Hubungan Faktor Risiko dengan Kejadian Dispepsia pada Pasien Rawat Jalan RS Al-Islam Periode Tahun 2022

  • Moh. Andhika Arief Wicaksana Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung, Indonesia
  • Hidajat Widjajanegara Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung, Indonesia
  • Maya Tejasari Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung, Indonesia
Keywords: Dispepsia, Stress, Pola Makan

Abstract

Abstract. Dyspepsia is a condition characterized by discomfort or burning pain in the upper abdomen, which is often chronic or recurrent. In Indonesia, the prevalence of dyspepsia is quite high and can be caused by various risk factors that play a role in the onset of this digestive disorder. Dyspepsia is divided into two main groups, namely functional dyspepsia and organic dyspepsia. Functional dyspepsia does not have observable structural abnormalities, while organic dyspepsia is caused by certain medical conditions such as gastric ulcers or GERD. This study aims to determine the relationship between risk factors and the incidence of dyspepsia in outpatients at Al Islam Hospital Bandung in the period of 2022. The research method used is quantitative, with an analysis of the relationship between risk factors and the incidence of dyspepsia. The results showed that poor dietary factors had a significant relationship with the incidence of dyspepsia in outpatients. Most of the patients involved in this study had unhealthy eating habits, such as consuming fatty, spicy, and heavy foods, which are known to worsen digestive disorders. In addition to dietary factors, this study also found that stress, anxiety, and depression are risk factors that contribute to the occurrence of dyspepsia. Most patients reported high levels of stress, which affects their digestive function, including increased gastric acid production that can worsen dyspepsia symptoms.

Abstrak. Dispepsia adalah kondisi yang ditandai dengan ketidaknyamanan atau rasa sakit seperti terbakar di perut bagian atas, yang sering kali bersifat kronis atau berulang. Di Indonesia, prevalensi dispepsia cukup tinggi dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor risiko yang berperan dalam timbulnya gangguan pencernaan ini. Dispepsia dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu dispepsia fungsional dan dispepsia organik. Dispepsia fungsional tidak memiliki kelainan struktural yang dapat diamati, sementara dispepsia organik disebabkan oleh kondisi medis tertentu seperti tukak lambung atau GERD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko dengan kejadian dispepsia pada pasien rawat jalan di RS Al Islam Bandung pada periode tahun 2022. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, dengan analisis hubungan antara faktor risiko dan kejadian dispepsia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pola makan yang buruk memiliki hubungan signifikan dengan kejadian dispepsia pada pasien rawat jalan. Sebagian besar pasien yang terlibat dalam penelitian ini memiliki kebiasaan makan yang tidak sehat, seperti konsumsi makanan berlemak, pedas, dan berat, yang diketahui dapat memperburuk gangguan pencernaan. Selain faktor pola makan, penelitian ini juga menemukan bahwa stres, kecemasan, dan depresi merupakan faktor risiko yang berkontribusi terhadap kejadian dispepsia. Sebagian besar pasien melaporkan tingkat stres yang tinggi, yang mempengaruhi fungsi pencernaan mereka, termasuk peningkatan produksi asam lambung yang dapat memperburuk gejala dispepsia.

References

Bastid C, Gressot P, Frossard JL. Gastroenterology and hepatology in 2019. Vol. 16, Revue Medicale Suisse. 2020. 34–36 p.
Dwigint S. the Relation of Diet Pattern To Dyspepsia Syndrom in College Students. J Major. 2015;4(1):73-9-.
Yarandi SS, Christie J. Functional dyspepsia in review: Pathophysiology and challenges in the diagnosis and management due to coexisting gastroesophageal reflux disease and irritable bowel syndrome. Gastroenterol Res Pract. 2013;2013.
Dinas Kesehatan Kota Bandung. Profile Kesehatan Kota Bandung Tahun 2020. Angew Chemie Int Ed 6(11), 951–952. 2020;5–24.
Hidayat R, Susanto A, Lestari A. Literature Review: The Relationship between Eating Habits and Dyspepsia in Adolescents. Amerta Nutr. 2023;7(4):626–37.
Achmad Yudi Agung HW, Wibisono Harijono YAA. A Dominant Alarm Symptom in Eldery Patient with Gastroduodenitis Erosive NSAID. Indones J Gastroenterol Hepatol Dig Endosc [Internet]. 2005;(VOLUME 6, ISSUE 3, December 2005):86–7. Available from: http://www.ina-jghe.com/journal/index.php/jghe/article/view/157%0Ahttp://ina-jghe.com/journal/index.php/jghe/article/view/157
Salsabila A. Kecemasan dan Kejadian Dispepsia Fungsional. Indones J Nurs Heal Sci. 2021;2(2):57–64.
Wauters L, Dickman R, Drug V, Mulak A, Serra J, Enck P, et al. United European Gastroenterology (UEG) and European Society for Neurogastroenterology and Motility (ESNM) consensus on functional dyspepsia. United Eur Gastroenterol J. 2021;9(3):307–31.
Yasin Z, Huzaimah N, Hariyanto H. Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Sindroma Dispespsia Pada Anak Usia 10-14 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Bluto. Wiraraja Med. 2018;8(2):22–8.
Published
2025-02-02