep quality was assessed by Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire and cognitive function was assessed by MoCA-INA. This research used an observational analytical method with cross sectional approach and statistical analysis using the Chi-square test.&nbsp; The results showed that medical students in Faculty of Medicine mostly had poor sleep quality (54,3%) and had normal cognitive function (68,6%). Out of 48 students with good sleep quality, 40% students had normal cognitive function and 5,71% students had abnormal cognitive function. Then, out of 57 students with poor sleep quality, 28,57% students had normal cognitive function and 25,71% students had abnormal cognitive function. A correlation (p-value= 0,000) was found between sleep quality and cognitive performance. Hence, there is correlation between sleep quality with cognitive function among medical students in Faculty of Medicine, Bandung Islamic University 2022/2023 academic year. There is an interaction between biological, psychological, and social mechanisms on cognitive dysfunction (especially in the prefrontal cortex) due to poor sleep quality.</span></p> <p class="PROSIDING-ABSTRAK"><strong><span lang="EN-US">Abstrak.</span></strong> <span lang="EN-US">Beban belajar yang tinggi di fakultas kedokteran memiliki pengaruh terhadap kualitas tidur, sehingga menimbulkan kejadian kualitas tidur yang buruk pada mahasiswa fakultas kedokteran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan fungsi kognitif pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung tahap akademik tahun ajaran 2022/2023. Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik <em>consecutive sampling</em> dengan 105 mahasiswa sebagai subjek penelitian. Penilaian kualitas tidur dilakukan melalui kuesioner <em>Pittsburgh Sleep Quality Index</em>(PSQI) dan penilaian fungsi kognitif menggunakan instrumen MoCA-INA. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan <em>cross sectional</em> dan analisis statistik berupa uji <em>Chi-square</em>. Hasil penelian ini menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung sebagian besar memiliki kualitas tidur yang buruk (54,3%) dan memiliki fungsi kognitif normal (68,6%). Dari total 48 mahasiswa dengan kualitas tidur baik, sebanyak 40% mahasiswa memiliki fungsi kognitif normal dan 5,71% mahasiswa memiliki fungsi kognitif abnormal. Kemudian, dari total 57 mahasiswa dengan kualitas tidur buruk, sebanyak 28,57% mahasiswa memiliki fungsi kognitif normal dan 25,71% mahasiswa memiliki fungsi kognitif abnormal. Hasil analisis hubungan kualitas tidur dengan fungsi kognitif didapatkan <em>p-value</em>= 0,000. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kualitas tidur memiliki hubungan terhadap fungsi kognitif mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung tahap akademik tahun ajaran 2022/2023. Terdapat interaksi antara mekanisme biologis, psikologis, dan sosial yang terlibat dalam disfungsi kognitif (terutama pada area <em>prefrontal cortex</em>) akibat kualitas tidur yang buruk. &nbsp;</span></p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11920 Hubungan Tempat Kejadian dan Jenis Trauma Mekanik pada Mata dengan Tipe Ocular Trauma Berdasarkan Klasifikasi Birmingham Eye Trauma Terminology 2024-03-19T09:37:28+08:00 Mutia Nana mutianana25@gmail.com Lelly Yuniarti lelly.yuniarti@gmail.com Nugraha Sutadipura nugrahasutadipura@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Eye trauma is a worldwide health problem that reduces productivity and quality of life. The World Health Organization reports that every year 23 million patients experience unilateral visual impairment. Eye trauma is one of the most common types of trauma in Indonesia. The aim of this study was to determine the relationship between the location of the incident and the type of mechanical trauma to the eye with the Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT) classification in 2020-2022 at RSM Cicendo Bandung. This research is a quantitative observational analytical study with a cross sectional approach and total sampling technique from medical records at RSM Cicendo Bandung. Statistical analysis was carried out using the Fisher Exact test. Findings showed that 85.8% of ocular trauma patients were men, the most common age range for these patients was 36–55 years. Home (43.1%) is the most frequent place of occurrence. More people experienced open globe injuries (54.8%) than close globe injuries (45.8%). The relationship between the location of the incident and the type of ocular trauma has a P-value of 0.000 (P&lt;0.05), the relationship between mechanical trauma to the eye and the type of ocular trauma has a P-value of 0.000 (P&lt;0.05). The conclusion of this study is that there is a relationship between the location of the incident and the type of mechanical trauma with the type of ocular trauma. This study offers information for creating prevention tactics in a variety of activities that pose a risk of everyday eye injury.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Trauma mata adalah masalah kesehatan di seluruh dunia yang menurunkan produktivitas dan kualitas hidup. Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan setiap tahunnya 23 juta pasien mengalami gangguan penglihatan unilateral. Trauma mata merupakan salah satu jenis trauma yang paling banyak terjadi di Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tempat kejadian dan jenis trauma mekanik pada mata dengan klasifikasi Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT) pada tahun 2020-2022 di RSM Cicendo Bandung. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dan teknik total sampling dari rekam medis di RSM Cicendo Bandung. Analisis statistik dilakukan dengan uji Fisher Exact. Temuan menunjukkan 85,8% pasien <em>ocular trauma</em> adalah laki-laki, rentang usia paling banyak bagi pasien ini adalah 36–55 tahun. Rumah (43,1%) merupakan tempat paling sering terjadinya. Lebih banyak orang yang mengalami kejadian <em>open globe injury</em> (54,8%) dibandingkan close <em>globe injury</em> (45,8%). Hubungan tempat kejadian dengan tipe <em>ocular trauma </em>memperoleh nilai <em>P-value</em> sebesar 0,000 (P&lt;0,05), hubungan antara trauma mekanik pada mata dengan tipe <em>ocular trauma</em> nilai <em>P-value</em> sebesar 0,000 (P&lt;0,05). Kesimpulan penelitian ini, terdapatnya hubungan tempat kejadian dan tipe trauma mekanik dengan tipe <em>ocular trauma</em>. Studi ini menawarkan informasi untuk menciptakan taktik pencegahan di berbagai kegiatan yang memiliki risiko cedera mata sehari-hari.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11922 Hubungan Karakteristik Pasien dengan Hasil Uji Tubex Positif pada Pasien Demam Tifoid di RS Al-Islam Tahun 2021–2022 2024-03-19T09:37:28+08:00 Gina Giptia Humanisa Bahri ginagiptia15@gmail.com Sara Puspita sarapuspita@unisba.ac.id Lisa Adhia Garina lisa.adhia@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Typhoid fever is a disease caused by bacterial infection <em>Salmonella typhi </em>which enters through <em>fecal-oral</em>. A common symptom is prolonged fever, and this disease is quite serious, especially in underdeveloped countries. The aim of this study was to determine the relationship between patient characteristics and positive tubex test results in typhoid fever patients at Al-Islam Hospital Bandung in 2021–2022. In this study, secondary data was obtained from medical records using descriptive observation methodology <em>cross section</em>. The sample used a total sampling approach with a total of 60 people. The relationship between a positive tubex test and patient characteristics was tested using <em>ChiSquare</em>. Research findings show that males under the age of eighteen make up the majority of positive tubex test results. Age and gender were not significantly correlated with tubex scores. P-value <em>mark</em> of 0.095 indicates there is no significant relationship between tubex and age. Likewise, there is a p-value of 0.305 which shows there is no relationship between tubex and gender. These results can increase our knowledge about the variables that influence tubex test results in typhoid fever patients.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Demam tifoid adalah penyakit yang diakibatkan infeksi bakteri <em>Salmonella typhi </em>yang masuk melalui <em>fecal-oral</em>. Gejala yang umum terjadi adalah demam berkepanjangan, dan penyakit ini cukup serius, terutama di negara-negara terbelakang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik pasien dengan hasil uji tubex positif pada pasien demam tifoid di RS Al-Islam Bandung tahun 2021–2022. Dalam penelitian ini, data sekunder dari rekam medis dengan menggunakan metodologi observasi deskriptif <em>cross-sectional</em>. Sampel menggunakan pendekatan total sampling dengan jumlah 60 orang. Hubungan uji tubex positif dengan karakteristik pasien di uji menggunakan <em>ChiSquare</em>. Temuan penelitian menunjukkan bahwa laki-laki di bawah usia delapan belas tahun merupakan mayoritas hasil tes tubex positif. Usia dan jenis kelamin tidak berkorelasi signifikan dengan skor tubex. Nilai p-<em>value</em> sebesar 0,095 menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara tubex dengan usia. Demikian pula, terdapat nilai p 0,05 yang menunjukkan tidak ada hubungan antara tubex dan jenis kelamin. Hasil ini dapat meningkatkan pengetahuan kita tentang variabel yang mempengaruhi hasil tes tubex pada pasien demam tifoid.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11945 Hubungan Antara Status Gravida, Interval Paritas, dan Usia Ibu dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD Al-Ihsan 2024-03-19T09:37:28+08:00 Nouval Firdaus novalfirdaus2811@gmail.com Hidayat Widjajanegara hidayat.w@stikesdhb.ac.id Mira Dyani Dewi miradyani@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Hypertension in pregnancy (HIP) according to The National High Blood Pressure Education Program (NHBPEP) is a complication of pregnancy that contributes significantly to maternal and fetal morbidity and mortality. In Indonesia, the mortality and morbidity of hypertension in pregnancy is still quite high. Preeclampsia is one of the four categories of hypertension in pregnancy with a global incidence of 10% of pregnant women worldwide. Prevalence in Indonesia is 128,273 / year or around 5.3%. The purpose of this study was to determine the relationship between gravida status, parity interval, and maternal age with the incidence of preeclampsia at Al-Ihsan Hospital, Bandung Regency. This sample selection technique uses probability sampling with simple random sampling technique with a total of 208 samples. The research method is cross-sectional method based on inclusion criteria and is considered representative of the population. The results of this study obtained, pregnant women with risky gravida status (primigravida or grande multi gravida) who experienced preeclampsia as many as 55 people or 66.3% obtained a p-value (0.000). 000), risky parity interval (&lt;2 years or &gt;5 years) who experienced preeclampsia as many as 52 people or 47.3% obtained p-value (0.487), and the age of pregnant women at risk (&lt;20 or &gt;30 years) who experienced preeclampsia as many as 47 people or 66.2% obtained p-value (0.001). The results of this study indicate a significant relationship between gravida status and maternal age with the incidence of preeclampsia, while the parity interval does not have a significant relationship with the incidence of preeclampsia at Al-Ihsan Hospital, Bandung Regency<em>.</em></p> <p><strong>Abstrak.</strong> Hipertensi dalam kehamilan (HDK) menurut The National High Blood Pressure Education Program (NHBPEP) merupakan komplikasi kehamilan yang berkontribusi signifikan terhadap morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. Di Indonesia mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup tinggi. Preeklamsia salah satu dari empat kategori dari hipertensi dalam kehamilan dengan insidensi secara global sebanyak 10% ibu hamil diseluruh dunia. Prevalensi di Indonesia sendiri adalah 128.273/tahun atau sekitar 5,3%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara status gravida, interval paritas, dan usia ibu dengan kejadian preeklamsia di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung. Teknik pemilihan sampel ini menggunakan probability sampling dengan teknik <em>simple random sampling</em> dengan jumlah 208 sampel. Metode pada penelitian ini menggunakan metode <em>cross-sectional</em> berdasarkan kriteria inklusi dan dianggap mewakili populasi. Hasil penelitian ini didapatkan, ibu hamil yang berstatus gravida berisiko (primigravida atau grande multi gravida) mengalami preeklamsia sebanyak 55 orang atau 66,3% diperoleh nilai p-<em>value</em> (0,000), <em>interval</em> paritas berisiko&nbsp; (&lt;2 tahun atau &gt;5 tahun) yang mengalami preeklamsia sebanyak 52 orang atau 47,3% diperoleh nilai p-<em>value</em> (0,487), dan usia ibu hamil berisiko (&lt;20 atau &gt;30 tahun) yang&nbsp; mengalami preeklamsia sebanyak 47 orang atau 66,2% diperoleh nilai p-<em>value</em> (0,001). Didapatkan hasil pada penelitian ini hubungan yang bermakna antara status gravida dan usia ibu dengan kejadian preeklamsia, sedangkan pada antara <em>interval</em> paritas tidak terdapat hubungan bermakna dengan kejadian preeklamsia di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11993 Gangguan Kognitif sebagai Efek Samping Penggunaan Steroid Anabolik Androgenik 2024-03-19T09:37:27+08:00 Athar Fathur Rafi atharrafi1101@gmail.com Sadiah Achmad achmad.sadiah@gmail.com Lelly Yuniarti lelly.yuniarti@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Adolescent and adult men are relatively satisfied with a muscular body shape. Efforts to increase muscle mass are the main strategy for achieving your dream body shape. One method used to increase muscle mass is using anabolic-androgenic steroids. However, androgenic anabolic steroids have side effects that can harm several body organs. This study aimed to explore and analyze the side effects of using anabolic-androgenic steroids as a supplement to increase muscle mass in adult men. This research is a systematic review to identify and analyze articles using ScienceDirect, PubMed, and Taylor and Francis, Proquest, and SpringerLink database sources. The eligibility criteria used are Population (adult men who use anabolic-androgenic steroids or their derivatives), Exposure (anabolic-androgenic steroids or their derivatives), Comparison (individuals who do not use anabolic-androgenic steroids or their derivatives), Outcome (side effects related to use anabolic-androgenic steroids or their derivatives), Study (cohort, case-control, cross-sectional study). Critical review was carried out using JBI critical appraisal, the PRISMA diagram method was used in this research and resulted in sixteen articles that met the inclusion and eligibility criteria. From 5 databases, 1,153 articles were obtained that met the inclusion criteria, and 16 articles were produced that met the eligibility criteria. Based on the results of the analysis of sixteen articles, thirteen articles were found which stated that supplementation with androgenic anabolic steroids had significant side effects on several body organs in adult men, while three other studies concluded that there were no significant differences or side effects. Based on the results of the analysis and discussion of the descriptions of the research articles reviewed, it can be concluded that the use of androgenic anabolic steroids has side effects on various organs in adult men such as organs in the nervous system, heart, kidneys, reproductive organs and periodontal.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Pria remaja dan dewasa relatif memiliki kepuasaan terhadap bentuk tubuh yang berotot. Upaya meningkatkan masa otot merupakan strategi utama untuk memperoleh bentuk tubuh idaman. Salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan masa otot adalah menggunakan steroid anabolik-androgenik. Namun, steroid anabolik androgenik memiliki efek samping yang dapat membahayakan beberapa organ tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi dan menganalisis efek samping penggunaan steroid anabolik-androgenik sebagai suplementasi penambah masa otot pada laki-laki dewasa. Penelitian ini merupakan <em>systematic review</em> untuk mengidentifikasi dan menganalisis artikel melalui sumber database <em>ScienceDirect, PubMed</em>, dan <em>Taylor and Francis,Proquest</em>, dan <em>Springerlink</em>. Kriteria kelayakan yang digunakan yaitu Populasi (pria dewasa pengguna steroid anabolik-androgenik atau turunannya), <em>Exposure</em> (steroid anabolik-androgenik atau turunannya), <em>Comparison</em> (individu yang tidak menggunakan steroid anabolik-androgenik atau turunannya), <em>Outcome </em>(efek samping yang berhubungan dengan penggunaan steroid anabolik-androgenik atau turunannya), <em>Study</em> (<em>cohort, case-control, cross-sectional study</em>). Telaah kritis dilakukan dengan menggunakan <em>JBI critical appraisal</em>, Metode diagram PRISMA digunakan dalam penelitian ini dan menghasilkan enam belas artikel yang memenuhi kriteria inklusi dan kelayakan. Dari 5 <em>database</em> didapatkan 1.153 artikel sesuai dengan kriteria inklusi, dan dihasilkan 16 artikel yang memenuhi kriteria kelayakan. Berdasarkan hasil analisis dari enam belas artikel, didapatkan tiga belas artikel yang menyebutkan pemberian suplementasi steroid anabolik androgenik memiliki efek samping signifikan terhadap beberapa organ tubuh pada laki-laki dewasa, sedangkan tiga penelitian lainnya menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan atau efek samping yang signifikan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari uraian artikel penelitian yang di-<em>review</em>, dapat disimpulkan bahwa penggunaan steroid anabolik androgenik memiliki efek samping terhadap berbagai macam organ pada pria dewasa seperti organ pada sistem saraf, jantung, ginjal, organ reproduksi, dan periodontal.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12018 Hubungan Obesitas dengan Body Dissatisfaction pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung 2024-03-19T09:37:27+08:00 Deandra Chitraenrieta Ramdhanoviella deandrachitraa@gmail.com Rizky Suganda Prawiradilaga rizkysuganda@gmail.com Samsudin Surialaga samsudin_dr@yahoo.com <p><strong>Abstract. </strong><span lang="IN">The problem of obesity is a health problem that is growing globally in both developed and developing countries. Obesity can cause many health problems, including psychological problems, one of which is body dissatisfaction. This study aims to assess body dissatisfaction and analyze the relationship between obesity and body dissatisfaction in students who are obese at the Faculty of Medicine, Bandung Islamic University. This research uses quantitative analytical methods with a cross-sectional approach. The research subjects were 60 people taken using purposive sampling technique. Subjects were allocated into 2 groups, namely 30 people with obese Body Mass Index (BMI) and 30 people with normal BMI). Statistical analysis used SPSS version 26 software. The Spearman correlation test was used in this study to analyze the correlation between obesity and body dissatisfaction scores. The research results show that there is a significant relationship (p-value=0.012) between obesity and body dissatisfaction with a positive correlation with low correlation strength (r=0.321). It is hoped that someone will pay more attention to physical activity and diet so as not to become obese which can increase body dissatisfaction.</span></p> <p class="PROSIDING-KATAKUNCI"><strong><span lang="IN">Abstrak. </span></strong><span lang="IN">Obesitas menjadi masalah kesehatan yang berkembang secara global baik di negara yang maju maupun negara berkembang. Obesitas dapat mengakibatkan banyak masalah pada kesehatan termasuk masalah psikologis salah satunya body dissatisfaction. Penelitian ini bertujuan untuk menilai body dissatisfaction dan menganalisis hubungan antara obesitas dengan body dissatisfaction pada dewasa muda yang mengalami obesitas. Penelitian ini menggunakan metode analitik kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian berjumlah 60 orang diambil dengan teknik purposive sampling. Subjek dialokasikan kedalam 2 kelompok yaitu 30 orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) obesitas dan 30 orang dengan IMT normal. Analisis statistik menggunakan software SPSS versi 26. Uji korelasi Spearman digunakan pada penelitian ini untuk menganalisis korelasi antara obesitas dengan skor body dissatisfaction. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikan (p-value=0.012) antara obesitas dengan body dissatisfaction dengan korelasi positif dengan kekuatan korelasi rendah (r=0,321). Dari hasil tersebut, diharapkan seseorang lebih memperhatikan aktivitas fisik dan pola makan agar tidak mengalami obesitas yang dapat meningkatkan body dissatisfaction.</span></p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12024 Analisis Penyalahgunaan Zat sebagai Faktor Risiko Kejadian Gangguan Bipolar pada Orang Dewasa 2024-03-19T09:37:27+08:00 Nadiya Amalia nadiyaamalia92@gmail.com Lelly Yuniarti lelly.yuniarti@gmail.com Sadiah Achmad achmad.sadiah@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Bipolar disorder is an emotional disorder with recurrent episodes of mood swings and depression, followed by changes in activity or energy and associated with characteristic cognitive, physical, and behavioral symptoms. Age, genetics, psychology, environment, and substance and alcohol abuse are risk factors for bipolar disorder. This study aimed to explore and analyze articles regarding substance abuse as a risk factor for bipolar disorder in adults. This research uses the Systematic Review method to identify and analyze articles regarding substance abuse as a risk factor for bipolar disorder in adults. The databases used were Pubmed, SpringerLink, ScienceDirect and Taylor and Francis, the PRISMA diagram method was used in this research. The PICOS suitability used in this study is Population (adults), Exposure (substance abuse (alcohol, cannabis, nicotine)), Comparison (control group or group that does not abuse substances), Outcome (incidence of bipolar disorder, manic episodes, depressive episodes, or mixed episode), Study (observational (cohort, case-control, or cross-sectional)), and critical review were carried out using the JBI checklist. From 5 databases, 5,493 articles were obtained that met the inclusion criteria and after conducting a feasibility test, 5 articles were suitable. Based on the results of the analysis, 4 articles state that substance abuse is a risk factor for bipolar disorder in adults. Marijuana and alcohol abuse are the substances that are most often risk factors for bipolar disorder in adults, and marijuana abuse carries a higher risk of developing bipolar disorder than abuse of other substances. Substance abuse influences the age at which manic, depressive and psychotic symptoms first appear.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Gangguan bipolar adalah gangguan emosi dengan episode berulang pada perubahan suasana hati dan depresi, yang diikuti dengan adanya perubahan aktivitas atau energi dan berhubungan dengan karakteristik gejala kognitif, fisik, dan perilaku. Usia, genetik, psikologis, lingkungan, penyalahgunaan zat dan alkohol merupakan faktor risiko terjadinya gangguan bipolar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi dan menganalisis artikel mengenai penyalahgunaan zat sebagai faktor risiko gangguan bipolar pada orang dewasa. Penelitian ini menggunakan metode <em>Systematic Review</em> untuk mengidentifikasi dan menganalisis artikel mengenai penyalahgunaan zat sebagai faktor risiko kejadian gangguan bipolar pada orang dewasa. <em>Database</em> yang digunakan Pubmed, SpringerLink, ScienceDirect dan Taylor and Francis, metode diagram PRISMA digunakan dalam penelitian ini. Kesesuaian PICOS yang digunakan pada penelitian ini adalah <em>Population</em> (orang dewasa), <em>Exposure</em> (penyalahgunaan zat (<em>alcohol, cannabis, nicotine</em>)), <em>Comparison</em> (kelompok kontrol atau kelompok yang tidak menyalahgunakan zat), <em>Outcome</em> (kejadian <em>bipolar disorder, manic episode</em>, <em>depressive episode</em>, atau <em>mixed episode</em>), <em>Study</em> (<em>observational </em>(<em>cohort</em>, <em>case-control</em>, atau <em>cross-sectional</em>)), dan telaah kritis dilakukan menggunakan <em>checklist JBI</em>. Dari 5 <em>database</em> didapatkan 5.493 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan setelah dilakukan uji kelayakan terdapat 5 artikel yang sesuai. Berdasarkan hasil analisis, terdapat 4 artikel yang menyatakan bahwa penyalahgunaan zat merupakan faktor risiko kejadian gangguan bipolar pada orang dewasa. Penyalahgunaan ganja dan alkohol merupakan zat yang paling sering menjadi faktor risiko terjadinya gangguan bipolar pada orang dewasa, dan penyalahgunaan ganja beresiko lebih tinggi untuk berkembang menjadi gangguan bipolar dibanding dengan penyalahgunaan zat lain. Penyalahgunaan zat memengaruhi usia pertama kali timbulnya gejala manik, depresif dan psikosis yang timbul.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12063 Perbandingan Kadar Gula Darah Puasa Antara Mahasiswa dengan Berat Badan Berlebih dan Mahasiswa dengan Berat Badan Normal Angkatan 2020 di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung 2024-03-19T09:37:27+08:00 Toni Praditya Irwansyah tonipradityairwansyah@gmail.com Herri S. Sastramihardja herpst099@yahoo.com Yuke Andriane andrianeyuke@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong>Overweight is an accumulation of excess fat in the body which can disrupt overall health. This condition occurs because there is an imbalance between incoming energy and outgoing energy. Since 2014, more than 1.9 billion adults over the age of 18 have been overweight. According to WHO, overweight has become a world problem, especially in Indonesia as a developing country where there are changes in consumption patterns and lifestyles. Diabetes is a condition where blood sugar levels exceed 200mg/dL. One of the risk factors for diabetes is being overweight, but it does not rule out the possibility that even normal weight people suffer from diabetes because there are other factors that can influence blood glucose levels. This study aims to analyze the comparison of fasting blood sugar levels in 2020 FK UNISBA students who are overweight and those who are normal. This research is a cross-sectional study with a sample size of 65 people consisting of active students from the class of 2020 and meeting the inclusion and exclusion criteria. Data was collected by direct measurement using a glucometer and weight scale. Data were analyzed using the chi square test. The results of this study showed that almost half of the respondents were overweight, 49.2%. The highest percentage of fasting blood sugar levels was also found, namely respondents who had normal fasting blood sugar levels (70-100mg/dL) as many as 64.6%, and there were students with low fasting blood sugar levels as many as 35.4%. The chi square test shows a p value of 0.228 (&gt;0.05). There was no significant difference between fasting blood sugar levels in overweight and normal students.</p> <p><strong>Abstrak</strong><strong>.</strong> <em>Overweight</em> merupakan suatu akumulasi lemak berlebih di dalam tubuh yang dapat mengganggu kesehatan secara keseluruhan. Kondisi ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar. Sejak 2014 sudah lebih dari 1,9 miliar orang dewasa di atas usia 18 tahun mengalami <em>overweight</em>. Menurut WHO <em>overweight</em> telah menjadi masalah dunia, khususnya di Indonesia sebagai negara berkembang dimana adanya perubahan pola konsumsi dan gaya hidup. Dibates merupakan kondisi kadar gula darah melebihi 200mg/dl. Salah satu faktor risiko dari diabetes adalah <em>overweight</em>. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan kadar gula darah puasa pada mahasiswa yang memiliki berat badan berlebih<em>&nbsp; </em>dan yang normal. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional desain <em>cross sectional </em>dengan jumlah sampel 65 orang yang memenuhi kriteria inklusi yaitu mahasiswa angkatan 2020 dan bersedia menjadi reponden, dan kriteria eksklusi yaitu sudah terdiganosis diabetes mellitus dan mahasiswa dengan <em>underweight</em>. Data dikumpulkan dengan cara pengukuran langsung di laboraturium dan pengukuran tinggi dan berat badan. Data dianalisis dengan uji <em>chi square</em>. Hasil penelitian ini didapatkan indeks masa tubuh dengan presentase terbanyak yaitu responden yang memiliki berat badan normal sebanyak 33 responden. Didapatkan juga kadar gula darah puasa dengan presentase terbanyak yaitu responden yang memiliki kadar gula darah puasa 70-100mg/dL sebanyak 42 responden. Uji <em>chi square</em> menunjukkan nilai p sebesar 0,228 (&gt;0,05). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar gula darah puasa pada mahasiswa dengan berat badan berlebih dan yang normal.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12106 Gambaran Riwayat Bayi Berat Lahir Rendah dan Pemberian ASI Eksklusif pada Balita Stunting Usia 24-59 Bulan di Puskesmas Kecamatan Pamanukan 2024-03-19T09:37:26+08:00 Nabiel Makarim Shafary nabielmsha@gmail.com Siska Nia Irasanti siska_drg@rocketmail.com Dony Septriana Rosady donyseptrianarosady@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Stunting is a linear growth disorder in children aged 0–59 months. Pamukanukan District is ranked 1st in Subang Regency which has the highest prevalence of stunting, namely 19.7%. Children aged 24–59 months are vulnerable to experiencing nutritional problems. Main determinant factors for stunting are a history of low birth weight (LBW) and a history of exclusive breastfeeding practices. This study aims to determine the description of LBW and the history of exclusive breastfeeding in stunted toddlers aged 24–59 months at the Pamukanukan District Health Center, Subang Regency. Method in this research is observational analytics with a cross-sectional approach. Subjects in this study were 100 stunted children. The independent variables in this study were history of LBW and history of exclusive breastfeeding. Dependent variable in this research is stunting classification (short and very short). To see a picture of the history of low birth weight babies and the history of exclusive breastfeeding in stunted toddlers, data analysis used descriptive frequency analysis. The results of this study were that the majority of respondents had normal birth weight (90%) and had a history of exclusive breastfeeding (90%). The majority of respondents are stunted toddlers in the stunted category (64%). Exclusive breastfeeding and a history of LBW are not the only factors that cause stunting. The determinants of stunting are multifactorial, such as the child's health history, socioeconomic status, family food security, knowledge and attitudes of caregivers, environmental sanitation, personal hygiene, and balanced nutritional intake.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> <em>Stunting </em>adalah gangguan pertumbunam liner pada anak usia 0–59 bulan. Kecamatan Pamanukan menempati peringkat ke-1 di Kabupaten Subang yang memiliki prevalensi <em>stunting </em>paling tinggi, yaitu sebanyak 19,7%. Anak usia 24–59 bulan merupakan usia yang rentan mengalami masalah gizi. Faktor determinan utama <em>stunting</em>, yaitu riwayat berat badan lahir rendah (BBLR) dan riwayat praktik ASI eksklusif. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran BBLR dan riwayat ASI eksklusif pada balita stunting usia 24–59 bulan di Puskesmas Kecamatan Pamanukan, Kabupaten Subang. Metode pada penelitian ini, yaitu analitik observasional dengan pendekatan potong lintang. Subjek pada penelitian ini sebanyak 100 orang anak <em>stunting</em>. Variabel bebas pada penelitian ini, yaitu riwayat BBLR dan riwayat ASI eksklusif. Variabel terikat pada penlitian ini, yaitu klasifikasi <em>stunting </em>(pendek dan sangat pendek). Untuk melihat gambaran riwayat bayi berat lahir rendah dan riwayat ASI Eklusif pada balita stunting analisis data menggunakan analisa deskriptif frekuensi. Hasil pada penelitian ini, yaitu mayoritas responden memiliki berat badan lahir kategori normal (90%) serta memiliki riwayat ASI Eksklusif (90%). Mayoritas responden merupakan balita stunting dalam kategori <em>stunted</em> (64%). Pemberian ASI eksklusif dan riwayat BBLR bukan faktor tunggal yang menyebabkan <em>stunting</em>. Faktor determinan <em>stunting </em>bersifat multifaktorial, seperti riwayat kesehatan anak, status sosioekonomi, ketahanan pangan keluarga, pengetahuan dan sikap pengasuh, sanitasi lingkungan, higienitas personal, dan asupan gizi yang seimbang.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12110 Gambaran Performa Motorik Kasar pada Anak Cerebral Palsy berdasarkan Gross Motor Function Classification System di Rumah Sakit Al-Islam Tahun 2023 2024-03-19T09:37:26+08:00 Dede Andika Sesaryanto dedeandikass99@gmail.com Cice Tresnasari ctresnasari.fk@gmail.com RB. Soeherman Herdiningrat bambangsoeherman@yahoo.com <p><strong>Abstract.</strong> Cerebral palsy (CP) is a heterogeneous condition with varying degrees of severity. Cerebral Palsy is also a condition where cerebral paralysis occurs due to lesions in the brain of the fetus or baby during pregnancy (prenatal), during the birth process (natal), or after the birth process (postnatal). Gross motor skills are the abilities needed to control the large muscles of the body to carry out activities, such as sitting, crawling, standing, walking, running and other activities. Impaired gross motor performance in children with CP can be caused by non-progressive brain damage. The aim of this research is to analyze the description of gross motor performance based on the Gross Motor Function Classification System in children with CP. Method. Descriptive observation method with a cross-sectional research design using purposive sampling. Data collection using the Gross Motor Function Classification system was carried out by researchers based on direct doctor diagnoses at Al-Islam Hospital for the period August–October 2023. Results. Based on age, 11 people (20%) were &lt;1–5 years old, 26 people (48%) were 6–10 years old, and 17 people (32%) were 11–12 years old. The Gross Motor Function Classification System shows three children (6%) at level I, three children (6%) at level II, 5 children (9%) at level III, 20 children (37%) at level IV, and 23 children (42%) were at level V. Conclusion. Most cerebral palsy children are at Gross Motor Function Classification System levels IV and V.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> <em>Cerebral palsy</em> (CP) adalah kondisi heterogen dengan berbagai derajat keparahan. <em>Cerebral Palsy</em> juga merupakan keadaan terjadi kelumpuhan otak akibat lesi pada otak janin atau bayi selama dalam kandungan (<em>prenatal</em>), saat proses melahirkan (<em>natal</em>), atau setelah proses melahirkan (<em>postnatal</em>). Motorik kasar merupakan kemampuan yang dibutuhkan untuk mengontrol otot-otot besar tubuh untuk melakukan aktivitas, seperti duduk, merangkak, berdiri, berjalan, berlari, dan aktivitas lainnya. Gangguan performa motorik kasar pada anak CP dapat disebabkan oleh kerusakan otak yang tidak progresif. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis gambaran performa motorik kasar berdasarkan <em>Gross Motor Function Classification System</em> pada anak CP. Metode. Metode observasi deskriptif dengan desain penelitian potong lintang (<em>cross-sectional</em>) menggunakan pemilihan sampel <em>purporsive sampling. </em>Pengambilan data menggunakan <em>Gross Motor Function Classification system </em>dilakukan oleh peneliti berdasarkan diagnosis dokter secara langsung di Rumah Sakit Al-Islam periode Agustus–Oktober 2023. Hasil. Berdasarkan usia, sebanyak 11 orang (20%) berusia &lt;1–5 tahun, 26 orang (48%) berusia 6–10 tahun, dan 17 orang (32%) berusia 11–12 tahun. <em>Gross Motor Function Classification System</em> memperlihatkan sebanyak tiga orang anak (6%) pada level&nbsp; I,&nbsp; tiga orang anak (6%) pada level II, 5 orang anak (9%) pada level III, 20 orang anak (37.%) pada level IV, dan sebanyak 23 orang anak (42%) pada level V. Simpulan.&nbsp; Sebagian besar anak <em>c</em><em>erebral palsy</em> berada pada <em>Gross Motor Function Classification System</em> level IV dan V.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12158 Hubungan Konsumsi Gula dengan Derajat Depresi 2024-03-19T09:37:26+08:00 Nadia Salsabila Nugraha salsabilanadia97@gmail.com Mirasari Putri mirasari.putri@unisba.ac.id Siti Annisa Devi Trusda trusda_75@yahoo.com <p><strong>Abstract.</strong> The relationship between sugar consumption and the degree of depression. The method utilized was a literature review, involving the collection, reading, analysis, and conclusion of previous research data to establish the connection between sugar consumption and the degree of depression. The findings of the study suggested the involvement of inflammatory processes in mediating the relationship between sugar consumption and depression, leading to hyperactivity of the HPA axis and a reduction in neurogenesis in the hippocampus. Consequently, alterations in plasticity occurred in the hippocampus, amygdala, and frontal cortex, resulting in diminished production of serotonin and norepinephrine, contributing to the onset of depression.<strong>&nbsp;</strong></p> <p><strong>Abstrak.</strong> Studi literatur ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang memadai mengenai hubungan konsumsi gula dengan derajat depresi. Metode yang digunakan adalah dengan studi literatur berupa dikumpulkan, dibaca, dianalisis, dan disimpulkan dari data penelitian terdahulu untuk mengetahui hubungan konsumsi gula terhadap derajat depresi. Hasil dari studi ini menunjukkan adanya keterlibatan proses inflamasi dalam menjembatani hubungan antara konsumsi gula dengan terjadinya depresi, yang menyebabkan hiperaktivitas dari HPA aksis dan menimbulkan penurunan neurogenesis di hipokampus. Akibatnya, terjadi perubahan plastisitas di hipokampus, amigdala, dan korteks frontal yang menurunkan produksi serotonin dan norepinefrin sehingga menimbulkan depresi.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12161 Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Diabetikum di Rumah Sakit Al-Ihsan Tahun 2022 2024-03-19T09:37:26+08:00 Zuliana Marwati Octaviani zulianaoctaviani@gmail.com R. Anita Indriyanti r.anitaindriyanti@gmail.com Meta Maulida Damayanti meta.fkunisba@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Diabetes mellitus (DM) has a high prevalence, both globally, nationally and in West Java Province. Until 2019, diabetes was the direct cause of 1.5 million deaths worldwide. The high number of DM patients increases the risk of DM complications, namely diabetic ulcers, which are chronic complications of diabetes mellitus. These diabetic ulcers are the main cause of limb amputation in diabetic patients. The purpose of this study was to determine the characteristics of type 2 DM patients with diabetic ulcer complications at Al-Ihsan Hospital in the period of 2022. This study used an observational descriptive method with a cross sectional research design of 98 patients with diabetes mellitus at Al-Ihsan Hospital in 2022. Data were taken from complete and legible medical records. After observation, the results showed that the characteristics of type 2 diabetes mellitus patients with diabetic foot ulcers at Al-Ihsan Hospital in 2022 were mostly female (66.3%), mostly aged 51-60 years (42.9%), and almost no one underwent amputation (93.75%). The most common complications experienced by patients were electrolyte imbalance (21.21%) and acute kidney injury (18.2%). The conclusion of this study is that the incidence of type 2 DM with diabetic ulcer complications is more common in women and attacks the 51-60 year old age group and there are not many patients who undergo amputation. Other complications that are most common in patients with type 2 DM with diabetic ulcers are electrolyte imbalance and acute kidney injury.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Penyakit diabetes mellitus (DM) memiliki prevalensi yang cukup tinggi, baik secara global, nasional maupun di Provinsi Jawa Barat. Hingga tahun 2019, diabetes menjadi penyebab langsung dari 1,5 juta kematian di seluruh dunia. Tingginya jumlah penderita DM meningkatkan risiko kejadian komplikasi DM yaitu ulkus diabetikum yang merupakan komplikasi kronis dari diabetes melitus. Ulkus diabetikum ini adalah penyebab utama amputasi ekstremitas pada pasien diabetes. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik penderita DM tipe 2 dengan komplikasi ulkus diabetikum di RSUD Al-Ihsan periode tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode observasional descriptive dengan desain penelitian cross sectional terhadap 98 orang pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit Al Ihsan Tahun 2022. Data diambil dari rekam medis yang lengkap dan terbaca. Setelah dilakukan observasi, didapatkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa karakteristik penderita diabetes tipe 2 penderita ulkus kaki diabetik di RS Al-Ihsan tahun 2022 sebagian besar berjenis kelamin perempuan (66,3%), sebagian besar berusia 51-60 tahun (42,9%), dan hampir tidak ada yang menjalani amputasi (93,75%). Komplikasi yang paling banyak dialami pasien adalah ketidakseimbangan elektrolit (21,21%) dan Cedera Ginjal Akut (18,2%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah kejadian DM tipe 2 dengan komplikasi ulkus diabetikum lebih banyak terjadi pada perempuan dan menyerang kalangan usia 51-60 tahun serta yang menjalani tindak amputasi tidak banyak dilakukan. Komplikasi lainnya yang terbanyak pada penderita DM tipe 2 dengan ulkus diabetikum yaitu ketidakseimbangan elektrolit dan cedera ginjal akut.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12169 Karakteristik Beban Kerja pada Pegawai Tatalaksana di Universitas Islam Bandung Tahun 2023 2024-03-19T09:37:25+08:00 Azzadina Putri Maurasita azzadinam@gmail.com Ike Rahmawaty Alie ikewaty21@gmail.com Eka Hendryanny eka_hendryanny@yahoo.com <p><strong>Abstract. </strong>Any work done by a worker has the potential to become a burden, both physically and mentally. Varying worker competencies can affect the capacity to handle the workload. If a person works beyond his load, it will accelerate the condition of fatigue and can even cause health problems. The purpose of this study is to determine the workload characteristics of management employees at Bandung Islamic University in 2023. This research sample selection technique uses simple random sampling, with a total of 80 research subjects who have met the inclusion and exclusion criteria. This study used analytical observational methods with a cross-sectionalresearch design. The physical workload category &nbsp;was measured using the cardiovascularload method, the mental load category was measured using the NASA-TLX questionnaire. The results of management employees at Bandung Islamic University in 2023 experienced a light category physical workload of 93% and a moderate category mental workload of 88. This result can occur because the workload will be influenced by various factors such as external factors namely tasks, organization, and work environment as well as internal factors consisting of gender, age, body size, health conditions, nutritional status, and fitness level.</p> <p><strong>Abstrak.</strong>Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh seorang pekerja berpotensi untuk menjadi beban, baik secara fisik maupun mental. Kompetensi pekerja yang bervariasi dapat memengaruhi kapasitas untuk menangani beban pekerjaan. Bila seorang bekerja melebihi bebannya maka akan mempercepat kondisi kelelahan bahkan bisa mengakibatkan gangguan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik beban kerja pada pegawai tatalaksana di Universitas Islam Bandung tahun 2023. Teknik pemilihan sampel penelitian ini menggunakan <em>simple random sampling</em>, dengan jumlah 80 orang subjek penelitian yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan rancangan penelitian <em>cross sectional</em>. Kategori beban kerja fisik diukur dengan metode <em>cardiovascular load</em>, kategori beban mental diukur menggunakan kuesioner NASA-TLX. Hasil pada pegawai tatalaksana di Universitas Islam Bandung tahun 2023 mengalami beban kerja fisik kategori ringan sebanyak 93% dan beban kerja mental kategori sedang sebanyak 88. Hasil ini bisa terjadi karena beban kerja akan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor eksternal yakni tugas, organisasi, dan lingkungan kerja serta faktor internal yang terdiri dari jenis kelamin, usia, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi, dan tingkat kebugaran.</p> <p>&nbsp;</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12243 Scoping Review: Pengaruh Farmakodinamik Gas Air Mata terhadap Pernapasan Manusia 2024-03-19T09:37:25+08:00 Ismu Huzen ismuhuzen@gmail.com R. Anita Indriyanti r.anitaindriyanti@gmail.com Noormartany noormartany@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Tear gas is also called Riot control agent (RCA) is a non-lethal chemical warfare agent (CWA) that can quickly cause sensory irritation or physicalparalysis in humans. Pharmacodynamics in respiration occurs due to foreign objects (tear gas) entering the respiratory tract resulting in interactions between namino acids, ligands and receptors in the respiratory tract, thus creating biological events. The aim of this research is to determine the pharmacodynamic impact of tear gas on human breathing. The research method used is prism diagram. The samples used were tiga original research articles from international journals relating to the pharmacodynamic influence of tear gas on human breathing. Inclusion criteria include research articles that have been published in international journals and accessed from the Pubmed, ScienceDirect, Springerlink, Proquest, and Taylor and Francis databases. Keywords and queries. Exclusion criteria include discrepancies between the title, abstract, and conformity with Population, Intervention, Comparison, Outcome, Study (PICOS) criteria, articles that are duplicates with other databases, and articles that are paid for. Pharmacodynamics of tear gas affects human breathing and can cause several diseases such as lung, skin and eye injuries. The dangers of tear gas if it enters the respiratory tract include a stinging or burning sensation in the nose, tight chest, sore throat, coughing, dyspnea, bronchoconstriction accompanied by wheezing, difficulty breathing with acute and chronic pain, and can cause lung injury.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Gas air mata yang juga disebut Riot control agent (RCA) merupakan salah satu non-letal chemical warfare agent (CWA) yang secara cepat dapat menyebabkan iritasi sensorik maupun melumpuhkan fisik pada manusia. Farmakodinamik pada pernapasan terjadi karena benda asing (gas air mata) yang masuk ke saluran pernapasan sehingga terjadi interaksi antara asam amino, ligan, dan reseptor yang berada di saluran pernapasan sehingga membuat kejadian biologi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dampak farmakodinamik gas air mata terhadap pernapasan manusia. Metode penelitian yang digunakan adalah diagram PRISMA. Sampel yang digunakan adalah tiga artikel original research dari jurnal internasional yang berkaitan dengan pengaruh farmakodinamik gas air mata terhadap pernapasan manusia. Kriteria inklusi meliputi artikel penelitian yang telah terbit pada jurnal internasional dan diakses dari database Pubmed, ScienceDirect, Springerlink, Proquest, dan Taylor and Francis. Keywords dan query. Kriteria eksklusi meliputi ketidaksesuaian antara judul, abstrak, dan kesesuaian dengan kriteria Population, Intervention, Comparation, Outcome, Study (PICOS), artikel yang duplikasi dengan database lainnya, dan artikel yang berbayar. Farmakodinamik gas air mata berpengaruh terhadap pernapasan manusia dan dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti cedera paru, kulit, dan mata. Bahaya gas air mata jika masuk ke dalam saluran pernapasan berupa sensasi menyengat atau terbakar di hidung, dada kencang, sakit tenggorokan, batuk, dispnea, bronkokonstriksi disertai mengi, kesulitan bernapas dengan nyeri akut dan kronis, serta dapat menyebabkan cedera paru.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12262 Gambaran Karakteristik dan Faktor Risiko Terjadinya Speech Delay pada Anak di Klinik Tanaya pada Tahun 2023 2024-03-19T09:37:25+08:00 Zahra Noerjanah Usmany zahranoerjanahusmany@gmail.com Herri S. Sastramihardja herpst099@yahoo.com Miranti Kania Dewi mkaniadewi@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Symptoms of speech delay are a common developmental disorder that occurs in around 5% - 8% of the child population. The prevalence of speech delays in children aged 2-7 years in the United States ranged from 2.3-19% in 2018. The aim of this study was to determine the characteristics and risk factors for speech delays in children at the Tanaya Clinic in 2023. Research methods This is a descriptive quantitative observational design using a cross sectional study to obtain an overview of characteristics and risk factors. Sampling was taken using a non-probability sampling technique with a convenience sampling method. The research results that met the inclusion criteria were 13 people. The results of research on the description of the characteristics of children with speech delay, there is a tendency for speech delay in children aged 3-6 years, the dominant gender is 10 boys. There are internal risk factors such as a history of term birth. A total of 9 children were born not premature (&gt; 37 weeks). External Risk Factors in Children with Speech Delay at the Tanaya Clinic with the duration of exposure to gadgets for 9 children more than two hours. Family-based risk factors, dominantly experiencing father absence, were 6 people. In conclusion, description of the characteristics and risk factors that will most often occur during 2023 in children with speech delay, most often are children aged 3-6 years, male, exposure to gadgets for more than two hour. Based on the research results, it is hoped that it can become a reference for other research to deepen the description of characteristics and other risk factors using a larger number of respondents and using other methods.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Gejala keterlambatan bicara (speech delay) merupakan gangguan perkembangan yang umum terjadi pada sekitar 5% - 8% populasi anak. Prevalensi keterlambatan bicara pada anak usia 2-7 tahun di Amerika Serikat berkisar antara 2,3-19% pada tahun 2018. Tujuan pada penelitian ini adalah mengetahui gambaran karakteristik dan faktor resiko terjadinya speech delay pada anak di Klinik Tanaya pada tahun 2023. Metode penelitian ini adalah dengan desain observasional kuantitatif deskriptif menggunakan studi cross sectional untuk mendapatkan gambaran karakteristik dan faktor resiko. Pengambilan sampel diambil melalui Teknik non-probability sampling dengan metode convenience sampling. Hasil penelitian yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 13 orang. Hasil penelitian pada gambaran karakteristik pada anak dengan speech delay, Ada kecenderungan speech delay pada anak-anak usia 3-6 tahun, dominan berjenis kelamin laki-laki 10 orang. Terdapat faktor risiko internal seperti riwayat kelahiran cukup bulan, Sebanyak 9 anak lahir tidak prematur (&gt; 37 minggu). Faktor Risiko Eksternal pada Anak dengan Speech Delay di Klinik Tanaya dengan durasi paparan gadget sebanyak 9 anak lebih dari dua jam. Faktor risiko berbasis keluarga, dominan mengalami ketidakhadiran ayah sebanyak 6 orang. Simpulan, gambaran karakteristik dan faktor resioko yang paling banyak terjadi selama tahun 2023 pada anak dengan speech delay, paling banyak adalah anak-anak usia 3-6 tahun, berjenis kelamin laki-laki, paparan gadget lebih dari dua jam. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian lain memperdalam gambaran karakteristik dan faktor resiko lainnya menggunakan responden yang lebih besar dan menggunakan metode lain.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12328 Prevalensi dan Faktor Risiko Stunting pada Anak Usia Bawah Lima Tahun 2024-03-19T09:37:25+08:00 Raihan Zakki raihanzakki114@gmail.com Wida Purbaningsih widapurbaningsih@gmail.com Yani Dewi Suryani yanidewis@unisba.ac.id <p><strong>Abstract.</strong> Stunting is a malnutrition problem that is currently becoming a concern as a result of chronic malnutrition. Children under five face many problems, one of which is stunting. This research aims to determine the prevalence and factors associated with stunting among toddlers in West Bandung Regency, Padalarang District, between 2022 and 2023. The research design used in this study is a cross-sectional study. The sample for this research consisted of 100 toddlers using a total sampling method. The study was conducted from April to October 2023. Data collection involved measuring height, conducting interviews using a semi-quantitative FFQ questionnaire. Data analysis was performed using Univariate analysis. The research results indicated that the proportion of respondents with severe stunting was 35%, stunting was 34%, and those with normal TB/U nutrition status were 31%. Statistical tests provided insights into factors contributing to stunting such as birth weight, parental education, gender, exclusive breastfeeding, and family economics. This study suggests that the government, especially healthcare workers, should actively address and combat stunting among toddlers. Additionally, it is recommended for the community to adopt a balanced nutritional diet and access adequate education to improve well-being.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Stunting merupakan salah masalah malnutrisi yang saat ini menjadi perhatian sebagai akibat kekurangan gizi kronis. Anak-anak balita menghadapi banyak masalah, salah satunya stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa prevalensi dan apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian <em>stunting</em> pada anak balita di Kabupaten Bandung Barat Kecamatan Padalarang tahun 2022-2023. Disain penelitian ini menggunakan studi <em>cross sectional</em>. Sampel pada penelitian ini berjumlah 100 anak balita dengan metode total sampling. Penelitian ini dikerjakan pada bulan April hingga Oktober 2023. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui pengukuran tinggi badan, wawancara lembar kuesioner FFQ semikuantitatif. Analisis data dilakukan menggunakan analisis Univariat. Hasil penelitian ini memberikan proporsi responden yang severe <em>stunting</em> 35%, <em>stunting</em> 34% dan yang memiliki status gizi TB/U normal 31%. Analisis uji statstik memberikan gambaran faktor-faktor terjadinya <em>stunting</em> seperti berat lahir, Pendidikan orang tua, jenis kelamin, pemberian ASI eksklusif, dan ekonomi keluarga. Penelitian ini menyarankan kepada pemerintah khususnya petugas Kesehatan agar aktif dan menanggulangi kejadian <em>stunting</em> pada anak balita. Selain itu juga, diharapkan kepada masyarajat untuk menerapkan pola makan gizi seimbang dan mendapatkkan Pendidikan yang layat untuk meningakatkan kesejahteraan.</p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12374 Hubungan Antara Konsumsi Protein dengan Tingkat Depresi 2024-03-19T09:37:23+08:00 Alvito Ananta Nugraha alvitoananta75@gmail.com Mirasari Putri mirasari.putri@unisba.ac.id Eva Rianti Indrasari evaindrasariMD@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong>&nbsp;This literature study gathered various previous studies to show the relationship between protein consumption and depression levels. The results of this study showed a relationship between protein consumption and depression levels. The results of this study showed a relationship between protein consumption and depression levels. Depression is a feeling or mood &nbsp;disorder characterized by psychological symptoms in the form of sadness, hopelessness and biological disorders in the form of sleep disorders, loss of pleasure, loss of appetite. There are several factors that can affect the level of depression. Based on previous studies, it is explained that protein is one of the precursors that play an important role in mood &nbsp;regulation related to depressive symptoms. Low consumption of protein can cause decreased neurotransmitter function for pain regulation, motivation, memory, and can trigger depressive events.</p> <p><strong>Abstrak.</strong>&nbsp;Studi literatur ini mengumpulkan berbagai studi sebelumnya untuk menunjukan mengenai hubungan antara konsumsi protein dengan tingkat depresi. hasil studi ini menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi protein dengan tingkat depresi. Hasil studi ini menunjukkan terdapat hubungan antara konsumsi protein tingkat depresi. Depresi merupakan gangguan perasaan atau mood yang ditandai dengan gejala psikologis berupa kesedihan, putus asa dan gangguan biologis berupa gangguan tidur, kehilangan kesenangan, kehilangan nafsu makan. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat depresi. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya dijelaskan bahwa protein merupakan salah satu preskursor yang berperan penting dalam regulasi mood yang berkaitan dengan gejala-gejala depresi. Rendahnya konsumsi protein dapat menyebabkan menurunnya fungsi neurotransmitter untuk pengaturan nyeri, motivasi, memori, dan dapat memicu kejadian depresi.</p> 2024-02-16T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12398 Hubungan Kadar Trombosit dan Jenis Kelamin dengan Kejadian DSS pada Pasien Rawat Inap di RSUD Al-Ihsan Bandung 2024-03-19T09:37:23+08:00 Fadilul Fatihah Razi razifatihah01@gmail.com Agung Firmansyah Sumantri dragung@unisba.ac.id Abdul Hadi Hassan abdulhadihassan02@gmail.com <p><strong>Abstra</strong><strong>ct</strong><strong>. </strong>Indonesia is one of the tropical countries so it has a high risk of dengue virus transmission. Although not all cases of dengue hemorrhagic fever (DHF) are followed by shock, but the fact is that the mortality rate of DHF patients followed by shock will be much greater than patients who do not experience shock. Males have a higher risk of experiencing shock than females. In addition, patients who experience shock generally experience thrombocytopenia. Based on this phenomenon, is there a relationship between platelet levels and gender with the incidence of DSS in the inpatient room of Al Ihsan Bandung Hospital. This study used a cross sectional approach from January to December 2022, with purposive sampling. With the large sample formula collected as many as 78 patients. Testing relationship between platelets and gender with incidence of DSS using Chi The results showed that platelet levels were significantly associated with the incidence of DSS because the Pearson Chi Square value was smaller than P=0.05. Meanwhile, gender has no relationship with the incidence of DSS because the Pearson Chi Square value of 0.276 is greater than 0.05. In this study, the incidence of DSS was significantly associated with platelet levels but not gender. In other words, during DHF, male and female patients have the same chance of experiencing shock or developing DSS.</p> <p><strong>Abstra</strong><strong>k</strong><strong>. </strong>Indonesia merupakan salah satu negara tropis sehingga memiliki risiko yang tinggi terhadap penularan virus dengue. Meskipun tidak semua kasus demam berdarah <em>dengue</em> (DBD) diikuti syok, namun faktanya dari tingkat kematian pasien DBD yang diikuti syok akan jauh lebih besar dibandingkan pasien yang tidak mengalami syok. Jenis kelamin laki-laki memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami syok dibandingkan Perempuan. Selain itu, pasien yang mengalami syok pada umumnya mengalami trombositopenia. Berdasarkan fenomena tersebut apakah ada hubungan antar kadar trombosit dan jenis kelamin dengan kejadian DSS di ruang rawat inap RSUD Al Ihsan Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dari Januari- Desember 2022, dengan purposive sampling. Dengan rumus sampel &nbsp;besar terkumpul sebanyak 78 pasien. Pengujian hubungan antara trombosit dan jenis kelamin dengan kejadian DSS menggunakan <em>Chi Square </em>serta data diolah dengan SPSS versi 25. Hasilnya kadar trombosit secara signifikan berhubungan dengan kejadian DSS dikarenakan nilai <em>Pearson Chi Square </em>lebih kecil dari P=0,05. Sementara itu, jenis kelamin tidak memiliki hubungan dengan kejadian DSS dikarenakan nilai <em>Pearson Chi Square </em>sebesar 0,276 lebih besar dari 0,05. Dalam penelitian ini kejadian DSS memiliki hubungan sangat bermakna dengan kadar trombosit pasien tetapi tidak berhubungan denga jenis kelamin. Dengan kata lain, pada saat DBD pasien laki-laki maupun perempuan memiliki peluang yang sama untuk mengalami syok atau terkena DSS.</p> 2024-02-17T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12405 Hubungan Antara Status Gizi dengan Tingkat Fleksibilitas Tubuh pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unisba 2024-03-19T09:37:23+08:00 Hannia Azzahra Zahlevi hannia.zahlevi@gmail.com Rizky Suganda Prawiradilaga rizkysuganda@gmail.com Siti Annisa Devi Trusda trusda_75@yahoo.com <p><strong>Abstract.</strong> Flexibility is the ability to move body parts through a range of motion, such as joints, tendons and tissues. A person's flexibility can be influenced by several factors, one of which can be influenced by fat accumulation which can make it difficult for a person to move flexibly. This study aims to see the relationship between nutritional status and body clotting levels in UNISBA Medical Faculty students. This research uses quantitative analytical observational research with a cross-sectional design. <em>The sampling technique in this research used non-probability sampling with purposive sampling.</em> The subjects of this research were 84 students with inclusion criteria including being registered as active students at the Faculty of Medicine, Bandung Islamic University for the 2022-2023 academic year and being students aged &gt;20 years. Exclusion criteria included students with a history of injury to the lower back or hamstring muscles and students with joint deformities or a history of joint disease. Level of flexibility was measured using the sit-and-reach test and nutritional status was measured by calculating Body Mass Index and physical activity was measured using the IPAQ questionnaire. Statistical tests use the Gamma correlation test. The research results showed that there was no relationship (p=0.212, r=0.177) between nutritional status and level of welfare. Even though there is no relationship between nutritional status and the level of cold, a person still needs to have good taste to live their daily life.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Fleksibilitas merupakan kemampuan untuk menggerakkan bagian tubuh melalui rentang gerak, seperti persendian, tendon dan jaringan. Fleksibilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya dapat dipengaruhi oleh penumpukan lemak yang dapat membuat seseorang sulit untuk bergerak fleksibel. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara status gizi dengan tingkat fleksibilitas tubuh pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UNISBA. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif analitik observasional dengan desain cross-sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan <em>non-probability sampling </em>dengan jenis <em>purposive sampling. </em>Subjek penelitian ini sebesar 84 mahasiswa dengan kriteria inklusi meliputi terdaftar sebagai mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung tahun ajaran 2022-2023 dan merupakan mahasiswa dengan usia &gt;20 tahun. Kriteria eksklusi meliputi mahasiswa dengan riwayat cedera pada punggung bagian bawah atau otot hamstring dan mahasiswa dengan kelainan bentuk sendi atau riwayat penyakit sendi. Tingkat fleksibilitas diukur menggunakan sit-and-reach test dan status gizi diukur dengan menghitung Indeks Massa Tubuh. Uji statistik menggunakan uji korelasi Gamma. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan (p=0,212, r=0,177) antara status gizi dengan tingkat fleksibilitas. Meskipun tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan tingkat fleksibilitas, namun seseorang tetap harus memiliki fleksibilitas yang baik untuk menjalani kehidupan sehari-hari.</p> 2024-02-17T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12406 Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Cakupan Vaksin HPV pada Anak Perempuan Usia 9-13 Tahun di Jakarta Barat Tahun 2023 2024-03-19T09:37:22+08:00 Muhammad Kasrial muhammadkasrial06@gmail.com Herry Garna herrygarna@gmail.com Zulmansyah juvarikhy@gmail.com <p><strong>Abstract</strong><strong>.</strong><strong> &nbsp;</strong>Human papilloma virus (HPV) is a major risk factor for cervical cancer. Cervical cancer is the fourth most common cancer in women with an estimate of more than 500 thousand women diagnosed every year. The willingness of parents to vaccinate children aged 9-13 years with HPV is intended to reduce the prevalence of cervical cancer in Indonesia over the next 5-10 years. This time period is adjusted to the incubation period for HPV infection accompanied by an early detection program for cervical cancer as a national health program. The role of parents in preventing HPV infection can be by carrying out HPV vaccination from an early age, especially mothers. The general aim of this research is to analyze the relationship between maternal parenting patterns and HPV vaccination coverage in girls aged 9–13 years. This research is a cross sectional study with a sample size of 50 who met the inclusion and exclusion criteria. This data was collected using a parenting style questionnaire. Data were analyzed using the Spearman test. The results of this research show that the mother’s parenting style with the highest percentage is democratic (56%). The highest percentage of HPV vaccination coverage was also obtained, namely complete HPV vaccination coverage (82.1%). The Spearman test shows an F value of 0.016 (&lt;0.05) so there is a relationship between mother’s parenting patterns and HPV vaccine coverage in girls aged 9-13 years.&nbsp;&nbsp;&nbsp;</p> <p><strong>Abstrak</strong><strong>.</strong> <em>Human papilloma virus</em> (HPV) merupakan faktor risiko utama kanker serviks. Kanker serviks menempati urutan ke-empat kanker tersering pada wanita dengan perkiraan lebih dari 500 ribu wanita terdiagnosis setiap tahun. Kesediaan vaksinasi HPV terhadap anak usia 9–13 tahun oleh orangtua diperuntukkan dapat menurunkan prevalensi kanker serviks di Indonesia pada rentang kurun waktu 5–10 tahun ke depan. Jangka waktu ini disesuaikan dengan masa inkubasi&nbsp; infeksi HPV&nbsp; diiringi dengan program deteksi dini kanker serviks sebagai program kesehatan nasional. Peran orangtua dalam pencegahan infeksi HPV dapat berupa melakukan vaksinasi HPV sejak dini terutama ibu. Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis hubungan pola asuh ibu dengan cakupan vaksinasi HPV pada anak perempuan usia 9–13 tahun. Peneltian ini merupakan penelitian cross sectional dengan jumlah sampel 50 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data ini dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner pola asuh ibu. Data dianalisis menggunakan uji <em>Chi-square</em>. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh ibu dengan presentase terbanyak yaitu dengan cara demokrasi (56%). Didapatkan juga cakupan vaksinasi HPV dengan presentase tertinggi yaitu dengan cakupan vaksinasi HPV lengkap (82,1%). Uji <em>Chi-square</em> menunjukkan nilai p sebesar 0,016 (&lt;0,05) sehingga terdapat hubungan antara pola asuh ibu dengan cakupan vaksin HPV pada anak Perempuan usia 9-13 tahun.</p> 2024-02-17T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12415 Hubungan Antara Kemiskinan dengan Kejadian Anemia Defisiensi Zat Besi pada Ibu Hamil di Kota Bandung Tahun 2015–2020 2024-03-19T09:37:22+08:00 Nurul Izzati Fauzia nurulizzatifauzia02@gmail.com Agung Firmansyah Sumantri dragung@unisba.co.id Ismet Muchtar Nur ismet.mnur@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Anemia is a condition where red blood cells do not meet the body's physiological needs, this occurs because the erythrocytes in the body are not balanced. The condition of anemia often occurs in pregnant women, the most common occurrence is iron deficiency anemia and this condition has serious consequences for the mother and fetus. There are several factors that can cause pregnant women to experience iron deficiency anemia, one of which is economic level. Economic level is measured from the poverty level based on daily calorie intake. Poverty is a condition caused by cultural factors in a partickeular area that occur in a particular person or group of people, thereby causing them to remain attached to poverty. This study aims to determine the relationship between economic level and the incidence of iron deficiency anemia in pregnant women in Bandung City. The method used in this research was a retrospective cohort approach. The data used is secondary data from the Bandung City Health Service and the Bandung City Central Statistics Agency. Statistical tests use Spearman rank. The research results show a value of p=0.704 (p&gt;0.05). The conclusion is that there is no relationship between economic level and the incidence of iron deficiency anemia in pregnant women in Bandung City in the 2015-2020 period. This is because economic level is a factor that indirectly influences the incidence of anemia.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Anemia merupakan kondisi sel darah merah yang tidak memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh, ini terjadi karena eritrosit didalam tubuh tidak seimbang. Kondisi anemia pun sering terjadi pada wanita hamil, insidensi yang sering terjadi adalah anemia defisiensi zat besi dan keadaan ini memiliki konsekuensi serius untuk ibu dan fetus. Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan wanita hamil mengalami anemia defisiensi zat besi, salah satunya tingkat ekonomi. Tingkat ekonomi dinilai dari tingkat kemiskinan berdasarkan asupan kalori per hari. Kemiskinan merupakan keadaan yang disebabkan oleh faktor budaya suatu daerah tertentu yang terjadi pada seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu sehingga membuatnya tetap melekat dengan kemiskinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat ekonomi dengan kejadian anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil di Kota Bandung. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kohort retrospektif. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Dinas Kesehatan Kota Bandung dan Badan Pusat Statistika Kota Bandung. Uji statistik menggunakan <em>rank spearman. </em>Hasil penelitian menunjukkan nilai p=0,704 (p&gt;0,05). Kesimpulannya tidak ada hubungan antara tingkat ekonomi dengan kejadian anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil di Kota Bandung pada periode tahun 2015-2020. Hasil ini disebabkan karena tingkat ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi secara tidak langsung terhadap kejadian anemia.</p> 2024-02-17T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12418 Karakteristik Pasien dan Gambaran Indeks Platelet pada Pasien Leukemia Limfoblastik Akut di Rumah Sakit Al-Islam Kota Bandung Periode 2020-2022 2024-03-19T09:37:22+08:00 Amalia Salima amaliasalima@gmail.com Yani Triyani ytriyani87@gmail.com Sadeli Masria sadelimasria@unisba.ac.id <p><strong>Abstract.</strong> Acute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most common blood cancer in children in Indonesia. The latest data regarding the characteristics of ALL patients at Al-Islam Hospital Bandung City is currently not available. Apart from that, there are 27 blood parameters released by the hematology analyzer, but there are still values that have not been used optimally in helping to diagnose ALL, namely the platelet index. This study aims to determine the characteristics and features of platelet indices in acute lymphoblastic leukemia patients before and after chemotherapy. The method used is descriptive using medical record data from ALL patients aged 0–18 years for the period 2020–2022. This research was carried out at Al Islam Hospital Bandung during November 2023 and the data collection technique used total sampling. The data is processed using Statistical Product and Service Solutions (SPSS) software. In this study, 1040 medical record data were obtained and 292 of them met the inclusion criteria. The most frequent cases of ALL occurred in 2022 with 384 patients, aged 18 months–10 years in 721 patients (79%), male gender in 569 patients (55%), type of diagnosis was remission in 149 patients (51%). In addition, the hemoglobin level was 7.00–11.00 g/dL in 179 patients (63%), the leukocyte count was &lt;10,000 mm<sup>3</sup> in 209 patients (73%), and the platelet count was &gt;100,000 mm<sup>3</sup> in 181 patients (65%). In conclusion, the characteristics of most ALL patients are male, age 18 months–10 years, and type of diagnosis in remission.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Leukemia limfoblastik akut (LLA) merupakan kanker darah yang paling banyak terjadi pada anak di Indonesia. Data terbaru mengenai karakteristik pasien LLA di RS Al-Islam Kota Bandung saat ini belum tersedia. Selain itu, terdapat 27 parameter darah yang dikeluarkan hematology analyzer, tetapi masih ada nilai yang belum digunakan secara optimal dalam membantu penegakan diagnosis LLA yaitu indeks platelet. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik dan gambaran indeks platelet pada pasien leukemia limfoblastik akut sebelum dan sesudah kemoterapi. Metode yang digunakan adalah deskriptif yang menggunakan data rekam medik pasien LLA usia 0–18 tahun periode tahun 2020–2022. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Al Islam Bandung selama bulan November 2023 dan teknin pengambilan data menggunakan total sampling. Data tersebut diolah menggunakan perangkat lunak Statistical Product and Service Solutions (SPSS). Pada penelitian ini didapatkan 1040 data rekam medik dan yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 292. Kasus LLA paling sering terjadi pada tahun 2022 sebanyak 384 pasien, usia 18 bulan–10 tahun pada 721 pasien (79%), jenis kelamin laki-laki 569 pasien (55%), jenis diagnosis remisi pada 149 pasien (51%). Selain itu, kadar hemoglobin 7,00–11,00 g/dL pada 179 pasien (63%), jumlah leukosit &lt;10.000 mm3 pada 209 pasien (73%), dan jumlah platelet &gt;100.000 mm3 pada 181 pasien (65%). Simpulan, karakteristik pasien LLA terbanyak laki-laki, usia 18 bulan–10 tahun, dan jenis diagnosis remisi.</p> 2024-02-17T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12424 Scoping Review: Efektifitas Ekstrak Air Kopi terhadap Pembentukan Zona Hambat pada Kultur Propionibacterium Acnes 2024-03-19T09:37:22+08:00 Andre Akbar Mubarok raihanzakkiskill@gmail.com Hendro Sudjono Yuwono hsyabc47@gmail.com Meike Rachmawati meikerachmawati@unisba.ac.id <p><strong>Abstract.</strong> Acne vulgaris is an inflammatory disease that affects various age groups, especially teenagers. Based on the course of the disease, acne vulgaris is a primary inflammatory disease that affects the pilosebaceous unit and one of the causes is Cutibacterium acnes or previously known as Propionibacterium acnes. The prevalence of acne vulgaris in the world ranks 8th in terms of the total prevalence of skin diseases. In Indonesia, the prevalence of this disease is 80-85%, which occurs in adolescence with a peak at the age of 15-18 years. It is felt that the use of antibiotics as main line therapy has side effects that are considered to be detrimental to long-term health, namely resistance. The aim of this research is to analyze and compare the benefits of coffee as an alternative therapy for acne vulgaris. This research uses a Scoping review study to analyze, analyze and publish scientific papers through data sources, Pubmed, SpringerLink, Science Direct, ProQuest, and Garuda that meet the inclusion, exclusion and eligibility criteria using the JBI Critical Appraisal Checklist summarized in the PRISMA diagram. 17,508 articles were generated from 5 data sources, 487 articles met the inclusion criteria and 3 articles met the exclusion and eligibility criteria. The results of 3 articles stated that there were research results showing that the active substances in coffee, especially in the Coffea Canephora (robusta) variety, were effective in inhibiting the growth of Propionibacterium acnes bacteria which is the main etiology of acne vulgaris. The antibacterial ability of coffee has been proven to be quite good, with the level of effectiveness increasing with higher concentrations of coffee extract. These results give a positive impression of the potential use of coffee, especially Robusta, as an antibacterial agent to treat the problem of acne vulgaris.</p> <p><strong>Abstrak. </strong><em>Acne vulgaris </em>merupakan penyakit inflamasi yang dimiliki berbagai kelompok usia terutama remaja. Berdasarkan perjalanan penyakitnya <em>acne Vulgaris</em> merupakan penyakit inflamasi primer yang mempengaruhi <em>unit pilosebaceous&nbsp; </em>dengan salah satu pencetusnya adalah <em>Cutibacterium acnes</em> atau yang sebelumnya disebut sebagai<em> Propionibacterium acnes</em>. Prevalensi<em> acne vulgaris</em> di dunia menempati urutan ke-8 dari total prevalensi penyakit kulit. Di Indonesis prevalensi penyakit ini memiliki jumlah sebesar 80-85%, yang terjadi pada usia remaja dengan puncaknya pada usia 15-18 tahun. Penggunaan antibiotik sebagai terapi lini utama dirasa memiliki efek samping yang dinilai dapat merugikan utuk kesehatan jangka panjang yaitu resistensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis serta membandingkan manfaat kopi sebagai terapi alternatif akne vulgaris<em>. </em>Penelitian ini menggunakan studi <em>Scoping reaview</em> untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengevaluasi tulisan ilmiah melalui sumber data<em>, Pubmed, SpringerLink, Science Direct, ProQuest,</em> dan Garuda yang memenuhi kriteria inklusi, eklusi dan kelayakan menggunakan JBI <em>Critical Appraisal Checklist</em> dirangkum dalam diagram PRISMA. Dihasilkan 16.037 dari 5 sumber data, 479 artikel memenuhi kriteria inklusi&nbsp; dan 3 artikel memenuhi kriteria eklusi dan kelayakan. Hasil 3 artikel menyatakan terdapat hasil Penelitian menunjukkan bahwa zat aktif dalam kopi, terutama pada varietas <em>Coffea Canephora</em> (robusta), efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri <em>Propionibacterium acnes</em> yang menjadi etiologi utama <em>acne vulgaris.</em> Kemampuan antibakteri kopi terbukti cukup baik, dengan tingkat efektivitas yang meningkat seiring dengan konsentrasi ekstrak kopi yang lebih tinggi. Hasil ini memberikan implikasi positif terhadap potensi penggunaan kopi, khususnya robusta, sebagai agen antibakteri untuk mengatasi masalah <em>acne vulgaris.</em></p> 2024-02-17T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12425 Gambaran Karakteristik dan Performa Komunikasi Anak Cerebral Palsy berdasarkan Communication Function Classification System di Rumah Sakit Al-Islam Bandung Tahun 2023 2024-03-19T09:37:21+08:00 Shaffira Aulia Hakim shaffiraaulia2802@gmail.com Cice Tresnasari ctresnasari.fk@gmail.com Eka Hendryanny eka_hendryanny@yahoo.com <p><strong>Abstract.</strong> Cerebral palsy (CP) is a neuromotor disorder that affects muscle tone, movement, and body posture. The etiology of CP is premature birth, multiple pregnancies, perinatal infections and use of antibiotics. The impact of CP includes associated disorders related to motor dysfunction, such as limb flexibility, unusual posture, and communication difficulties. The purpose of this study is to understand the characteristics of children with cerebral palsy and the communication performance based on the Communication Function Classification System (CFCS) in children with cerebral palsy at Al-Islam Hospital Bandung in 2023. This study was conducted using a descriptive method. The study population consisted of all CP patients at Al-Islam Hospital Bandung, with the accessible population being children with CP aged &lt;16years. The sampling technique used was probability sampling with stratified random sampling. In this study, the characteristics of children with CP were predominantly male, totaling 32 individuals (59.2%), and most aged 4-6 years, totaling 21 individuals (38.895%). The communication performance of children with CP based on CFCS showed that 4 children (7.4%) were at Level I, 12 children (22.2%) at Level II, 20 children (37%) at Level III, 16 children (34.5%) at Level IV, and 2 children (3.7%) at Level V. The conclusion of this study is that the majority of children with cerebral palsy at Al-Islam Hospital Bandung in 2023 are male, aged 4-6 years, and have communication performance at Level III according to the Communication Function Classification System.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> <em>Cerebral palsy</em> (CP) merupakan gangguan neuromotor yang mempengaruhi gerakan tonus otot dan postur tubuh. Etiologi CP yaitu kelahiran premature, kehamilan ganda, infeksi perinatal dan penggunaan obat antibiotic. Dampak dari CP yaitu gangguan penyerta yang berkaitan dengan gangguan motorik, seperti kelenturan anggota badan, postur yang tidak biasa dan gangguan dalam berkomunikasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran karakteristik anak CP dan gambaran performa komunikasi berdasarkan CFCS pada anak CP di Rumah Sakit Al-Islam Bandung Tahun 2023. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif. Populasi penelitian ini merupakan seluruh pasien CP di Rumah Sakit Al-Islam Bandung dengan populasi terjangkaunya yaitu anak CP usia &lt;16 tahun. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik <em>convenience sampling</em>. Pada penelitian ini gambaran karakteristik anak CP sebagian besar laki-laki sebanyak 32 orang (59,2%), sebagian besar berusia 4-6 tahun sebanyak 21 orang (38,895). Gambaran performa komunikasi pada anak CP berdasarkan CFCS menunjukan bahwa sebanyak 4 orang anak (7,4%) pada Level I, sebanyak 12 orang anak (22,2%) pada Level II, sebanyak 20 orang (3,7%) pada Level III, sebanyak 16 orang (34,5%) pada Level IV dan sebanyak 2 orang (3,7%) pada Level V. Simpulan penelitian ini yaitu gambaran anak cerebral palsy di Rumah Sakit Al-Islam Bandung tahun 2023 paling banyak laki-laki, berusia 4-6 tahun dan memiliki&nbsp; performa komunikasi pada Level III berdasarkan <em>Communication Function Classification System.</em></p> 2024-02-17T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12426 Perbandingan Karakteristik Demensia Vaskular dan Demensia Alzheimer di RSUD Al-Ihsan Bandung Tahun 2020-2022 2024-03-19T09:37:21+08:00 Maulavy Sofia Firdaus maulavysofia@gmail.com Alya Tursina alya.fkunisba@unisba.ac.id Ayu Prasetia kedokteran@unisba.ac.id <p><strong>Abstract.&nbsp;</strong>Dementia is still the seventh disease that can cause death in the elderly in the world. Based on analysis data on the Global Burden of Disease (GBD) in 2050, the number of dementia cases is predicted to reach 3.4 million. The number of dementia sufferers in West Java Province is estimated to increase to 20,000 by 2025. Data related to the demographic characteristics of Alzheimer's and vascular dementia patients is very important to use as a reference for future research. This research is a cross-sectional study using 269 medical record data on the age and gender characteristics of patients with Alzheimer's dementia and vascular dementia for the period 2020-2022 at Al-Ihsan Regional Hospital, Bandung. This research was analyzed using univariate, bivariate tests and Chi-Square statistical tests. This research data was divided into two groups based on gender and age. Regarding gender characteristics, men and women, vascular dementia patients were dominated by men with a total of 137 patients (50.9%). Meanwhile, Alzheimer's dementia was found in 23 patients (8.6%) in each gender. Age characteristics are divided into three groups, namely 46-55 years old, 56-65 years old, and &gt;65 years old. Patients with vascular dementia and Alzheimer's dementia were dominated by those aged &gt;65 years with 106 patients (39.4%) and 30 patients (11.2%) respectively. However, the results of the Chi-Square analysis for both characteristics had a p-value &gt;0.05. There are no differences in the characteristics of vascular dementia and Alzheimer's dementia based on gender and age at Al-Ihsan Hospital Bandung in 2020-2022.</p> <p><strong>Abstrak</strong>. Demensia merupakan penyakit ketujuh yang dapat menyebabkan kematian pada lansia di dunia. Berdasarkan data analisis <em>pada Global Burden of Disease</em> (GBD) pada tahun 2050, capaian kasus demensia diprediksi akan menyentuh angka 3,4 juta. Jumlah penderita demensia di Provinsi Jawa Barat diperkirakan meningkat menjadi 20.000 pada tahun 2025. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan menggunakan 269 data rekam medis karakteristik usia dan jenis kelamin pasien demensia alzheimer dan demensia vaskular periode tahun 2020-2022 di RSUD Al-Ihsan Bandung. Penelitian ini dianalisis dengan uji univariat, bivariat, dan uji statistik Chi-Square. Data penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan jenis kelamin dan usia. Pada karakteristik jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan, pasien demensia vaskular didominasi oleh laki-laki dengan jumlah 137 pasien (50.9%). Sedangkan pada demensia alzheimer diperoleh pada masing-masing jenis kelamin berjumlah 23 pasien (8.6%). Pada karakteristik usia dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu usia 46-55 tahun, usia 56-65 tahun, dan &gt;65 tahun. Pasien demensia vaskular dan demensia alzheimer di dominasi oleh usia &gt;65 tahun dengan masing-masing berjumlah 106 pasien (39.4%) dan 30 pasien (11.2%). Namun, pada hasil analisis Chi-Square pada kedua karakteristik memiliki hasil p-value &gt;0,05. Tidak adanya perbedaan karakteristik demensia vaskular dan demensia alzheimer berdasarkan jenis kelamin dan usia di RSUD Al-Ihsan Bandung Tahun 2020-2022.</p> 2024-02-17T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12431 Hubungan Antara Usia dan Jenis Kelamin dengan Kejadian Multidrugs-Resistant Tuberculosis (MDR-TB) di Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan (RSPG) Cisarua Bogor 2024-03-19T09:37:21+08:00 Siti Fatimah Az'zahra ftazzahra810@gmail.com Eka Nurhayati eka.nurhayati@unisba.ac.id Julia Hartati juliahartati.fkunisba06@gmail.com Neni Sawitri nenisawitri@yahoo.co.id <p><strong>Abstract. </strong>Tuberculosis (TB) is a chronic infectious disease caused by Myobacterium tuberculosis. TB is considered the second top killer infectious disease and is the 13th cause of death worldwide. Long treatment and uncertain times of onset pose a challenge to compliance in the TB treatment process. Non-adherence to treatment results in multi-drug-resistant (MDR-TB). This condition occurs when TB patients experience resistance to the drugs isoniazid (H) and rifampicin (R), which are anti-tuberculosis drugs (OAT). This research is a cross sectional study conducted at RSPG Cisarua Bogor on 299 patients. Data was obtained from medical records in the form of age and gender characteristics. Data were analyzed using univariate and bivariate tests and then carried out the Chi-Square test. The results of this study show that the average age of MDR-TB patients is 39 years and more males. The Chi-Square test shows an age p-value of 0.014 (&lt;0.05) and a gender p-value of 0.605 (&gt;0.05). MDR-TB patients are more common in male than female, but there is no significant relationship because the location of the rpOB gene and KatG gene which are mutated are in bacteria, not humans. MDR-TB is more vulnerable in productive age because high productivity can cause treatment errors that result in MDR-TB. It was found from this study that there was a relationship between age and the incidence of MDR-TB and there was no relationship betweensex and the incidence of MDR-TB.</p> <p><strong>Abstrak</strong><strong>. </strong>Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular kronis yang disebabkan oleh <em>Myobacterium tuberculosis.</em> TB dianggap sebagai penyakit infeksi pembunuh teratas kedua dan menjadi penyebab kematian ke-13 di seluruh dunia. Pengobatan yang lama dan onset waktunya tidak pasti menjadi tantangan kepatuhan dalam proses pengobatan TB. Ketidakpatuhan pengobatan mengakibatkan terjadinya <em>multidrugs-resistant</em> &nbsp;<em>tuberculosis</em> (MDR-TB). Kondisi ini terjadi ketika pasien TB mengalami resistensi terhadap obat isoniazid (H) dan rifampisin (R) yang merupakan obat anti-tuberkulosis (OAT). Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang dilakukan di RSPG Cisarua Bogor pada 299 pasien. Data diperoleh dari rekam medis berupa karakteristik usia dan jenis kelamin. Data dianalisis dengan uji univariat dan bivariate lalu dilakukan uji Chi-Square. Hasil penelitian ini menunjukkan rerata usia pasien MDR-TB adalah 39 tahun dan lebih banyak pada laki – laki. Uji Chi-Square menunjukkan p-value usia sebesar 0,014 (&lt;0,05) dan&nbsp; p-value jenis kelamin sebesar 0,605 (&gt;0,05). Pasien MDR-TB lebih banyak terjadi pada laki – laki dibandingkan perempuan namun tidak terdapat hubungan bermakna karena letak gen rpOB dan gen KatG yang mengalami mutasi terletak pada bakteri bukan pada manusia. MDR-TB lebih rentan pada usia produktif karena produktivitas yang tinggi dapat menyebabkan kelalaian pengobatan yang mengakibatkan MDR-TB. Didapatkan dari penelitian ini bahwa terdapat hubungan antara usia dengan kejadian MDR-TB dan tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian MDR-TB.</p> 2024-02-17T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12511 Gambaran Penatalaksanaan dan Karakteristik Pasien Penyalahgunaan Narkoba di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta Periode 2017-2021 2024-03-19T09:37:21+08:00 Zikri Resa Hasrian zikriresahasrian17@gmail.com Wida Purbaningsih widapurbaningsih@gmail.com Siti Annisa Devi Trusda trusda_75@yahoo.com <p><strong>Abstract.</strong> World Drugs Reports (WDR) in 2018 informed that around 269 million people use drugs across the globe. The results of research conducted by the National Narcotics Agency (BNN) stated that the prevalence rate for narcotics reached 3.41 million people (1.80%) in 2019. In the Jakarta area, there were 260,656 people who used drugs. This research aims to determine the description of the management of drug abuse patients at RSKO Jakarta in 2017–2021. The research method used was descriptive observational with a cross-sectional design. This research uses medical record data taken directly from RSKO Jakarta. The results of this research showed that the majority of drug abuse patients at RSKO Jakarta for the 2017-2021 period based on gender characteristics were male. Based on the characteristics, the highest age level is 15-34 years old. Based on the characteristics of the highest region, it is JABODETABEK. Based on the characteristics of the highest job is not working. And there are rehabilitation patients using special programs and primary programs</p> <p><strong>Abstrak.</strong> <em>World Drugs Reports</em> (WDR) pada 2018 menginformasikan bahwa sekitar 269 juta orang menggunakan narkoba di penjuru bumi. Hasil penelitian yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebutkan bahwa angka prevalensi terhadap narkotika mencapai 3,41 juta jiwa (1,80%) pada tahun 2019. Di wilayah Jakarta, terdapat 260,656 orang yang menggunakan narkoba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan pasien penyalahgunaan narkoba di RSKO Jakarta tahun 2017–2021. Metode penelitian yang di gunakan adalah deskriptif observasional dengan desain potong lintang. Penelitian ini menggunakan data rekam medis yang di ambil langsung dari RSKO Jakarta. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa Pasien penyalahgunaan narkoba di RSKO Jakarta periode 2017-2021 berdasarkan karakteristik dari jenis kelamin terbanyak adalah jenis kelamin laki-laki. Berdasarkan karakteristik dari tingkat usia terbanyak adalah usia 15-34 tahun. Berdasarkan karakteristik dari wilayah tertinggi adalah JABODETABEK. Berdasarkan karakteristik dari pekerjaan tertinggi adalah tidak bekerja. Dan terdapat pasien rehabilitasi menggunakan special program dan primary program.</p> 2024-02-29T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12532 Medical Emergency Response Plan: Case Study in a Mining Company 2024-03-19T13:04:17+08:00 Dony Septriana Rosady dony.septriana@unsiba.ac.id <p><strong>Abstract.</strong> Medical emergency condition can occur unexpected and caused by human factors or unsafe actions. Mining companies need to have a system for handling medical emergencies that can be caused by physical, chemical, biological or other forms of danger. Lack of medical emergency response plan led to delay in evacuation and risking more lives to the hazards and harmed.The research uses a qualitative research design with a case study approach. The research was conducted at PRN Mining Company. Data collection was carried out using observation techniques, interviews and documentation studies of company regulations. Data collection and analysis was carried out using a focus group discussion method involving 9 people with proportional representation from HSE management elements, company doctors and practitioners in the field of occupational medicine. The research was conducted in the period January – April 2023. A medical emergency response plan is a set of written procedures that guide emergency actions, facilitate recovery efforts, and reduce the impact of emergency events. In mass medical emergencies, triage is an effort to sort and determine priorities for medical emergency response actions based on treatment needs and availability of resources. This mining company use the Simple Triage And Rapid Treatment (START) method for triage system. The work environment must be maintained in a safe condition for workers by implementing hierarchical control. The company needs to prepare policies and standard operational procedures for handling medical emergencies and prevent worsening of medical emergencies. The medical emergency response plan requires regular monitoring and evaluation to make adjustments based on company needs and scientific developments.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Kondisi darurat medis dapat terjadi secara tidak terduga dan disebabkan oleh faktor manusia atau tindakan yang tidak aman. Perusahaan pertambangan perlu memiliki sistem penanganan darurat medis yang dapat disebabkan oleh bahaya fisik, kimia, biologi atau bentuk bahaya lainnya. Kurangnya rencana tanggap darurat medis menyebabkan tertundanya evakuasi dan mempertaruhkan lebih banyak nyawa dalam bahaya dan korban jiwa. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Pertambangan PRN. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi terhadap peraturan perusahaan. Pengumpulan dan analisis data dilakukan dengan metode diskusi kelompok terfokus yang melibatkan 9 orang dengan keterwakilan proporsional dari unsur manajemen HSE, dokter perusahaan dan praktisi di bidang kedokteran kerja. Penelitian dilakukan pada periode Januari – April 2023. Rencana tanggap darurat medis adalah serangkaian prosedur tertulis yang memandu tindakan darurat, memfasilitasi upaya pemulihan, dan mengurangi dampak kejadian darurat. Dalam kedaruratan medis massal, triage merupakan upaya memilah dan menentukan prioritas tindakan tanggap darurat medis berdasarkan kebutuhan pengobatan dan ketersediaan sumber daya. Perusahaan pertambangan ini menggunakan metode Simple Triage And Rapid Treatment (START) untuk sistem triage. Lingkungan kerja harus dijaga dalam kondisi aman bagi pekerja dengan menerapkan pengendalian hierarki. Perusahaan perlu menyiapkan kebijakan dan standar prosedur operasional untuk penanganan kedaruratan medis dan mencegah memburuknya kedaruratan medis. Rencana tanggap darurat medis memerlukan pemantauan dan evaluasi secara berkala untuk melakukan penyesuaian berdasarkan kebutuhan perusahaan dan perkembangan ilmu pengetahuan.</p> 2024-03-15T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12533 Ibu dan Keterlambatan Bicara pada Anak 2024-03-19T09:37:20+08:00 Cice Tresnasari ctresnasari.fk@gmail.com Sigit Gunarto sigitgunarto1402@gmail.com Lia Marlia Kurniawati liamarliakurniawati@gmail.com Budiman budiman.ikm.fkunisba@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> &nbsp;Speaking is one aspect of children development. By speaking, children communicate verbally. A child who has delayed speech delay is at risk of experiencing social, emotional, behavioral and cognitive problems. Immediate treatment is needed for child who is suspected of having symptoms of delayed speech so that they develop optimally. Early detection of symptoms of delayed speech is the first step for a child to receive treatment. It is hoped that a mother's good knowledge of speech development can detect symptoms of a child's speech delay. This study aims to determine the relationship between the mother's level of education and age with the mother's level of knowledge about speech development. A total of 32 mothers who had children aged... years as subjects received training on children's speech development as an intervention. To determine changes in knowledge levels before and after training, the Wilcoxon test was used and to analyze the correlation between education level and age with changes in knowledge levels, the Fischer Exact Test was used. The results showed that there was an increase in knowledge before and after the intervention, there was a relationship between education level and knowledge level, but there was no relationship between age and knowledge level.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Bicara merupakan salah satu aspek perkembangan anak.&nbsp; Dengan bicara anak berkomunikasi secara lisan.&nbsp; Seorang anak yang terlambat bicara berisiko mengalami masalah sosial, emosi, tingkah laku dan kognitif.&nbsp; Penanganan segera diperlukan anak yang dicurigai memiliki gejala terlambat bicara agar berkembang optimal. Deteksi dini gejala terlambat bicara merupakan langkah awal seorang anak mendapat penanganan. Pengetahuan yang baik dari seorang ibu tentang perkembangan bicara diharapkan dapat mendeteksi gejala terlambat bicara anak.&nbsp; Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan usia ibu dengan tingkat pengetahuan ibu tentang perkembangan bicara.&nbsp; Sebanyak 32 orang ibu yang memiliki anak dengan rentang usia… tahun sebagai responden menerima pelatihan tentang perkembangan bicara anak sebagai intervensi. &nbsp;Untuk mengetahui perubahan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan digunakan uji Wilcoxon dan untuk menganalisis korelasi tingkat pendidikan dan usia dengan perubahan tingkat pengetahuan digunakan uji Fischer Exact Test.&nbsp; Diperoleh hasil bahwa terjadi peningkatan pengetahuan sebelum dan setelah intervensi, terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan, namun tidak terdapat hubungan antara usia dan tingkat pengetahuan.</p> 2024-03-15T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12534 Manfaat Bedside Teaching bagi Pendidikan Klinis Dokter Muda di Laboratorium Klinik Ilmu Kesehatan Anak RS Pendidikan FK Unisba 2024-03-27T15:24:43+08:00 Wiwiek Setiowulan aisafatiha@gmail.com Lisa Adhia Garina lisa.adhia@gmail.com Diana Rahmi dr_diana@ymail.com Mia Kusmiati dr.mia74@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Bedside teaching (BST) is an essential method in clinical learning for medical students which enables them to practice clinical skills and professional behavior through direct interaction with patients. However, a process that supposed to be patient examination by the student, observed and given feedback by the preceptor, now has been transformed into case presentation and discussion of the examination result being performed without preceptor’s observation. This results in the lack of feedback that is needed as correction and learning modality. The aim of this study is to obtain evaluation from medical students regarding efficacy and benefit of BST where the patient examination is observed and given feedback by preceptor. This study uses a descriptive observational method with medical students assigned to Pediatric Department FK Unisba RS Muhammadiyah Bandung during July – October 2023 recruited as the subjects. Using a total sampling method, we obtained 36 medical students. Study results: BST with patient examination being observed and given feedback by preceptor is effective and highly beneficial according to the students. This method is still preferred under time constraint of the preceptor, compared to case presentation and discussion of patient examination result. If the preceptor is unable to observe patient examination completely, half of the subjects suggest ward round as BST method, while the rest prefer case presentation and discussion. Conclusion: BST with patient examination being observed and given feedback by preceptor is considered very important by the medical students.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> <em>Bedside teaching</em> (BST) adalah metode pembelajaran yang esensial pada pendidikan tahap profesi kedokteran sebagai sarana melatih keterampilan klinis dan perilaku profesional melalui interaksi langsung dengan pasien. Namun demikian, BST yang seharusnya berupa pemeriksaan pasien oleh dokter muda yang didampingi oleh preseptor kini banyak beralih menjadi presentasi dan diskusi dari hasil pemeriksaan yang dilakukan secara mandiri. Akibatnya, dokter muda tidak memperoleh umpan balik saat memeriksa pasien, yang dibutuhkan sebagai bentuk koreksi dan sarana pembelajaran. Penelitian ini bertujuan memperoleh evaluasi dokter muda mengenai efektivitas dan manfaat BST dengan didampingi dan diberi umpan balik oleh preseptor saat pemeriksaan pasien serta preferensi metode BST dalam kondisi terbatas. Penelitian menggunakan metode observasional deskriptif dengan subjek penelitian dokter muda yang menjalani rotasi di Lab Klinik Ilmu Kesehatan Anak FK Unisba RS Muhammadiyah Bandung periode Juli – Oktober 2023 yang diambil dengan tehnik <em>total sampling</em>. Didapatkan subjek dokter muda 36 orang. Hasil penelitian: BST berupa pemeriksaan pasien yang didampingi dan diberi umpan balik oleh preseptor memiliki efektivitas dan manfaat yang tinggi menurut dokter muda. Metode ini lebih dipilih dalam kondisi keterbatasan waktu preseptor, dibandingkan presentasi dan diskusi hasil pemeriksaan pasien. Bila preseptor berhalangan mendampingi pemeriksaan pasien secara lengkap, sebagian dokter muda memilih ronde besar sebagai metode BST, sedangkan sebagiannya lagi memilih metode presentasi kasus. Simpulan: BST berupa pemeriksaan pasien dengan didampingi dan diberi umpan balik oleh preseptor memiliki manfaat penting bagi dokter muda.</p> 2024-03-15T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12535 Derajat Nyeri Pasien Post-Pericutaneous Coronary Intervention di Unit Cathlab RSAU dr. M. Salamun Bandung 2024-03-25T16:04:12+08:00 Yuliana Ratna Wati yulianarw05@yahoo.com Putri Ratna Palupi Puspitasari yulianarw05@yahoo.com Annisa Berlia Maharani yulianarw05@yahoo.com Aida Fitriyane yulianarw05@yahoo.com <p><strong>Abstract.</strong> Percutaneous coronary intervention (PCI) is one of the most common treatments for heart disease. The problem often faced after PCI is Post-Procedure Chest Pain (PPCP), which is various degrees of typical and atypical chest pain that begins to appear after the procedure. This study aims to determine the degree of pain in patients undergoing PCI procedures. This research method is an observational analytic with a cross-sectional design. The subjects in this study were patients who underwent PCI procedures in the Cath lab unit of RSAU Dr. M. Salamun from July 1, 2023, to July 31, 2023. Data were collected by Numeric Rating Scale For the measurement of the degree of pain, it was found that 26 (37.7%) subjects experienced mild pain, 41 (59.4%) moderate pain, and 2 (2.9%) experienced severe pain. The final ρ-sig value was 0.390, which was greater than the α value of 0.05%, meaning that no variables influenced pain in the current study. This study concludes that there is no variable caused the degree of pain in post-PCI patients.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Salah satu metode terapi pada penyakit jantung yang banyak dilakukan adalah <em>Percutaneous coronary intervention (PCI)</em>. Masalah yang sering dihadapi pasca tindakan <em>PCI</em> adalah <em>Post-Procedure Chest Pain (PPCP), </em>yaitu berbagai derajat nyeri dada yang tipikal maupun atipikal yang mulai muncul pasca tindakan&nbsp; tersebut.<em>. </em>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui&nbsp; derajat nyeri pada pasien yang menjalani prosedur <em>PCI. </em>Metode penelitian ini berupa analitik observasional dengan rancangan <em>cross sectional. </em>Subjek pada penelitian ini adalah pasien yang menjalani prosedur <em>PCI </em>di unit <em>cathlab</em> RSAU dr. M. Salamun &nbsp;pada 1 Juli 2023 sampai dengan 31 Juli 2023. Data dikumpulkan dengan Numeric Rating Scale. Untuk pengukuran derajat nyeri didapatkan hasil 26 (37,7%) subjek mengalami derajat nyeri ringan, 41 (59,4%) nyeri sedang dan 2 (2,9%) mengalami nyeri dengan derajat berat. Pada penelitian ini juga dilakukan analisis regresi <em>logistic multinomial</em> dengan tingkat signifikansi 5% didapatkan nilai ρ-sig final adalah sebesar 0,390 lebih besar dari nilai α 0,05%, yang bermakna tidak ada variabel yang mempengaruhi nyeri pada penelitian saat ini. Simpulan penelitian ini adalah tidak ada variable yang mempengaruhi nyeri pada pasien post-<em>PCI.</em></p> 2024-03-15T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12536 Tingkat Spiritualitas dan Karakteristik Lanjut Usia di RS 2024-03-25T16:05:43+08:00 Gemah Nuripah gemahnuripahspkj@gmail.com Ayu Prasetia gemahnuripahspkj@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Spiritual is a belief in one's relationship with the God. The elderly is the final phase of human life. The developmental tasks of the elderly include feeling satisfied with their life and having high spiritual values. This research examined the characteristics and level of spirituality of the elderly at the Geriatric Polytechnic of Muhammadiyah Hospital Bandung. The research was conducted at the Geriatric Polytechnic of Muhammadiyah Hospital Bandung and was completed by filling in the Daily Spiritual Experience Scale (DSES) questionnaire. This research concludes that most elderly people are over 65 years old, women, married, and have a high level of spirituality.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Spiritual&nbsp; adalah&nbsp; keyakinan&nbsp; dalam hubungannya dengan Yang Maha Pencipta. Lansia merupakan fase akhir kehidupan manusia. Tugas perkembangan lansia antara lain merasa puas dengan kehidupan yang telah dijalani dan mempunyai nilai spiritualitas yang tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat karakteristik dan tingkat spiritualitas lansia di Poli Geriatri RS Muhammadiyah Bandung. Penelitian dilakukan di Poli Geriatri RS Muhammadiyah Bandung dan dilakukan dengan pengisian kuesioner <em>Daily Spiritual Experience Scale</em> (DSES). Simpulan penelitian ini adalah kebanyakan lansia berusia lebih dari 65 tahun, wanita, menikah dan mempunyai tingkat spiritualitas yang tinggi.</p> 2024-03-15T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10702 Evaluasi Kekuatan, Daya Tahan Otot, Kelenturan, dan Ketahanan Jantung-Paru Berdasarkan dengan Usia 2024-03-19T09:42:05+08:00 Haiqa Sharma Putri haiqasharma14@gmail.com M. Nurhalim Shahib nurhalim@biochem.fk.unpad.ac.id Siti Annisa Devi Trusda trusda_75@yahoo.com <p class="PROSIDING-ABSTRAK"><strong>Abstract.</strong> The physical fitness situation among workers is a situation that receives little attention. In 2016, Rahmawati, Sulroto, and Wahyuni conducted research which revealed that around 43.6% of workers lacked physical fitness. Maintaining physical fitness is very important for workplace safety, as it is the foundation for employees to provide their best performance. Research reveals that a lack of physical activity can lead to a decline in physical fitness, which can lead to health problems and reduced productivity. Therefore, it is important to understand how physical activity, physical health, and age relate to the workplace, especialy for those in physicaly demanding jobs such as security guards. At Bandung Islamic University, a sample of 86 security officers was colected for this research. The research method used is a quantitative observational analytical approach with a cross-sectional research design to evaluate the relationship between age and physical fitness, by measuring muscle strength and endurance using a number of tests, including push-ups, sit-ups, squat leaps and vertical jumps. . Results showed that the majority of security guards were found to be between 18 and 25 years old, and most of them had normal or below normal muscle strength and endurance. Statistical analysis shows that there is a significant relationship between the level of strength and muscular endurance and age on certain indicators, while there is no significant relationship between the level of flexibility and cardiopulmonary endurance and age. This research provides a deeper understanding of the relationship between physical activity, physical fitness and age in security officers, which can provide a basis for improving their wel-being and productivity.</p> <p class="PROSIDING-ABSTRAK"><strong><span lang="EN-US">Abstrak.</span></strong> Situasi kebugaran fisik di kalangan pekerja merupakan situasi yang kurang mendapat perhatian. Pada tahun 2016, Rahmawati, Sulroto, dan Wahyuni melakukan penelitian yang mengungkapkan bahwa sekitar 43,6% pekerja kurang dalam kebugaran jasmani. Menjaga kebugaran fisik sangat penting untuk keselamatan di tempat kerja, karena merupakan landasan bagi karyawan untuk memberikan kinerja terbaiknya. Penelitian mengungkapkan bahwa k<span lang="EN-US">urangnya aktivitas fisik</span> dapat menyebabkan penurunan kebugaran fisik, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan dan penurunan produktivitas. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana aktivitas fisik, kesehatan fisik, dan usia berhubungan dengan tempat kerja, terutama bagi mereka yang melakukan pekerjaan yang menuntut fisik seperti penjaga keamanan<span lang="EN-US"> (Satpam)</span>. Di Universitas Islam Bandung, sampel dari 86 petugas keamanan dikumpulkan untuk penelitian ini. Metode penelitian yang digunakan yaitu<span lang="EN-US"> pendekatan kuantitatif observasional analitik dengan desain penelitian </span>cross-sectional untuk mengevaluasi hubungan antara usia dan kebugaran fisik, dengan mengukur kekuatan dan daya tahan otot menggunakan sejumlah tes, termasuk push-up, sit-up, squat leap, dan vertical jump. Hasil menunjukan bahwa mayoritas penjaga keamanan ditemukan berusia antara 18 dan 25 tahun, dan sebagian besar dari mereka memiliki kekuatan dan daya tahan otot yang biasa atau di bawah normal. Analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kekuatan dan daya tahan otot dengan umur pada indikator tertentu, sedangkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat fleksibilitas dan daya tahan jantung paru dengan umur. Penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai hubungan antara aktivitas fisik, kebugaran jasmani dan usia pada petugas keamanan, yang dapat memberikan dasar untuk meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas mereka<span lang="EN-US">.</span></p> 2024-02-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/10997 Karakteristik Pasien Otitis Media Akut Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur dan Riwayat Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) di RS Al-Islam Bandung Tahun 2020-2022 2024-03-19T09:37:24+08:00 Faqiekha Jauziyah Al-Faghiyah 10100120109 faqiekhajauziyah10@gmail.com Mia Kusmiati dr.mia74@unisba.ac.id Meike Rachmawati meikerachmawati@unisba.ac.id <p><strong>Abstract.</strong> Acute otitis media (OMA) is an acute inflammation of the middle ear that lasts &lt; 3 weeks. Acute otitis media can be caused by viruses or bacteria. In previous research, the most common clinical symptom in children suffering from AOM was fluid discharge from the ears. It has also been found that 29-50% of all ARI develop into OMA. The aim of this study was to determine the characteristics of acute otitis media sufferers based on gender, age, duration of complaints, symptoms and history of ARI (Upper Respiratory Tract Infection). The research method used in this study was descriptive using a cross sectional design. Research subjects were patients diagnosed with OMA at the ENT clinic at Al-Islam Hospital Bandung in 2020-2022. Most of the OMA patients were female as many as 93 people (64.6%), dominated by patients aged 18-40 years as many as 52 people (36.1%), and the majority had no history of ARI, 141 people (97.9%). The conclusion of this research is that OMA cases in the ENT clinic at Al-Islam Hospital Bandung are dominated by women in the age range, most in the adult age range 18-40 years, and have a complaint duration of &lt; 1 week with the most common symptoms being fever and discharge, and the majority have no history of ARI. OMA cases are more common in the adult age range, this is related to increased exposure to cigarettes in adulthood as well as environmental factors.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Otitis media akut (OMA) merupakan inflamasi akut pada telinga bagian tengah yang berlangsung &lt; 3 minggu. Otitis media akut dapat disebabkan oleh virus atau bakteri. Penelitian sebelumnya gejala klinis terbanyak pada anak penderita OMA adalah keluarnya cairan dari telinga. Telah ditemukan juga bahwa 29-50% dari keseluruhan ISPA berkembang menjadi OMA. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik penderita otitis media akut berdasarkan jenis kelamin, umur, lama keluhan, gejala, dan riwayat ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan rancangan cross sectional. Subjek penelitian adalah pasien yang terdiagnosis OMA di klinik THT RS Al-Islam Bandung pada tahun 2020-2022. Sebagian besar pasien OMA berjenis kelamin perempuan sebanyak 93 orang (64,6%)<strong>, </strong>didominasi pasien berusia 18-40 tahun sebanyak 52 orang (36.1%), serta sebagian besar tidak memiliki riwayat ISPA sebanyak 141 orang (97.9%). Simpulan penelitian ini kasus OMA di klinik THT RS Al-Islam Bandung didominasi oleh jenis kelamin perempuan pada rentang umur, terbanyak pada rentang usia dewasa 18-40 tahun, dan memiliki lama keluhan &lt; 1 minggu dangan gejala tersering demam dan keluar cairan, serta sebagian besar tidak memiliki riwayat ISPA. Kasus OMA lebih banyak ditemukan pada rentang usia dewasa, hal ini berkaitan dengan paparan rokok yang meningkat pada usia dewasa serta faktor lingkungan.&nbsp; <strong>&nbsp;</strong>&nbsp;</p> 2024-02-12T16:55:27+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11139 Hubungan Tingkat Pengetahuan Prediabetes dengan Obesitas 2024-03-19T20:24:25+08:00 Alfiyya Nur Mahdiyyah 10100120094 afiyyanurmarhdiyyah@gmail.com Yani Triyani ytriyani87@gmail.com Noormartany noormartany@gmail.com <p><strong>Abstract. </strong>Prediabetes is an important health problem today. Risk factors that can cause the progression of prediabetes to diabetes mellitus are obesity as measured by body mass index and waist circumference. The aim of this study was to assess knowledge about prediabetes with body mass index and waist circumference in first year students at the Faculty of Medicine, Bandung Islamic University for the 2022/2023 academic year. The design used was cross-sectional with 164 respondents. The research used was analytical observational. Data were collected using Google Form regarding awareness and knowledge questionnaires about prediabetes, with a total of 29 validated questions. Other important data that is measured directly is body weight, height and waist circumference. Of the 164 respondents, the majority were 18 years old, 54.9%, and 62.2% female; while height 151-160 cm is 43.3% and weight is in the obesity category 37.8%. Normal waist circumference for men is 23.8% and 39% for women. Respondents had good knowledge about prediabetes 45.1%. Based on the Pearson's chi-square test, the values obtained were p=0.883 (p&gt;0.05) and p=0.105 (p&gt;0.05). This means that there is no relationship between knowledge of prediabetes and obesity as measured by body mass index and waist circumference.</p> <p><strong><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Abstrak. </span></span></strong><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Pradiabetes merupakan masalah kesehatan yang penting saat ini. </span><span style="vertical-align: inherit;">Faktor risiko yang dapat menyebabkan berkembangnya pradiabetes menjadi diabetes melitus adalah obesitas yang diukur berdasarkan indeks massa tubuh dan lingkar pinggang. </span><span style="vertical-align: inherit;">Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai pengetahuan tentang pradiabetes dengan indeks massa tubuh dan lingkar pinggang pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung tahun ajaran 2022/2023. </span><span style="vertical-align: inherit;">Desain yang digunakan adalah cross-sectional dengan jumlah responden 164 orang. </span><span style="vertical-align: inherit;">Penelitian yang digunakan adalah observasional analitik. </span><span style="vertical-align: inherit;">Data dikumpulkan menggunakan Google Form mengenai kuesioner kesadaran dan pengetahuan tentang pradiabetes, dengan total 29 pertanyaan yang divalidasi. </span><span style="vertical-align: inherit;">Data penting lainnya yang diukur secara langsung adalah berat badan, tinggi badan, dan lingkar pinggang. </span><span style="vertical-align: inherit;">Dari 164 responden, mayoritas berusia 18 tahun, 54,9%, dan 62,2% berjenis kelamin perempuan; </span><span style="vertical-align: inherit;">sedangkan tinggi badan 151-160 cm sebanyak 43,3% dan berat badan masuk kategori obesitas 37,8%. </span><span style="vertical-align: inherit;">Lingkar pinggang normal pada pria adalah 23,8% dan pada wanita 39%. </span><span style="vertical-align: inherit;">Responden mempunyai pengetahuan baik tentang pradiabetes 45,1%. </span><span style="vertical-align: inherit;">Berdasarkan uji chi-square Pearson diperoleh nilai p=0,883 (p&gt;0,05) dan p=0,105 (p&gt;0,05). </span><span style="vertical-align: inherit;">Artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan pradiabetes dengan obesitas yang diukur dengan indeks massa tubuh dan lingkar pinggang.</span></span></p> 2024-02-12T17:06:35+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/11268 Karakteristik Klinis Pada Pasien Limfadenitis Granulomatus Non-Tuberkulosis di RS Muhammadiyah Bandung 2024-03-19T09:37:24+08:00 Fasyah Rizki Putri 10100120173 fasyahrizkiputri@gmail.com Yuktiana Kharisma yuktiana@gmail.com Meike Rachmawati meikerachmawati@unisba.ac.id <p><strong>Abstract.</strong> Tuberculosis disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis is a global health problem with more than 10 million cases reported by the World Health Organization (WHO) throughout the world. Indonesia also has a significant prevalence rate, especially pulmonary TB, which is ranked fourth highest globally. This study aims to gain a comprehensive understanding of the clinical characteristics of non-tuberculous granulomatous lymphadenitis patients at the Muhammadiyah Hospital in Bandung. This research uses a descriptive method, with research time from January-December 2022. The sample for this research is medical record data from patients with non-tuberculous granulomatous lymphadenitis at Muhammadiyah Hospital in Bandung who meet the inclusion criteria using total sampling. The results of this research were 46 people, but only 40 people met the inclusion criteria. This study discusses the clinical characteristics of patients with non-tuberculous granulomatous lymphadenitis. From this research, it can be concluded that the clinical characteristics based on age are 22-31 years, based on gender the majority are women, the most frequent location of the KGB is the right neck and the symptoms that often appear are pain in the lump, fever and shortness of breath.<strong>&nbsp;</strong></p> <p><strong>Abstrak. </strong>Penyakit tuberkulosis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis merupakan masalah kesehatan global dengan lebih dari 10 juta kasus dilaporkan oleh <em>World Health Organization</em> (WHO) di seluruh dunia. Indonesia juga memiliki tingkat prevalensi yang signifikan, terutama TBC paru yang menduduki peringkat global tertinggi keempat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman menyeluruh tentang karakteristik klinis pada pasien limfadenitis granulomatus non-tuberkulosis di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung. Penelitian ini menggunakan metode <em>descriptive, </em>dengan waktu penelitian dari Januari-Desember 2022. Sampel penelitian ini adalah data rekam medis pasien limfadenitis granulomatous non tuberkulosis di RS Muhammadiyah Bandung yang memenuhi kriteria inklusi dengan menggunakan <em>total sampling</em>. Hasil penelitian ini didapatkan 46 orang, namun hanya 40 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi. Penelitian ini mendiskusikan tentang karakteristik klinis pada pasien limfadenitis granulomatus non-tuberkulosis. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa karakteristik klinis berdasarkan usia adalah 22-31 tahun, berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak yaitu perempuan, letak KGB yang paling sering adalah leher kanan dan gejala yang sering muncul yaitu nyeri pada benjolan, demam, dan sesak nafas.</p> 2024-02-12T17:13:46+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSMS/article/view/12324 Karakteristik Demografi dan Klinis Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) Anak di RSUD Al-Ihsan Tahun 2022 2024-03-19T09:37:23+08:00 Diyana onlydiyana000@gmail.com Wida Purbaningsih wida@unisba.ac.id Miranti Kania Dewi mkaniadewi@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) has remained a significant problem in Indonesia in the last few decades. Data related to the characteristics of children's dengue fever is essential for collecting demographic data and primary material to become a reference for further research. This study aims to determine pediatric dengue fever patients' demographic and clinical characteristics at Al-Ihsan Hospital in 2022. This research is a retrospective descriptive study at Al-Ihsan Hospital on 392 patients. The research subjects were dengue fever sufferers diagnosed and treated from January 2022 to December 2022. Data was obtained from secondary data from medical records in the form of characteristics of age, gender, clinical manifestations, and degree of severity. Data analysis was carried out using descriptive analysis methods. The research results show that most pediatric dengue fever patients at Al-Ihsan Hospital in 2022 are female (50.51%) and aged 5-9 years (40.31%).&nbsp;Based on the characteristics of clinical symptoms, 392 patients (100%) had fever, 91 patients (23.21%) had bleeding manifestations, and 51 patients (13.01%) had signs of shock. Most patients had severe dengue fever with danger signs, totaling 258 patient (65.82%). These results show that school-aged children are a group vulnerable to dengue infection because it spreads easily in school areas where students gather. The high number of patients who come with danger signs shows that many parents already understand the importance of treating dengue fever according to the clinical phase.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah utama di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir. Data terkait karakteristik DBD anak merupakan dasar penting untuk pendataan demografi dan bahan dasar untuk menjadi acuan penelitian selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik demografi dan klinis pasien DBD anak di RSUD Al-Ihsan tahun 2022. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif retrospektif di RSUD Al-Ihsan pada 392 pasien. Subjek penelitian merupakan penderita DBD yang didiagnosis dan dirawat selama bulan Januari–Desember 2022. Data diperoleh dari data sekunder rekam medis berupa karakteristik usia, jenis kelamin, manifestasi klinis dan derajat keparahan. Analisis data dilakukan dengan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukan mayoritas pasien DBD anak di RSUD Al-Ihsan tahun 2022 berjenis kelamin perempuan sebanyak 198 pasien (50,51%) dan berusia 5-9 tahun sebanyak 158 pasien (40,31 %). Berdasarkan karakteristik gejala klinisnya, sebanyak 392 pasien (100%) mengalami demam, 91 pasien (23.21%) mengalami manifestasi pendarahan dan 51 pasien (13.01%) mengalami tanda-tanda syok. Mayoritas pasien berada dalam derajat keparahan dengue fever dengan tanda bahaya yaitu berjumlah 258 pasien (65.82%). Hasil ini menunjukan anak usia sekolah merupakan kelompok rawan terkena infeksi dengue karena mudahnya penyebaran di daerah sekolah yang menjadi tempat murid berkumpul. Tingginya angka pasien yang datang dengan tanda bahaya menunjukan banyaknya orang tua yang sudah paham akan pentingnya penanganan DBD sesuai fase klinis.</p> <p>Kata Kunci: <em>Demam Berdarah, Anak, Demografi, Gejala, Rumah Sakit.</em></p> 2024-02-12T17:35:41+08:00 Copyright (c) 2024 Bandung Conference Series: Medical Science