Hubungan Komunikasi Interpersonal Guru di Masa Pandemi dengan Minat Belajar Siswa

  • Reza Yuda Prawira Manajemen Komunikasi
  • Ike Junita Triwardhani Manajemen Komunikasi
Keywords: Komunikasi Interpersonal Guru, Pandemi Covid-19, Minat Belajar Siswa

Abstract

Abstract. The phenomenon of divorce in Indonesia is increasing and is even becoming a common thing. This of course is very bad for children. Children will be the victims who are most harmed. This phenomenon is commonly known as Broken Home, this term is often used nowadays to say how the atmosphere of the house is already "messy", meaning that the condition of the family is no longer harmonious and does not work like a harmonious family. This study aims to determine the communication behavior and delinquency behavior carried out by Unisba students as individuals who experience a broken home family, to determine the student's motives for doing this behavior and to determine the meaning of family communication and its relation to communication behavior and delinquency behavior. With qualitative research methods and phenomenological study approach with constructivism paradigm. The theory that becomes the reference in this research is Alfred Schutz's phenomenological theory and other supporting theories. Research data were collected through in- depth interviews, in addition to observation and literature study to complement the research data. The informants in this study consisted of 5 informants, namely Unisba students who had a broken home background. Data analysis was carried out according to the phenomenological study. The results showed that the broken home family background made the informants perform bad communication behavior. These communication behaviors include: quiet and closed, afraid to express their feelings to others, difficult to trust others, not confident, easily anxious and afraid, and easily angry. In addition, they also engage in delinquent behavior including fighting and behaving rudely to their parents, running away, hurting themselves, premarital sex, smoking, going to nightclubs, and alcoholic beverages. There are two motives behind them doing this behavior, namely the because motive (the motive for conditions and family life, a picture of a father figur), and in order to motive (as a place of escape). The research subjects interpret family communication as a form of affection, as a form of attention and care, as a form of emotional support and moral education, and can maintain family harmony. They interpret the family communication because some of the subjects did not get it because of poor communication that occurred in the family so that the family did not run harmoniously and experienced divisions. All research subjects admitted that if they get what they mean from family communication, it will prevent them from bad communication behavior and delinquency behavior.

Abstrak. Fenomena perceraian di Indonesia semakin banyak dan meningkat bahkan menjadi hal yang biasa terjadi. Hal ini tentunya sangat berakibat buruk kepada anak. Anak akan menjadi korban yang paling dirugikan. Fenomena ini biasa dikenal dengan istilah Broken Home, istilah ini sering kali digunakan di zaman sekarang untuk mengatakan bagaimana suasana rumah yang sudah “berantakan”, maksudnya dimana kondisi keluarga sudah tidak lagi harmonis dan tidak berjalan seperti layaknya keluarga yang rukun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku komunikasi dan perilaku delinkuensi yang dilakukan mahasiswa Unisba sebagai individu yang mengalami keluarga broken home, untuk mengetahui motif mahasiswa melakukan perilaku tersebut serta untuk mengetahui makna komunikasi keluarga dan kaitannya terhadap perilaku komunikasi dan perilaku delinkuesi. Dengan metode penelitian kualitatif dan pendekatan studi fenomenologi dengan paradigma konstruktivisme. Teori yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah teori fenomenologi Alfred Schutz dan teori pendukung lainnya. Data penelitian dikumpulkan melalui wawancara mendalam, selain itu observasi dan studi kepustakaan menjadi pelengkap data penelitian. Informan pada penelitian ini terdiri dari 5 informan yaitu mahasiwa Unisba yang memiliki latar belakang broken home. Analisis data dilakukan sesuai dengan studi fenomenologi. Hasil penelitian menunjukan latar belakang keluarga broken home membuat informan melakukan perilaku komunikasi yang buruk. Perilaku komunikasi tersebut diantaranya: pendiam dan tertutup, takut mengekspresikan perasannya kepada orang lain, sulit percaya kepada orang lain, tidak percaya diri, mudah cemas dan takut, serta mudah marah. Selain itu mereka juga melakukan perilaku delinkuensi diantaranya suka melawan dan berperilaku kasar kepada orang tua, suka melarikan diri, menyakiti diri sendiri, seks pranikah, merokok, pergi ke kelab malam, dan minum-minuman beralkohol. Ada dua motif yang melatarbelakangi mereka melakukan perilaku tersebut, yaitu because of motive (motif kondisi dan kehidupan keluarga, gambaran figur seorang ayah), dan in order to motive (sebagai tempat pelarian). Para subjek penelitian memaknai komunikasi keluarga sebagai bentuk kasih sayang, sebagai bentuk perhatian dan kepedulian, sebagai bentuk dukungan emosional dan didikan moral, serta dapat menjaga keharmonisan keluarga. Mereka memaknai komunikasi keluarga tersebut karena beberapa dari subjek tidak mendapatkan hal tersebut karena buruknya komunikasi yang terjadi pada keluarga sehingga keluarga tersbut tidak berjalan harmonis dan mengalami perpecahan. Semua subjek penelitian mengaku jika mereka mendapatkan apa yang mereka maknai dari komunikasi keluarga tersebut akan mencegahnya untuk berperilaku komunikasi yang buruk dan melakukan perilaku delinkuensi.

Published
2023-01-24