Penilaian Risiko Kerja pada Stasiun Kerja Pemotongan Menggunakan Workplace Ergonomic Risk Assessment (WERA)
Abstract
Abstract. Home industries like CV Family Handicraft, which produce woven pandan and bamboo boxes, often face health and safety challenges due to manual operations. Operators work 11 hours daily, producing 2,200 boxes every two weeks, and report pain in various body parts, especially at the cutting station. The research aims to assess work risks and design ergonomic facilities to reduce operator pain. Using the Nordic Body Map (NBM) questionnaire and Workplace Ergonomic Risk Assessment (WERA) method, it was found that operators experience pain in multiple body areas, with work risk scores between 20-44, indicating a need for improvement. The recommendation includes designing an adjustable cutting table and trolley tailored to operator dimensions. The new design, featuring pattern storage, cutting tools, and a movable trolley for raw material transport, resulted in reduced risk scores of 18-27, indicating a low risk level and improved working conditions.
Abstrak. Industri rumahan seperti CV Family Handicraft, yang memproduksi kotak anyaman pandan dan bambu, sering menghadapi tantangan kesehatan dan keselamatan akibat operasi manual. Operator bekerja 11 jam sehari, memproduksi 2.200 kotak setiap dua minggu, dan melaporkan nyeri pada berbagai bagian tubuh, terutama di stasiun pemotongan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai risiko kerja dan merancang fasilitas ergonomis untuk mengurangi nyeri operator. Menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM) dan metode Workplace Ergonomic Risk Assessment (WERA), ditemukan bahwa operator mengalami nyeri di berbagai area tubuh, dengan skor risiko kerja antara 20-44, menunjukkan perlunya perbaikan. Rekomendasi termasuk merancang meja pemotongan dan troli yang dapat disesuaikan dengan dimensi operator. Desain baru ini, yang mencakup penyimpanan pola, alat pemotong, dan troli yang dapat dipindahkan untuk transportasi bahan baku, menghasilkan skor risiko yang menurun menjadi 18-27, menunjukkan tingkat risiko rendah dan kondisi kerja yang lebih baik.
References
[2] Cahyana, A. dan Sukayasa, K.W. (2008). Studi pengembangan desain kerajinan anyaman pandan Sentra Industri Kecil Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya. [pdf]. Bandung: Program Studi Seni Rupa Murni Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha. Tersedia pada:
[3] Susihono, W. (2009). Rancangan ulang mesin pemotong singkong semi otomatis dengan memperhatikan aspek-aspek ergonomis kerja. Proceeding Seminar Nasional Aplikasi Program K3 dan Ergonomi di Tempat Kerja (pp. A12-1 s/d A12-10). Medan: Universitas Sumatera Utara.
[4] Rachmawati, M.R. et al. (2006) “Nyeri musculoskeletal dan hubungannya dengan kemampuan fungsional fisik pada lanjut usia,” 25(4). Tersedia pada: [Diakses 23 Desember 2023].
[5] Destian, Feraldi Akbar, Achiraeniwati, Eri. (2021). Perancangan Fasilitas Kerja di Warehouse dengan Metode Antropometri. Jurnal Riset Teknik Industri, 1(2). 154-163Devi, T., Purba, I. G. dan Lestari, M., 2017. Faktor risiko keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDS) pada aktivitas pengangkutan beras di PT Buyung Poetra Pangan Ogan Ilir, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, [e-journal] 8(2), 125–134.