Prevalensi dan Karakteristik Pasien Talasemia pada Anak di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat

  • Muhammad Firdausan Widen Putra Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung, Indonesia.
  • Lelani Reniarti Marsaman Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung, Indonesia
  • Buti Azfiani Azhali Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung, Indonesia
Keywords: Talasemia, Prevalensi, Anak

Abstract

Abstract. Thalassemia is a genetic hematological disorder characterized by impaired globin chain synthesis, leading to chronic hemolytic anemia. The prevalence of thalassemia in Indonesia is relatively high, particularly in West Java Province. This study aims to describe the prevalence and characteristics of pediatric thalassemia patients at RSUD Al Ihsan during the 2022–2023 period. The study employed a quantitative descriptive method with a retrospective approach, utilizing medical record data. The analyzed variables included age, gender, domicile, type of iron chelation therapy, hemoglobin (Hb) levels, type of blood transfusion, and transfusion frequency. Among 701 patients, the prevalence of thalassemia in 2022 was 0,09%, which decreased to 0,07% in 2023. Most patients were aged 6–10 years (43.7%) and were male (59.2%), with the majority residing in Bandung (91.3%). The most commonly used iron chelation therapy was deferasirox (63.1%), and most patients had Hb levels ranging from 6–7.9 g/dL (61.2%). The predominant type of blood transfusion was PRC (79.6%), with a transfusion frequency of 6–12 times per year (78.6%). The findings indicate that although the prevalence of pediatric thalassemia at RSUD Al Ihsan has decreased, the case numbers remain relatively high. This highlights the importance of integrated management, particularly in terms of iron chelation therapy and regular blood transfusion requirements.

Abstrak. Talasemia merupakan kelainan genetik hematolog yang bersifat genetik  ditandai dengan gangguan sintesis rantai globin, sehingga menyebabkan anemia hemolitik kronis. Angka prevalensi talasemia di Indonesia tergolong tinggi, terutama di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan prevalensi serta karakteristik pasien anak dengan talasemia di RSUD Al Ihsan pada periode 2022-2023. Studi ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan retrospektif, memanfaatkan data dari rekam medis pasien. Variabel yang dianalisis mencakup usia, jenis kelamin, domisili, jenis terapi kelasi besi, kadar hemoglobin (Hb), jenis transfusi darah, dan frekuensi transfusi. Dari 701 pasien yang diteliti, prevalensi talasemia pada 2022 tercatat sebesar 0,09% dan menurun menjadi 0,07% pada 2023. Mayoritas pasien berusia 6–10 tahun (43,7%) dan berjenis kelamin laki-laki (59,2%), dengan sebagian besar berdomisili di Kota Bandung (91,3%). Terapi kelasi besi yang paling umum digunakan adalah deferasirox (63,1%), dengan kadar Hb terbanyak berada pada rentang 6–7,9 g/dL (61,2%). Jenis transfusi darah yang dominan adalah PRC (79,6%) dengan frekuensi transfusi sebanyak 6–12 kali per tahun (78,6%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun prevalensi talasemia anak di RSUD Al Ihsan mengalami penurunan, angka kasusnya tetap cukup tinggi. Hal ini menyoroti pentingnya pengelolaan khusus, terutama terkait terapi kelasi besi dan kebutuhan transfusi darah.

References

[1] Farmakis D, Porter J, Taher A, et al. 2021 Thalassaemia International Federation Guidelines for the Management of Transfusion-dependent Thalassemia. Hemasphere. 2022;6(8). doi:10.1097/HS9.0000000000000732.
[2] Aksu T, Ünal Ş. Thalassemia. Trends in Pediatrics. 2021;2(1). doi:10.5222/TP.2021.10820.
[3] Angastiniotis M, Lobitz S. Thalassemias: An Overview. Int J Neonatal Screen. 2019;5(1). doi:10.3390/ijns5010016.
[4] Mardhiyah A, Sriati A, Prawesti A, et al. Hubungan Antara Tingkat Kesadaran Orang Tua dengan Perilaku Pencegahan Berulang Thalasemia. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. 2023;7(4):4848-4856. doi:10.31004/obsesi.v7i4.4897.
[5] Wahidiyat PA, Sari TT, Rahmartani LD, et al. Thalassemia in Indonesia. Hemoglobin. 2022;46(1):39-44. doi:10.1080/03630269.2021.2023565.
[6] Porter D, Taher J. Guidelines for the Management of Transfusion Dependent Thalassemia (TDT). 4th ed. Thalassaemia International Federation; 2021.
[7] Shafique F, Ali S, Almansouri T, et al. Thalassemia: A Human Blood Disorder. Brazilian Journal of Biology. 2023;83. doi:10.1590/1519-6984.246062.
[8] Syuhada R. Kadar Hemoglobin pada Pasien Thalasemia dengan Pemberian Packed Red Cell. Universitas Jenderal Ahmad Yani; 2022.
[9] Anonymous. Thalassaemia and Other Haemoglobinopathies: Report by the Secretariat Prevalence of Haemoglobinopathies. World Health Organization; 2015.
[10] Verma P, Ghildiyal A, Verma D, et al. Prevalence of Hemoglobinopathies in Different Regions and Castes of Uttar Pradesh, India: A Hospital-Based Study. Asian J Med Sci. 2015;6(5):21-25. doi:10.3126/ajms.v6i5.12339.
[11] Mariani D, Rochimat I. Kebutuhan Self-Management Bagi Penyandang Thalassemia. Media Informasi. 2023;19(1):2023-116.
[12] Ali HM, Muhyi A, Riastiti Y. Hubungan Usia, Kadar Hemoglobin Pretransfusi, dan Lama Sakit terhadap Kualitas Hidup Anak Talasemia di Samarinda. Jurnal Sains dan Kesehatan. 2021;3(4):441-447. doi:10.25026/jsk.v3i4.368.
Published
2025-02-01