Kesepakatan Hasil Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) dengan Pemeriksaan Mikroskopik Basil Tahan Asam (BTA) dalam Penegakkan Diagnosis Tuberkulosis Paru

  • Nida Aulia Fadhilah FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
  • Heni Muflihah Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung
  • Winni Maharani Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung
Keywords: TCM, BTA, diagnosis

Abstract

Abstract. Tuberculosis (TB) case finding is a significant part of TB control. The rapid molecular test Xpert MTB/RIF diagnostic method has better sensitivity than acid-fast bacilli (AFB) microscopic examination. The availability of Xpert MTB/RIF in the rural area is still limited. Therefore, AFB examination remains in use for TB diagnostic. This study aimed to assess the agreement on the results of TCM and BTA examinations. This is an analytic observational using secondary data. The subjects were pulmonary TB patients who underwent Xpert MTB/RIF and AFB examinations at the time of diagnosis at the UPTD Cigayam Health Center in 2021-2022. The data collection included gender, age, and the results of Xpert MTB/RIF and AFB examinations. The agreement between the TCM and BTA examination results was analyzed using Cohen Kappa. The results showed major characteristics that 39 patients (26.5%) were aged 18-25 years old and 94 patients (64%) were male. A total of 648 specimens were the Xpert MTB/RIF examination while a total of 235 specimens had AFB examination. Out of 147 subjects, 129 patients (81.6%) had TCM result Rifampicin sensitive, 63 patients (42.9%) had AFB result for AFB +2. The analysis of agreement on the results of the TCM and BTA examinations showed a substantial agreement (cohen cappa 0.70). This study concludes that results of Xpert MTB/RIF and AFB had a strong agreement t. Therefore, both methods can be used for the diagnosis of pulmonary TB.

Abstrak. Penemuan kasus Tuberkulosis (TB) merupakan bagian utama dari penanggulangan TB. Metode diagnostik tes cepat molekuler (TCM) memiliki sensitifitas lebih baik dari pemeriksaan mikroskopik basil tahan asam (BTA). Ketersediaan TCM di daerah masih terbatas, sehingga pemeriksaan BTA masih digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kesepakatan hasil pemeriksaan TCM dan BTA. Penelitian ini merupakan observasional analitik menggunakan data sekunder. Subjek penelitian adalah pasien TB paru yang melakukan pemeriksaan TCM dan BTA pada saat diagnosis di UPTD Puskesmas Cigayam tahun 2021-2022. Data penelitian meliputi jenis kelamin,usia serta hasil pemeriksaan TCM dan BTA. Kesepakatan antara hasil pemeriksaan TCM dan BTA di analisis menggunakan Cohen Kappa. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik terbanyak subjek berusia 18-25 tahun sebanyak 39 orang (26,5%) dan laki laki sebanyak 94 orang (64%). Total pemeriksaan TCM berjumlah 648 sampel sedangkan BTA berjumlah 235 sampel. Total subjek berjumlah 147 orang dengan hasil TCM terbanyak adalah Rifampisin sensitif yaitu 129 orang (81,6%), sedangkan kategorik terbanyak hasil pemeriksaan mikroskopik adalah BTA +2 berjumlah 63 orang (42,9%). Analisis kesepakatan hasil pemeriksaan TCM dan BTA menunjukan substantial agreement (Cohen Cappa 0,70). Kesimpulan penelitian ini adalah kedua pemeriksaan memiliki kesepakatan hasil pemeriksaan yang kuat. Oleh karena itu,kedua metode pemeriksaan tersebut masih dapat digunakan untuk diagnosis TB paru.

Published
2023-01-31