Analisis Investasi dan Kelayakan Ekonomi Penambangan Sirtu pada CV Riza Pratama di Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat

Abstract

Abstract. CV Riza Pratama is a mining company that produces sirtu, located in Leles Village, Banyuresmi District, Garut Regency, West Java Province. The company is applying for a Production Operation Mining Business License, so it requires investment analysis and economic feasibility. This study aims to determine the value of Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PBP), and continued sensitivity analysis based on the parameters of increasing production costs and decreasing selling prices. The data required to determine Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), and Payback Period (PBP) is the cumulative value of cash flow. Cash flow includes income costs and expenditure costs. Income costs include working capital, fixed capital, sales and revenue, while expenses include production costs, post-mining costs, general administration costs, and 22% corporate income tax. The method used in this research is Discounted Cash Flow Rate of Return (DCFROR). This study further conducted a sensitivity analysis based on an increase in production costs and a decrease in the selling price of sludge to determine the impact on economic feasibility. The investment cost required is Rp24,680,765,952 consisting of fixed capital of Rp19,691,570,500 and working capital of Rp4,989,195,452. The results of the economic feasibility analysis of the mine show a Net Present Value (NPV) value of Rp44.053.324.606, an Internal Rate of Return (IRR) of 38.09% and a Payback Period (PBP) of 3.22 or 3 years 2 months. The NPV obtained is greater than zero, IRR is greater than the minimum IRR (16.85%), and PBP is smaller than the mine life (14 years), so it is predicted that the company is feasible to carry out mining activities based on economic feasibility. The results of the sensitivity analysis predicted that the company would experience losses if production costs remained fixed and selling prices decreased by 14.3%, and if selling prices remained fixed and production costs increased by 39.8%.

Abstrak. CV Riza Pratama merupakan perusahaan pertambangan yang memproduksi sirtu, terletak di Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Perusahaan ini sedang mengajukan Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi, sehingga memerlukan adanya analisis investasi dan kelayakan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Periode (PBP), dan dilanjutkan analisis sensitivitas berdasarkan parameter kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual. Data yang diperlukan untuk menentukan Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PBP) adalah nilai kumulatif aliran kas (cash flow). Cash flow meliputi biaya pemasukan dan biaya pengeluaran. Biaya pemasukan meliputi modal kerja, modal tetap, penjualan dan pendapatan, sedangkan untuk biaya pengeluaran meliputi biaya produksi, biaya pascatambang, biaya administrasi umum, dan pajak penghasilan badan 22%. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Discounted Cash Flow Rate of Return (DCFROR). Pada penelitian ini selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas berdasarkan kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual sirtu untuk mengetahui dampak terhadap kelayakan ekonomi. Biaya investasi yang diperlukan yaitu sebesar Rp24.680.765.952 terdiri dari modal tetap sebesar Rp19.691.570.500 dan modal kerja sebesar Rp4.989.195.452. Hasil analisis kelayakan ekonomi tambang menunjukkan nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp44.053.324.606, Internal Rate of Return (IRR) sebesar 38,09% dan Payback Periode (PBP) sebesar 3,22 atau 3 tahun 2 bulan. NPV yang diperoleh lebih besar dari nol, IRR lebih besar dari IRR minimum (16,85%), dan PBP lebih kecil dari umur tambang (14 tahun), sehingga diprediksi perusahaan layak untuk melakukan kegiatan penambangan berdasarkan kelayakan ekonomi. Hasil analisis sensitivitas diprediksi perusahaan akan mengalami kerugian jika biaya produksi tetap dan harga jual menurun hingga 14,3%, dan jika harga jual tetap dan biaya produksi meningkat hingga 39,8%.