Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi pada Mahasiswi Unisba

  • Reisya Nur Adisty Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung, Indonesia
  • Arief Budi Yulianti Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung, Indonesia
  • Annisa Rahmah Furqaani Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung, Indonesia
Keywords: Menstruasi, Aktivitas Fisik, Sindrom Pramenstruasi

Abstract

Abstract. Asian countries have a higher prevalence of premenstrual syndrome compared to western countries. The prevalence rate of premenstrual syndrome in Indonesia according to research conducted in 2020 reached 85% of the female population of reproductive age. One factor in the increase in premenstrual syndrome symptoms is decreased physical activity. This study aims to analyze the relationship between physical activity and the incidence of premenstrual syndrome in female students at Bandung Islamic University. The design used was cross-sectional with 199 respondents. The type of research used was analytical observational. The data collected was primary data using the American Family Physician questionnaire for PMS and using the International Physical Activity Questionnaire for physical activity. The results of the study were carried out after the chi-square test was carried out to find the relationship between physical activity and the incidence of premenstrual syndrome. Based on statistical test results, a probability value of 0.000 < 0.05 was obtained, this means that there is a relationship between physical activity and the incidence of premenstrual syndrome in active undergraduate students at Bandung Islamic University who have experienced menstruation. Lack of physical activity will cause endorphin deficiency in the body which can result in premenstrual syndrome. However, physical activity in the form of exercise can stimulate the release of endorphins and create a feeling of calm when premenstrual syndrome occurs.

Abstrak. Negara asia mempunyai prevalensi terjadinya sindrom pramenstruasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara barat. Tingkat prevalensi sindrom pramenstruasi di Indonesia menurut penelitian yang dilakukan pada tahun 2020 mencapai 85% dari populasi wanita usia reproduksi. Salah satu faktor terjadinya peningkatan gejala sindrom pramenstruasi adalah aktivitas fisik yang menurun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan kejadian sindrom pramenstruasi pada mahasiswi Universitas Islam Bandung. Desain yang digunakan adalah potong-lintang dengan responden 199. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik. Data yang dikumpulkan merupakan data primer menggunakan kuesioner American family Physician untuk pms dan menggunakan international physical activity questionnaire untuk aktivitas fisik. Hasil penelitian setelah dilakukan uji chi-square untuk mencari hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian sindrom pramenstruasi. Berdasarkan hasil uji secara statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05, hal ini berarti terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian sindrom pramenstruasi pada mahasiswi aktif program sarjana di Universitas Islam Bandung yang telah mengalami menstruasi. Kurangnya aktivitas fisik akan menyebabkan defisiensi endorfin dalam tubuh yang dapat mengakibatkan sindrom premenstruasi. Namun dengan aktivitas fisik berupa olahraga dapat merangsang hormon endorfin keluar dan menimbulkan perasaan tenang saat sindrom premenstruasi terjadi.

References

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Ri. Laporan Riskesdas Nasional. 2018

Kawabe R, Chen C, Morino S, Mukaiyama K, Shinohara Y. The relationship between high physical activity and premenstrual syndrome in japanese female college students. Bmc sports sci med rehabil. 2022. Vol 1. P14.

World Health Organization. Physical Activity. 2022.

Premenstual Syndrome. American College Of Obstetrics And Gynecology. 2020.

Lima T. Impact of physical activity and sport on the symptoms of menstrual and premenstrual periods. 2021. Vol 4. P4.

Direkvand A, Sayehmiri K, Delpisheh A, Satar K. Epidemiology of premenstrual syndrome. A systematic review and meta-analysis study. Journal of clinical and diagnostic research. 2014. Vol 2. P106.

Ryu A, Kim T. Premenstrual Syndrome. 2015. Vol 4. P 436.

Antonia E, Godwin N, Petronilla O, Echezona E, Uruchi E. Correlation between physical activity and premenstrual syndrome. 2022. Vol 1. P1.

Samy A, Zaki S, Metwally A, Mahmoud D, Elzahaby I, Amin A. The effect of zumba exercise on reducing menstrual pain in young women with primary dysmenorrhea. 2019. Vol 5. P541.

Ana C. The impact of menstrual-cycle phase on basal and exercise-induced hormones, mood, anxiety and exercise performance in physically active women. 2020. Vol 1. P30

Anggraeni N, Pangestuti Dr, Aruben R. Hubungan pengetahuan gizi, status gizi, asupan kalsium, magnesium, vitamin b6 dan aktivitas fisik dengan sindrom pramenstruasi. 2018. P526.

Bhuvaneswari K, Rabindran P, Bharadwaj B. Prevalence of premenstrual syndrome and its impact on quality of life among selected college students in puducherry. 2019. Vol. 32. P25.

Daiyah Oi, Rizani A, Adella R, Jurusan D. Hubungan antara aktivitas fisik dan indeks massa tubuh dengan kejadian pre-menstrual syndrome pada remaja putri. 2021. Vol 7. P2

Surmiasih. Aktivitas fisik dengan sindrom premenstruasi pada siswa smp physical activity in students with premenstrual syndrome.

Yosa NurSidiq Fadhilah, Suganda Tanuwidjaja, and Asep Saepulloh, “Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Sekolah Dasar Negeri 113 Banjarsari Kota Bandung Tahun 2019-2020,” Jurnal Riset Kedokteran, vol. 1, no. 2, pp. 80–84, Dec. 2021, doi: 10.29313/jrk.v1i2.449.

Sutan Mulia Ananda and Gemah Nuripah, “Uji Aktivitas Senyawa Aktif Daun Sirsak sebagai Kandidat Antidepresan dengan Pendekatan In silico,” Jurnal Riset Kedokteran, pp. 135–172, Dec. 2022, doi: 10.29313/jrk.vi.1552.

Published
2024-02-12