IMPLIKASI PENDIDIKAN DARI QS. ASH-SHAFFAT AYAT 100-110 TENTANG KISAH NABI IBRAHIM TERHADAP PROSES PEMBENTUKAN TAUHID PADA KELUARG

  • Hamidah Intan Hamidah Intan UNISBA
  • Dr. Nan Rahminawati, Dra M.Pd. Khambali, S.Pd.I., M.Pd.I. PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

Abstract

One of them is regarding the issue of education which is never quiet being discussed by the

people. One of the understandings expressed in the Qur'an relates to the story of monotheism

education by the prophet Abraham. According to Djafar Shabran in his treatise on monotheism,

the meaning of the word monotheism is to make one, comes from the word wahid which means

one, one or only. What is meant by essing Allah SWT. His essence, His Asma' and His deeds. At

least we can find this tauhid education from one of the stories of the Prophet Abraham contained

in surah Ash-Shaffat verses 100-110. Monotheism education is the main foundation of a Muslim,

Muslim identity is determined by true monotheism. Tauhid is like the foundation of a building,

whether or not a building is strong is determined by its foundation, or like the roots of a tree, the

life and death of a tree depends on whether it is healthy or strong or not. The objectives to be

achieved from this research are: 1) Identify the opinions of commentators regarding the content

of Qs.Ash-shaffat verses 100-110 2) Understand the essence of Tawhid education in Qs. Ashshaffat verses 100-110 3) Analyze the meaning contained in Qs. Ash-shaffat verses 100-110 4.

Implications of monotheism education for families found in the story of the prophet Ibrahim Qs.

Ash-shaffat verses 100-110. The methods used to evaluate are 1) Qualitative method approach,

2) Data collection techniques, 3) Analysis techniques, 4) Tahlili method 5) Sources of data from

books and journals and not forgetting from the interpretations of Al-azhar, Al-Jajalain, AlMisbah, Ibnu Katsir and Munir. After reviewing the opinions of the mufassir regarding Qs. AshShaffat verses 100-110, the essence obtained is as follows: a) Education responsibility for family

values, b) Ihsan values in the family, c) Patience values in the family, d) Sincere values in the

family, e) Educational communication in the family.

Keywords: Al-Qur'an, Ash-Sahaffat verses 100-110, Monotheism Education, Ihsan Value,

Patience Value, Sincerity Value, Family Education, Prophet Ibrahim's Monotheism Education.

Salah satunya yaitu mengenai masalah penididkan yang tidak pernah sepi dibicarakan oleh umat.

Salah satu pemahaman yang diungkapkan dalam Al-Qur’an itu berkenaan dengan kisah

pendidikan tauhid oleh nabi Ibrahim. Menurut Djafar Shabran dalam bukunya risalah tauhid, arti

kata tauhid adalah meng-Esakan, berasal dari kata wahid artinya Esa, satu atau tunggal. Yang

dimaksud dengan meng-Esakan Allah Swt. dzat-Nya, asma’-Nya dan af’al-Nya. Pendidikan

tauhid ini setidaknya dapat kita temukan dari salah satu kisah Nabi Ibrahim yang terdapat dalam

surah Ash-Shaffat ayat 100-110. Pendidikan tauhid merupakan landasan utama seorang muslim,

identitas muslim ditentukan oleh ketauhidan yang benar. Tauhid ibarat sebuah pondasi

bangunan, kuat tidaknya suatu bangunan ditentukan oleh pondasinya, atau ibarat akar sebuah

pohon, hidup matinya pohon tergantung sehat tidaknya, atau kuat tidaknya akar pohon tersebut.

Tujuan yang hendak di capai dari penelitian ini yaitu: (1) Mengidentifikasikan pendapat para

mufasir mengenai kandungan Qs.Ash-shaffat ayat 100-110 (2) Memahami esensi dari

pendidikan Tauhid dalam Qs. Ash-shaffat ayat 100-110 (3) Menganalisis makna yang

terkandung dari Qs. Ash-shaffat ayat 100-110 4.Impliskasi pendidikan tauhid pada keluaraga

yang terdapat pada kisah nabi Ibrahim Qs. Ash-shaffat ayat 100-110. Metode yang digunakan

untuk mengkasi yaitu (1) Pendekatan metode kualitatif, (2) Teknik pengumpulan data, (3)

Teknik Analisis,(4) Metode Tahlili (5) Sumber data dari buku dan journal dan tidak lupa dari

tafsir Al-azhar, Al-Jajalain, Al-Misbah, Ibnu Katsir dan Munir. Setelah mengkaji pendapat dari

para mufassir mengenai Qs. Ash-Shaffat ayat 100-110 maka esensi yang didapat sebagai

berikut : (a) Tanggung Jawab Pendidikan terhadap nilai-nilai dalam keluarga, (b) Nilai-nilai

ihsan dalam keluraga, (c) Nilai-nilai sabar dalam kelurga, (d) Nilai-nilai ikhlas dalam keluarga,

(e) Komunikasi pendidikan dalam keluarga.

Kata Kunci : Al-Qur’an, Ash-Sahaffat ayat 100-110, Pendidikan Tauhid, Nilai Ihsan, Nilai

kesabaran, Nilai Keiklasan, Pendidikan Dalam Keluarga, Pendidikan Tauhid Nabi Ibrahim

Author Biography

Dr. Nan Rahminawati, Dra M.Pd. Khambali, S.Pd.I., M.Pd.I. , PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

Peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif terhadap Ayat Al-Qur’an diteliti melalui berbagai

kitab para ulama, kitab syarah, serta jurnal dan buku-buku yang relevan dengan tema dalam pembahasan.

Selanjutnya teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mencatat serta mencari data yang berkaitan

dengan masalah yang akan dipecahkan. Sedangkan teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan

menganalisis, yang dilakukan dengan metode Tahlili ketika akan menganalisis pendapat dari para

mufasir. Untuk sumber datanya sendiri penulis mengambil dari 5 sumber data yaitu : (1) Tafsri Al-Azhar

Karya Prof.Dr.Hamka (2015M/Juz 07/Hal.497-501), (2) Tafsir Al-Jalalain Karya Imam Jalaluddin AlMahali dan Imam Jalaluddin As-Syuti (2016M/Juz 02/Hal.631-633), (3) Tafsir Al-Misbah Karya

M.Quraish Shihab (2002M/Juz 12/Hal.60-69), (4) Tafsir Ibnu Katsir Karya Ismail bin Umar bin Katsir

al Qursyi Ad-Damasyqi (2013M/Juz 07/ Hal. 26-32), (5) Tafsir Munir Karya Wahbah Az-Zuhaili

(2016M/Juz 12/ Hal. 111-128).

References

Peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif terhadap Ayat Al-Qur’an diteliti melalui berbagai
kitab para ulama, kitab syarah, serta jurnal dan buku-buku yang relevan dengan tema dalam pembahasan.
Selanjutnya teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mencatat serta mencari data yang berkaitan
dengan masalah yang akan dipecahkan. Sedangkan teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan
menganalisis, yang dilakukan dengan metode Tahlili ketika akan menganalisis pendapat dari para
mufasir. Untuk sumber datanya sendiri penulis mengambil dari 5 sumber data yaitu : (1) Tafsri Al-Azhar
Karya Prof.Dr.Hamka (2015M/Juz 07/Hal.497-501), (2) Tafsir Al-Jalalain Karya Imam Jalaluddin Al￾Mahali dan Imam Jalaluddin As-Syuti (2016M/Juz 02/Hal.631-633), (3) Tafsir Al-Misbah Karya
M.Quraish Shihab (2002M/Juz 12/Hal.60-69), (4) Tafsir Ibnu Katsir Karya Ismail bin Umar bin Katsir
al Qursyi Ad-Damasyqi (2013M/Juz 07/ Hal. 26-32), (5) Tafsir Munir Karya Wahbah Az-Zuhaili
(2016M/Juz 12/ Hal. 111-128).
Published
2023-08-14