Hubungan Status Gizi dan Status Ekonomi Keluarga dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi 2024
Abstract
Abstract. Acute respiratory infections (ARIs) are a leading cause of mortality among children under five in Indonesia, with various risk factors such as nutritional status and family economic status. This study aimed to analyze the relationship between nutritional status and family economic status with the incidence of ARIs in toddlers. The research used a case-control design involving 90 toddlers (45 with ARIs and 45 healthy controls). Data were collected through anthropometric measurements and questionnaires and analyzed using Spearman's Rank test. The results showed that most toddlers with ARIs had good nutritional status (40%), but there was also a group with poor nutritional status (6.7%). Low economic status was more commonly found in the ARI group (14.4%) compared to the healthy group (4.4%). The analysis revealed no significant relationship between nutritional status and ARI incidence (p = 0.200), but a significant relationship was found between family economic status and ARI incidence (p = 0.019). These findings confirm that family economic status significantly influences the incidence of ARIs in toddlers, while nutritional status does not. Therefore, efforts to improve family economic welfare are essential to prevent ARIs in toddlers.
Abstrak. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama kematian balita di Indonesia, dengan berbagai faktor risiko seperti status gizi dan status ekonomi keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara status gizi dan status ekonomi keluarga dengan kejadian ISPA pada balita. Penelitian menggunakan desain kasus kontrol dengan melibatkan 90 balita (45 balita ISPA dan 45 balita sehat). Data dikumpulkan melalui pengukuran antropometri dan kuesioner, kemudian dianalisis menggunakan uji Spearman's Rank. Hasil penelitian menunjukan mayoritas balita dengan ISPA memiliki status gizi baik (40%), tetapi terdapat pula kelompok dengan gizi buruk (6,7%). Status ekonomi rendah lebih sering ditemukan pada kelompok ISPA (14,4%) dibandingkan kelompok sehat (4,4%). Analisis menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara status gizi dan kejadian ISPA (p = 0,200), namun terdapat hubungan signifikan antara status ekonomi keluarga dan kejadian ISPA (p = 0,019). Temuan ini menegaskan status ekonomi keluarga berhubungan signifikan dengan kejadian ISPA pada balita, sedangkan status gizi tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Oleh karena itu, upaya peningkatan kesejahteraan ekonomi keluarga perlu dilakukan untuk mencegah ISPA pada balita.
References
2. Putra Y, Wulandari SS. Faktor penyebab kejadian ISPA. J Kesehat Stikes Prima Nusantara Bukittinggi. 2019;10(1):37–40.
3. Fadli F, Sarinengsih Y, Tsamrotul N. Pengaruh fisioterapi dada disertai minum air hangat terhadap bersihan jalan napas pada balita ISPA [Online]. J Keperawat Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Kendal. 2022 Sept;14(3):851–6. [diunduh 21 Januari 2024]. Tersedia dari: http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan
4. Lestari S, Barkah A. Hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap kejadian ISPA pada balita. J Keperawat PPNI Jawa Barat. 2023 Jun;1(1):43–54.
5. Wahab DA, Puspandhani ME, Febiana S. Hubungan pemanfaatan klinik sanitasi dengan upaya pencegahan penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas Majasem Kota Cirebon tahun 2019 [Online]. J Kesehat Mahardika. 2019 Sept;5(2):22–6.[diunduh 18 Januari 2024]. Tersedia dari: www.jurnal.stikesmahardika.ac.id
6. Tomezyk S, McCracken J, Verani J. Factors associated with fatal cases of acute respiratory infection (ARI) among hospitalized patients in Guatemala. BMC Public Health. 2010 Mei 03;19(499): doi: 10.1186/s12889-019-6824-z.
7. Harerimana JM, Nyirazinyoye L, Thomson DR, Ntaganira J. Social, economic and environmental risk factors for acute lower respiratory infections among children under fiveyears of age in Rwanda. Arch Public Health. 2016 Mei 23;74:19 doi: 10.1186/s13690-016-0132-1.
8. Darsono, Novalia Widiya Ningrum, Suwarni Suwarni. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Binuang, Kabupaten Tapin. Dinamika Kesehat. 2018;9(1):616.
9. Kartini DF, Harwati AR. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada anak balita di Posyandu Melati, Kelurahan Cibinong. J Persada Husada Indones. 2019;6(23):42–9.
10. Syahrir S, Ibrahim I, Syarfaini, Kurniati Y, Halimatussa’diyyah. Hubungan BBLR, kebiasaan merokok keluarga, dan status gizi dengan riwayat ISPA bayi di Kelurahan Ballaparang. Al Gizzai: Public Health Nutr J. 2021;1(1):27–35.
11. Mayang L, Jumiyati, Krisnasary A. Hubungan status gizi dan konsumsi vitamin A dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah Puskesmas Betungan, Kota Bengkulu. SHR. 2024;3(1). E-ISSN: 2962-2603.
12. Ghufron M. Hubungan status ekonomi dan status gizi dengan kejadian ISPA pada balita usia 3-5 tahun (studi di Puskesmas Pakong Pamekasan) Disertasi. Pamekasan: STIKES Ngudia Husada Madura; 2023.
13. Hasan K, Radjabessy S. Hubungan tingkat pendidikan ibu balita, paritas dan status ekonomi keluarga dengan kejadian penyakit ISPA pada balita di Puskesmas Kalumata tahun 2017. J lmiah Serambi Sehat. 2017 Desember;10(3):5
14. Wulaningsih I, Hastuti W, Pradana AI. Hubungan pengetahuan orang tua tentang ISPA dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Dawungsari Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal. Jurnal Smart Keperawatan. 2018;5(1):90-101.